Ketika seseorang sampai pada titik jenuh dalam kehidupannya, seringkali mencari sesuatu yang bisa menenangkan mata batinnya. Di sinilah terkadang hidayah Allah datang. Tidak semua orang yang berbuat maksiat akan selalu bergumul dengan kemaksiatannya. Terkadang Allah menunjukkan jalan kepadanya untuk berhenti bermaksiat melalui perantara orang lain.
Seperti yang dirasakan oleh seorang pemuda yang mendatangi Ibrahim bin Adham, guru sufi besar dan terkenal dari Balkh, Afganistan, yang juga sering dipanggil dengan nama Abu Ishaq. Pemuda tersebut datang dengan niat meminta nasihat kepada Ibrahim bin Adham.
Saat bertemu Ibrahim bin Adham, sang pemuda langsung menceritakan kegundahannya selama ini. Ia merasa hatinya begitu hampa karena telah banyak berbuat maksiat dan jauh dari Allah SWT. Ia ingin mengakhiri perbuatan maksiatnya agar bisa hidup dengan tenang layaknya manusia biasa yang selalu menautkan hatinya hanya kepada Allah, tetapi ia bingung harus dimulai dari mana. Karena setiap kali meninggalkan maksiat, godaan selalu datang secara bertubi-tubi sehingga kembali lagi terjerumus dalam gelimang maksiat dan dosa.
Dengan tenang dan penuh wibawa, Ibrahim bin Adham berkata, “Wahai pemuda, aku akan memberimu lima nasihat. Jika kamu bisa melaksanakan nasihat ini, maka kamu tidak bisa terpenjara dalam jeruji kemaksiatan dan hidupmu akan jauh dari malapetaka.”
“Wahai Abu Ishaq, tolong beritahukan lima nasihat itu kepadaku,” pinta pemuda itu.
Pertama, Jika ada keinginan berbuat maksiat dalam hatimu, maka jangan pernah memakan rezeki yang Allah berikan kepadamu. Karena seseorang yang berbuat maksiat tidak pantas memakan rezeki Allah.
Kedua, Jika ada keinginan berbuat maksiat dalam hatimu, maka jangan pernah kamu tinggal di bumi Allah SWT. Karena seseorang yang berbuat maksiat tidak pantas tinggal di bumi Allah.
Ketiga, Jika kamu tetap memakan rezeki yang diberikan Allah SWT dan tinggal di bumi-Nya, sementara kemaksiatan belum kamu tinggalkan, pergilah ke suatu tempat yang luput dari pengawasan-Nya, lalu bermaksiatlah sesukamu. Karena tidak pantas bagi seseorang yang memakan rezeki Allah, tinggal di bumi-Nya, dan selalu diawasi oleh-Nya, namun masih tetap berbuat maksiat.
Keempat, Jika Malaikat maut datang untuk mencabut nyawamu sementara kamu dalam keadaan bermaksiat, kamu tak dapat menundanya untuk melakukan tobat nasuha dan tidak bisa lari daripadanya.
Kelima, Jika malaikat Zabaniah datang mengambilmu di hari kiamat nanti, kamu tak dapat menolaknya dan tak akan menerima alasan apapun darimu.
“Cukup! Cukup! Wahai Abu Ishaq. Mulai hari ini aku ingin benar-banar bertobat. Astagfirullah al-adzim,” ujar Sang pemuda kepada Ibrahim bin Adham sambil berlalu pergi.