Pada suatu ketika seorang hakim yang bernama Amr bin Laits jatuh sakit. Ia berobat kepada semua tabib namun tidak ada juga yang mampu menyembuhkannya. Hingga akhirnya ia membuat pengumuman adakah orang yang bisa menyembuhkannya dengan doa.
Tak lama pengumuman itu diluncurkan, ada orang yang memberitahu Amr bin Laits. “Sahl bin ‘Abdullah at-Tustari adalah seorang manusia yang makbul doanya,” katanya. Maka Amr kemudian meminta pertolongan untuk mendatangkan Sahl bin Abdullah at Tustari. Permintaan doa itu kemudian sampai kepadanya. Sahl meluluskan permintaan Amr bin Laits dengan mengacu pada perintah agama yaitu menuruti perintah orang-orang yang memegang pemerintahan
Setelah duduk di depan Amr, berkatalah Sahl bin ‘Abdullah at-Tustari Amr.“Sebuah doa hanya akan makbul jika seseorang telah menyesal. Di dalam penjaramu ada orang-orang yang dihukum karena tuduhan-tuduhan palsu.” Mendengar hal itu Amr dengan segera membebaskan orang-orang yang dimaksudkan Sahl bin ‘Abdullah at-Tustari. Ia kemudian bertaubat dengan sungguh-sungguh.
Melihat hal itu Sahl bin ‘Abdullah at-Tustari kemudian berdoa, “Ya Allah, seperti kehinaan yang telah Engkau tunjukan kepadanya karena keingkarannya, maka tunjukan pulalah kepadanya Kemuliaan karena kepatuhanku. Ya Allah, seperti batinnya yang telah Engkau beri selimut taubat, maka berikan pulalah kepada raganya selimut kesehatan.”
Hal ajaib kemudian terjadi, setelah selesai melafadzkan doa, Amr bin Laits menjadi sehat kembali. Badannya tampak segar bugar. Tidak lama kemudian, Amr ingin menyerahkan banyak uang kepada Sahl sebagai hadiah. Namun Sahl bin ‘Abdullah at-Tustari menolaknya dan meninggalkan tempat itu.
Sahl kemudian pergi dengan muridnya. Sikap ini menimbulkan rasa penasaran bagi salah satu muridnya yang kemudian bertanya kepada Sahl. “Bukankah lebih baik apabila uang itu engkau terima sehingga bisa dapat menggunakannya untuk melunasi hutang-hutang kita?,” katanya
“Apakah engkau menginginkan emas?” jawab Sahl bin ‘Abdullah at-Tustari. Sejenak kemudian Sahl berkata,” Nah saksikanlah olehmu padang pasir itu!.” Maka terlihatlah oleh si murid seluruh padang pasir dipenuhi oleh emas dan permata merah delima. Ia terpesona dan terkejut terhadap apa yang dihadapannya. Si murid merasa tidak percaya apa yang ada di depan matanya.
Kemudian Sahl bin ‘Abdullah at-Tustari berkata, “Mengapakah seseorang yang telah memperoleh karunia Allah yang seperti ini harus menerima pemberian hamba-hamba-Nya?”