Syekh Abdul Halim Mahmud, Syekh Al-Azhar Pelestari Ilmu Tasawuf

Syekh Abdul Halim Mahmud, Syekh Al-Azhar Pelestari Ilmu Tasawuf

Syekh Abdul Halim Mahmud, Syekh Al-Azhar Pelestari Ilmu Tasawuf

Syekh Abdul Halim Mahmud adalah imam besar atau Syaikh al-Akbar al-Azhar dari tahun 1973-1978 M. Beliau dikenal sebagai ulama yang amat menghargai para sufi, dari manapun asalnya, dan dari berbagai aliran manapun. Bagi Syekh Abdul Halim Mahmud, jalan tasawuf adalah yang selamat, akomodatif, dan konstruktif bagi kehidupan dan kemajuan, karena tasawuf membawa kebahagiaan dunia dan akhirat.

Ulama yang mendapat gelar Imam Al-Ghazali abad ke-14 ini, lahir di sebuah kampung kecil yang bernama al-Salam daerah Bilbis, 50 kilometer utara timur dari Kairo, Mesir pada 12 Mei 1910 M.

Syekh Abdul Halim Mahmud, terlahir dari keluarga dengan lingkungan para penghafal Al-Qur’an. Beliau memulai karir intelektualnya di desa kelahirannya, setelah itu melanjutkan pendidikannya di sekolah menengah Al-Azhar Kairo, Mesir. Setelah menyelesaikan pendidikannya di sekolah menengah Al-Azhar, eliau melanjutkan pendidikannya di Universitas Al-Azhar.

Selama di Al-Azhar, beliau pernah menimba ilmu kepada para ulama besar pada waktu itu seperti seperti Syekh Mahmud Syaltout, Syekh Hamid Meheisen, Syekh al-Zankalani. Syekh Abdul Halim Mahmud merupakan salah satu ulama besar Islam yang berhasil meraih gelar doctor dari Sorbone University, dengan judul disertasi “al-Harits bin Asad al-Muhasibi, Pemuka Sufi Pada Abad  Pertengahan,” di bawah bimbingan seorang orientalis Perancis yang bernama Louis Masignon, yang mana gelar doktornya sukses diraih pada tahun 1359 H/1940 M.

Setelah kembali ke Mesir, beliau didaulat menjadi staf pengajar di bidang ilmu jiwa di fakultas Bahasa Arab Universitas Al-Azhar. Pada tahun 1371 H/1964 M. tugasnya dipindahkan ke fakultas Ushuludin, dan juga pernah menjadi anggota Lembaga Riset Islam (Majma’ al-Buhuts al-Islami) pada tahun 1384 H/1964 M. Pada tahun ini beliau juga diangkat menjadi dekan fakultas Ushuluddin Universitas Al-Azhar.

Puncak karir beliau terjadi ketika beliau diangkat menjadi menteri wakaf, pada tahun 1390 H/1970 M. dan pada tahun 1973 M beliau di daulat sebagai pemimpin tertinggi Al-Azhar sampe beliau meninggal, yaitu tahun 1978 M.

Beliau adalah seorang ulama besar Islam yang dihormati dan disegani oleh masyarakat Islam di Mesir dan juga di dunia Islam. Selepas meninggalnya Syekh Muhammad Syaltout, Mesir tidak lagi diwarnai fatwa-fatwa modern dalam bidang fiqh. Namun setelah itu, mulai bangkit spiritualitas baru dengan tampilnya sosok Syekh Abdul Halim Mahmud. Dengan hadirnya Syekh Abdul Halim Mahmud, masyarakat Mesir mendapatkan curahan-curahan baru kerohaniahan yang terpancar dari diri Syekh Abdul Halim Mahmud melalui ceramah-ceramahnya.

Beliau adalah seorang sufi yang melestarikan ajaran tasawuf di tengah perkembangan dunia yang semakin modern. Hal ini bisa dilihat dari kehidupan beliau yang sederhana, sebagaimana yang diceritakan oleh Prof. M Quraish Shihab yang pernah menjadi murid beliau ketika belajar di Al-Azhar. Beliau hidup di rumah yang sederhana, walaupun mempunyai jabatan yang begitu tinggi. Beliau juga selalu naik bus ketika pergi mengajar ke Universitas Al-Azhar, padahal beliau adalah sosok yang pernah hidup bertahun-tahun di barat, dengan hiruk-pikuk dan glamornya daerah tersebut, namun hal itu, tidak berbekas pada diri dan hati beliau.

Sebagai seorang tokoh yang mengagumi Imam Al-Ghazali dan juga pengamal ilmu tasawuf Thoriqoh Syadziliyah, yang percaya kepada hal-hal yang bersifat supra-rasional (ghaib), beliau juga memperjuangkan dan mengajarkan ajaran Islam secara rasional.

Tasawuf dalam pandangan Syekh Abdul Halim Mahmud adalah ruh kemajuan yang bisa menjadi metode ilmiah untuk memahami realitas. Esensi tasawuf didefinisikan sebagai cakrawala, dari domain metafisik. Metafisika adalah ilmu yang menjelaskan aspek Allah SWT yang tersembunyi dan menjelaskan nubuwatnya.

Beliau juga mengatakan, bahwa tasawuf berbeda dengan tradisi mistysme dalam tradisi barat. Tasawuf bukan hanya metode takhayul belaka, tetapi merupakan bidang ilmu. Yang mana pengetahuan merupakan ranah intelektual baik untuk ilmu fisik, pikiran dan juga berbagai jenis persepsi mental.

“Setiap reformasi di mulai dengan ilmu pengetahuan dan agama. Apakah kita mulai jalan reformasi dari sudut pandang ilmu pengetahuan teoritis, baik pada tingkat pribadi atau pada tingkat masyarakat atau dari bahan atau ilmu empiris, upaya kita harus dijiwai dengan tujuan. Tujuan ini merupakan kewajiban Islam, sebagai ilmu harus menjadi dasar untuk jalan menuju Tuhan dan pengetahuan adalah suatu bentuk ibadah dan bentuk jihad,” tuturnya.

Dari pemikirannya yang mengajarkan ajaran Islam yang bersifat supra-rasional dan rasional, beliau kemudian diberi gelar sebagai Imam Al-Ghazali abad ke-14.

Syekh Abdul Halim Mahmud wafat pada 15 Dzulqo’dah 1398 H/17 Oktober 1978 M. Dengan meninggalkan banyak karya seperti al-Madrasah asy-Syadziliyah, at-Tasawuf inda Ibnu Sina, asy-Syibli, Qadhiyyat at-Tasawuf al-Munqidz min al-Dhalal li Al-Ghazali, al-Musykilat al-Akhlaqiyah wa al-Falasifah, Al-Falsafah al-Hindiyah li al-Bairuni, al-Luma’ li al-Thusi, at-Tafkir al-falsafi fi al-Islam dan lain sebagainya.

Wallahu A’lam.