Geliat sumpah pemuda hingga kini masih begitu terasa. Semangat ikrar pemuda 89 tahun yang lalu menjadi tonggak penting berdirinya NKRI. Nyatanya, 17 tahun menjelang kemerdekaan Indonesia, para pemuda Nusantara sudah berkumpul dan berikrar: satu nusa, satu bangsa dan satu bahasa.
Patut diapreseasi bersama bahwa pertemuan para pemuda kala itu menggugah semangat tanpa batas. Hegemoni penjajah berani ditaklukkan dengan gagah berani. Kolonisasi yang dihadapi tidak menjadi aral untuk tetap bersatu. Bisa dibayangkan jika saat itu tida ada sumpah pemuda. Apa yang akan terjadi?
Pemuda memang selalu menjadi harapan bangsa. Di tangan para pemuda inilah masa depan berada. Termasuk Indonesia, berdiri kokoh hingga sekarang atas jerih payah para pemuda. Dan perlu dilihat seksama, bahwa adanya para pemuda—tentu karena ada orang tua. Maka pemuda tidak boleh lupa dengan jasa para orang tua.
Memaknai sumpah pemuda di zaman now tentu akan berbeda dengan zaman old. Maksudnya? Bahwa zaman now sudah semakin maju. Sedangkan zaman old berjalan sesuai dengan masanya. Bukan berarti bahwa zaman now selalu unggul mengalahkan zaman old. Nyatanya semangat pemuda zaman now mengendur.
Saat hidup sudah serba enak, tidak ada penjajah dan tidak ada intimidasi, justeru semangat satu nusa, bangsa dan bahasa bergeser. Apa yang membuat pemuda bergeser? Salah satunya adalah rasa memiliki bangsa mengecil dibanding memiliki dirinya sendiri. “Gimana mikirin bangsa, mikirin diri sendiri aja belum becus” kata seorang pemuda.
Itu adalah bagian terkecil dari problem pemuda zaman now. Masih adalagi semangat sumpah pemuda yang terlupakan, yaitu: menusakan, membangsakan dan membahasakan Indonesia. Nusa tidak berubah menjadi “busa”. Bangsa juga tidak bisa berganti jadi “bangsat”. Dan bahasa jangan sampai dirubah menjadi “bahasan”. Jika negeri ini mulai dirubah-rubah, maka kerusakan itu akan terjadi.
Apalagi usaha untuk merusak bangsa yang sudah kokoh dengan Pancasila dibiarkan—maka sama halnya negeri ini mundur. Demokrasi memang bisa menjadi vitamin, tapi kadang demokrasi menjadi racun. Bagaimana pemuda sekarang adalah menjadikan demokrasi sebagai vitamin berbhineka tunggal ika.
Jika 255 juta penduduk ini disuruh sama dan seragam dalam ide dan gagasan, sangat tidak mungkin. Namun jika diajak untuk bersama membangun bangsa pasti bisa. Catatannya hanya dua: mengingat sumpah pemuda dan menginginkan Indonesia maju. Semoga 89 tahun sumpah pemuda menjadi inspirasi Indonesia hebat lahir-batin.
Maka sumpah pemuda zaman now harus semakin inovatif. Satu nusa, bangsa dan bahasa cukup dicerminkan dengan semangat jihad memperkaya ilmu pengetahuan dengan dedikasi toleransi yang kuat. Kehidupan sosial, budaya, politik dan keamanan akan stabil jika ilmu pengetahuan dan toleransi itu tertanam di dada. Pemuda zaman now harus pinter dan ngormati lan ngrumati liyan, menghormati dan membina