Terdapat sebuah riwayat yang terdokumentasikan dalam kitab Hilyatul Aulia karya Abu Nu’aim al-Isfihani, bahwa ketika Sayyiduna Umar bin Khattab diangkat menjadi Khalifah beliau mengeluarkan beberapa ketetapan dan kebijakan. Diantara kebijakan tersebut adalah beliau melarang untuk mencampur susu dengan air.
Serentak berita ini secara resmi disebar dimana mana, disertai dengan ancaman hukuman yg tidak ringan bagi pelakunya.
Pada suatu malam, seperti kebiasaan Sayyiduna umar, beliau memeriksa keadaan rakyatnya langsung dari dekat. Hingga sampailah beliau pada sebuah gubuk, dan mendengar percakapan antara seorang ibu dan anak perempuannya lewat dinding. Umar bin Khotthob melakukan ini bukan untuk mencuri dengar, tapi semata mata hanya ingin mengetahui keadaan rakyatnya dengan sebenar-benarnya.
Ibu: ” Nak, kenapa kita tidak campur saja susu dengan air agar penghasilan kita cepat bertambah? ”
Dengan lembut dan penuh kasih sayang sang anak perempuan menjawab: “Tidak! Bagaimana mungkin aku mau melakukannya, sedangkan Amirul Mukminin melarang keras semua penjual susu mencampur susu dengan air?”
Di luar rumah, Umar terus menyimak percakapan ini.
Ibu : ” Sudah banyak orang yang mulai melanggar aturan ini. Khalifah pun juga tidak akan tahu kalau kita mencampur susu dengan air. Dia tidak mengenal kita.”
Sang anak perempuan yang cantik parasnya berkata dengan penuh keyakinan diri:
” Ibu, walaupun Khalifah tidak melihat dan mengetahui kita mencampur air dengan susu, tapi Allah melihat kita, Allah maha mengetahui. Allah maha tau segala perbuatan kita, dimana pun kita berada. Sebab tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi dari Nya, seharusnya kita lebih takut kepada Allah!!”
Umar tersenyum bahagia di balik bilik dengan jawaban sang anak perempuan. Kagum dengan kejujurannya. Sebelum beranjak, Umar menandai kediaman anak perempuan tersebut.
Keesokan harinya, Umar memanggil seorang putranya yang saleh, santun, dan berbakti yaitu ‘Ashim bin Umar.
Umar memerintahkan ‘Ashim menuju rumah anak perempuan tersebut untuk meminangnya.
Dan sesampainya di sana, ‘Ashim mendapatkan anak perempuan tersebut begitu cantik dan rupawan. Selaras dengan kesantunan dan budi baiknya.
Akhirnya ‘Ashim bin Umar menikahi anak perempuan tersebut. Kehidupan keduanya bahagia. Dari dua manusia pilihan ini lah lahir seorang putri yang cantik penuh berkah, diberi nama Ummu ‘Ashim. Dari Ummu ‘Ashim yang kelak dinikahi oleh Abdul Aziz bin Marwan bin Al Hakam inilah, lahir Khalifah besar yg menggemparkan dunia dengan keadilan dan kebijaksanaannya. Sayyiduna Umar bin Abdul Aziz. Seorang Khalifah yang mempunyai perangai yg mirip dengan kakeknya, Sayyiduna Umar bin Khattab