Surat untukmu, Sahabatku Muslimah Tak Berjilbab

Surat untukmu, Sahabatku Muslimah Tak Berjilbab

Ini suratku untuk kamu, muslimah yang tidak memilih tidak berjilbab

Surat untukmu, Sahabatku Muslimah Tak Berjilbab

Saya mendapat banyak curhatan muslimah yang mendapat cibiran, sindiran, risak, ancaman, bahkan dikucilkan karena memilih untuk tidak menutup kepala (jilbab atau sejenisnya). Banyak dari mereka yang tidak kuat, gentar dan surut, sehingga memilih “menyerah,” pada kondisi seperti itu. Aku benar-benar prihatin dan simpatiku sepenuhnya untuk mereka.

Sebagai seorang Muslim, saya ingin mengatakan pada mereka, bahwa tidak menutup kepala bukanlah tindak kejahatan (jarimah) yang bisa dipidana. Kalian sama sekali tidak melakukan apapun yang merugikan orang lain. Jilbab sendiri adalah urusan yang masih diperdebatkan dalam hukum Islam. Ada yang mewajibkan, ada juga yang tidak. Keduanya punya argumentasi yang sama-sama kuat.

Sebaliknya, prilaku mencibir, merisak, mengancam, mengucilkan, atau sejenisnya, apalagi sesama Islam, merupakan hal yang bersifat pasti; tidak boleh dilakukan. Menyakiti orang lain sangat tidak diperbolehkan dan merupakan hukum universal yang diterima dalam semua agama. Tidak ada satu pun ulama yang berbeda pendapat terkait hal ini.

Perlu kalian ketahui, asas tertinggi dalam hukum Islam adalah rahmat, sebagaimana QS. 21:107, َ “Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh alam,”

Rahmat sepadan dengan kata “blessing,” yang artinya kurang lebih “something that helps you or brings happiness,” Sehingga, bagaimana mungkin cacian, cibiran, perisakan, pengucilan (terhadap muslimah tak berjilbab) bisa menolong atau membahagiakan orang?

Hukum Islam seharusnya membawa rahmat dan disebarkan dengan cara-cara yang makruf, bukan dengan metode yang menyakiti orang lain.

Semudah itu hukum Islam seharusnya, namun sesulit itu banyak orang tidak memahaminya.

Para Muslimah yang tidak berjilbab

Dalam situasi seperti ini, aku meyakini, kalian akan terus-menerus mengalami pencobaan seperti yang sering kamu terima. Untuk itu, yakini DUA hal. Pertama, bahwa salah satu ciri orang-orang bertakwa adalah ia yang terus bersabar dalam penderitaan.

“…. dan orang yang sabar dalam kemelaratan, penderitaan, dan pada masa peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.”
(QS. 2:177)

Kedua, jangan pernah menyerang balik siapapun yang menyakitimu gara-gara kamu tidak berjilbab. Jika penyerangmu adalah Muslimah berjilbab, tahanlah dirimu sekuat tenaga –sekali lagi; sekuat tenaga– untuk tidak menghinanya, termasuk jilbabnya.

Sebaliknya, teruslah mewirid ayat ini. Jika tidak bisa membaca bahasa Arab, tak mengapa, cukup hafalkan arti dan resapi artinya.

وَعِبَادُ الرَّحْمٰنِ الَّذِيْنَ يَمْشُوْنَ عَلَى الْاَرْضِ هَوْنًا وَّاِذَا خَا طَبَهُمُ الْجٰهِلُوْنَ قَا لُوْا سَلٰمًا

“Adapun hamba-hamba Tuhan Yang Maha Pengasih itu adalah orang-orang yang berjalan di bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang bodoh menyapa mereka (dengan kata-kata yang menghina), mereka mengucapkan, salam,” (QS. 25: 63)

Akhirnya, jadikan dirimu sebagai model Muslimah yang tidak hanya tangguh, namun juga percaya diri. Jangan pernah minder meski tidak berjilbab, sebab cicit nabi, Sukayna bint Husayn, juga percaya diri tak memakainya.

Berimanlah tanpa rasa takut.