Surga Tak Bisa Digapai dengan Cara Keji, Bom Bunuh Diri Salah Satunya

Surga Tak Bisa Digapai dengan Cara Keji, Bom Bunuh Diri Salah Satunya

Surga tak dapat digapai dengan cara keji. Ia adalah tempat yang dijanjikan Tuhan bagi manusia yang benar-benar rendah hati. Surga bukan tempat menakutkan yang dihuni oleh orang-orang pelaku teror dan aksi-aksi kekerasan.

Surga Tak Bisa Digapai dengan Cara Keji, Bom Bunuh Diri Salah Satunya
Polisi sedang membersihkan sisa-sisa bom di Kampung Melayu, Jakarta.

Anggapan bahwa dengan melakukan bom bunuh diri akan mendapatkan surga, merupakan kesesatan yang nyata. Tak ada surga bagi mereka yang dengan sombongnya menghabisi nyawa tak berdosa. Ingat, Tuhan itu Maha Adil. Dia tak akan pernah memberikan surganya pada manusia yang tega menghabisi sesama.

Bom bunuh diri yang menurut pelakunya demi membela Tuhan, pada hakikatnya hanyalah pembelaan pada ajaran setan. Yang mereka yakini adalah jihad, namun aslinya adalah perbuatan jahat. Tak ada ajaran jihad dalam ajaran Islam yang membolehkan mengebom tempat ibadah, apalagi sampai membunuh orang-orang tak bersalah.

Jika surga yang mereka rindukan, seharusnya bukan dengan cara menimbulkan ketakutan. Surga didapat melalui ibadah, bukan dengan menumpahkan banyak darah.

Jika ada keyakinan bahwa surga bisa didapatkan dengan jalan seperti itu, maka yakinlah bahwa itu hanyalah pemahaman semu. Surga adalah puncak kenikmatan, yang diberikan pada manusia yang penuh ketundukan. Sementara pelaku bom bunuh diri, adalah mereka yang angkuh, sombong, dan tak tau diri.

Dalam Islam, bunuh diri merupakan perbuatan tercela yang akan diganjar dengan neraka. Apalagi, jika dalam aksinya itu, sampai mengorbankan nyawa tak berdosa. Bisa dibayangkan, di neraka mana mereka akan ditempatkan. Bukan bidadari yang akan mereka temui, melainkan siksaan Tuhan yang sakitnya sungguh tak terperi.

Ada yang beranggapan bahwa aksi yang mereka lakukan masuk dalam kategori harakah istisyhadiyah (aksi mati syahid). Saya katakan, tidak. Mereka bukan mati syahid, tapi mati sangit.

Dalam ajaran Islam, gerakan bom bunuh diri disebut harakah intihariyah, level dosanya berada di bawah syirik, pelakunya dihukumi fasik, dan jenazahnya tak boleh dimandikan dan dishalati (al-Mausu’ah al-Fiqhiyyah, Juz. 6, 283).

Saya juga tak habis pikir. Ajaran Islam mana yang mereka ikuti. Padahal, jika dibuka pelbagai literatur dalam Islam, tak ada satupun ajaran yang memperbolehkan menghilangkan nyawa banyak orang.

Mungkin, Nabi mereka bukan Muhammad, yang diutus ke dunia membawa rahmat. Nabi Muhammad diperintahkan menebarkan rahmat bagi semesta. Sedang mereka, dengan pongahnya menghabisi nyawa tak berdosa.

Jika aksi yang mereka lakukan disebut bersumber dari ajaran agama, saya tak yakin bahwa mereka paham ajaran agama yang dianutnya. Maka benar kata Syaikh Ali Jum’ah, terorisme tak mungkin lahir dari ajaran agama. Ia adalah produk pemikiran yang rusak, hati yang keras, dan jiwa yang sombong.

Jika hati nurani pelaku bom bunuh diri normal, saya yakin tak mungkin mereka akan melakukan aksi sekeji itu. Bagaimana mungkin satu keluarga kompak mengorbankan nyawa untuk hal yang sia-sia? Maka benar, pelaku teror adalah mereka yang tak punya hati. Kalaupun ada, dapat dipastikan jika hatinya sudah mati.

Pelaku teror adalah mereka yang jiwanya sombong. Sombong karena menganggap bahwa hanya mereka dan golongannya yang paling benar. Sementara orang lain yang berbeda, mereka anggap pendosa yang halal dialirkan darahnya. Pemahaman ekstrim seperti ini hanya ada dalam hati yang keras, akal yang rusak, dan tentu saja jiwa yang sombong.

Yang perlu dilakukan adalah menyebarkan narasi bahwa tak ada ajaran agama yang melegitimasi perbuatan keji. Agama apapun, termasuk Islam, misi utamanya adalah menciptakan kedamaian. Narasi bahwa tak ada agama yang melegitimasi kekerasan harus disebarkan.

Melawan aksi teror dapat dilakukan dengan melawan narasi yang diusung oleh pelaku teror. Yang waras tak boleh tinggal diam. Narasi kasar yang banyak bertebaran di media sosial, harus segera dilawan dengan narasi Islam Indonesia yang peduli akan perbedaan.

Saya yakin, meski hanya melawan melalui kontra narasi, sedikit banyak akan membantu melawan ide-ide keras seperti takfiri. Yang perlu dipahami, aksi terorisme awalnya lahir dari ide/pemahaman yang keliru. Pemahaman tersebut mengkristal menjadi ideologi yang kemudian berlanjut pada aksi.

Maka, mematikan akar, atau setidaknya meminimalisir menyebarnya akar ide radikalis harus menjadi perjuangan bersama masyarakat Indonesia yang masih sehat akalnya.

Walhasil, surga tak dapat digapai dengan cara keji. Ia adalah tempat yang dijanjikan Tuhan bagi manusia yang benar-benar rendah hati. Surga bukan tempat menakutkan yang dihuni oleh orang-orang pelaku teror dan aksi-aksi kekerasan. Di dalam surga hanya ada manusia-manusia yang dalam kehidupannya menebar rahmat dan cinta. Jadi, jika ada pelaku bom bunuh diri yang merasa akan masuk surga dan ketemu bidadari, yakinlah bahwa itu hanyalah mimpi.

*Dosen Fakultas Syariah IAIN Kediri.