Tepat hari ini menjadi hari yang bersejarah bagi para santri. Pemerintah menetapkan tangga 22 Oktober sebagai Hari Santri pada tiga tahun yang lalu. Santri dan bangsa ini adalah satu kesatuan yang tidak bisa ditinggalkan. Ribuan pesantren telah berdiri dan masih eksis hingga sekarang.
Santri tidak akan lepas dari pondok pesantren. Pesantren tersebar di seluruh Nusantara dengan ratusan ribu santri. Dengan pola pendidikan yang khas, pesantren telah menjadi bagian penting dalam perkembangan pendidikan di Indonesia. Pesantren di Indonesia telah ada ratusan yang lalu. Salah satu yang tertua adalah Pondok Pesantren Al Kahfi, Somalangu, Kebumen.Pesantren ini didirikan pada tahun 1475 M. Dalam batu prasastinya di tengarai pondok tersebut telah ada sejak pada 25 Sya’ban 879 H atau 4 Januari 1475 M.
Pendirinya Sayid Abdul Kahfi Al-Hasani merupakan anak pertama dari 5 bersaudara. Beliau lahir dari pasangan Abdur Rasyid bin Abdul Majid Al-Hasani dan Syarifah Zulaikha binti Mahmud bin Abdullah bin Sayid Shahabuddin Al-Huseini. Ayahnya merupakan keturunan ke 22 dari Rasulullah saw. Disebutkan bahwa Abdul Kahfi Al-Hasani datang ke Jawa tahun 852 H/1448 M dimasa pemerintahan Prabu Brawijaya I yang 1447 – 1451
Salah satu catatan mengapa pesantren ini dianggap tertua di Indonesia adalah adanya prasasti batu Zamrud Siberia yang berbobot 9 kg yang ada di dalam masjid pondok pesantren tersebut. Prasasti batu bergambar hewan Bulus berkaki tiga serta bertuliskan huruf Jawa dan Arab. Huruf Jawa menandai candra sengkalanya tahun dengan bunyi “Bumi Pitu Ina”. Sedangkan tulisan huruf Arab adalah penjabaran dari arti candra sengkala tahun dalam kalender Hijriyah. Bila diperjelas angka dan tanggal yang tertera dalam huruf Arab pada prasasti batu itu tertulis “25 Sya’ban 879 H
Di kisahkan bahwa awalnya Abdul Kahfi Al-Hasani mendirikan masjid dan pondok pesantren Alkahfi Somalangu dengan sangat sederhana. Menururt cerita atapnya yang terbuat dari daun ilalang selalu mengeluarkan bau wangi. Keunikan lain adalah kubah masjidnya yang terbuat dari tanah liat atau lempung. Dalam sebuah tulisannya di laman aroengbinang.com disebutkan bahwa pada 1448 M saat berusia 24 tahun Syekh Abdul Kahfi datang ke Pulau Jawa dan mendarat di Pantai Karang Bolong, Kebumen dan berhasil mengislamkan Desa Candi, Candiwulan, dan Candimulyo. Penduduk ketiga desa itu sebelumnya beragama Hindu yang masing-masing dipimpin Resi Dara Pundi, Resi Candra Tirto, dan Resi Dhanu Tirto.
Abdul Kahfi kemudian melakukan bermujahadah di hutan dekat ketiga desa agar kelak dapat membangun pesantren Islam di sana. Namun kemudian Abdul Kahfi pergi ke Ampel, Surabaya, untuk membantu dakwah Sunan Ampel. Tiga tahun kemudian pindah ke Sayung, Demak, dan mendirikan pesantren. Beberapa tahun di sana, Syekh Abdul Kahfi pindah lagi ke Kudus dan menjadi guru Ja’far Shodik atau Sunan Kudus. Abdul Kahfi juga mendatangkan sahabatnya Abu ‘Amrin dari Hadramaut untuk membantu Sultan Demak Raden Fatah.
Pada usia 45 tahun menikah dan emudian pindah ke Somalangu untuk mendirikan pesantren. Di Somalangu inilah akhirnya bermukim mengajar. Tercatat beliau terhitung cukup lama dalam mengasuh Pondok Pesantren Al-Kahfi Somalangu yaitu 130-an tahun. Syeikh Abdul Kahfi Al Hasani wafat pada 15 Sya’ban 1018 H atau 12 November 1609 M dan dimakamkan di bukit Lemah Lanang, Somalangu, Kebumen.
Sejak didirikan, Pondok Pesantren Al Kahfi Somalangu telah mengalami pergantian pimpinan sebanyak. Banyak alumni menjadi tokoh terkenal yang pernah nyantri di Al kahfi diantaranya Kyai Abbas Buntet Cirebon, Kyai Dalhar Watu Congol Muntilan, dan Kyai Dahlan Jampes. (dari berbagai sumber)