Sufi-sufi yang Dieksekusi Mati dan Dibunuh (Bag-2)

Sufi-sufi yang Dieksekusi Mati dan Dibunuh (Bag-2)

Islam radikal menyasar para sufi. Ada apa gerangan yang terjadi dalam dunia islam kontemporer?

Sufi-sufi yang Dieksekusi Mati dan Dibunuh (Bag-2)
Sufisme adalah jalan menuju penangkalan radikalisme

Frasa ‘penyembelihan intelektual’ pada tingkat diskursus yang disitir oleh Nasr tertuju pada kelompok Islamis, mengalami pembalikan dengan penyembelihan secara harfiah pada muslim yang berkecenderungan mistik. Dan, ini dilakukan oleh kaum militan yang mengaku muslim (baca: Sufi-sufi yang Dieksekusi Mati dan Dibunuh Bag-1) . Kejadian pembunuhan para sufi ini terjadi secara sistematis di Bangladesh.

Seperti dilaporkan Merdeka.com pada 9/05/16 lalu, Muhammad Shahidullah, seorang pemimpin sufi, 65 tahun dilaporkan menghilang dan ditemukan mandi darah dalam keadaan dipenggal dan terdapat luka bacokan di tenggorokannya.  Ditemukan dalam kondisi mengenaskan di kebun mangga Rajshashi, Bangladesh, Shahidullah tampaknya dibunuh karena tidak sejalan dengan pemahaman Islam kaum ekstremis.

Mail Online pada 30/01/17 menurunkan laporan tentang Nurjahan Begum, seorang sufi wanita berusia 72 tahun digorok di rumahnya di Dhaka, Bangladesh. Kepala polisi lokal Faruqul Alam membenarkan peristiwa ini. Ia menyebutkan bahwa kejadian ini merupakan kejadian yang keempatbelas kalinya di mana seorang pemimpin sufi dibunuh sejak tahun 2013 dalam serangan-serangan yang didorong motif keagamaan.

Ada sejumlah kitab yang sering disebut sebagai menyebarkan penghalalan darah para sufi, di antaranya adalah kitab Majmu’ Mufid min ‘Aqidah al-Tauhid karangan Syekh Ali bin Muhammad bin Sinan. Di salah satu halaman disebutkan secara gamblang dengan bunyi begini: “Wahai seluruh kaum muslimin, keislaman kalian tidak akan membawa guna, kecuali jika kalian mengumandangkan perang yang membabi buta terhadap thariqah tasawuf hingga lenyap, perangilah mereka sebelum kalian memerangi Yahudi dan Majusi”.

Kitab I`shar  Al-Tawhid, karangan Syaikh Nabil Muhammad menyebutkan bahwa tasawuf, para pengikut thariqah, dan para penduduk negara-negara Islam seperti Mesir, Libya, Maroko, India, Iran, Asia Barat, Syam, Nigeria, Turki, Romawi, Afganistan, Turkistan, Cina, Sudan, Tunisia, dan Al-Jazair adalah orang-orang kafir.

Di satu sisi, dalam tradisi sufistik, kematian merupakan hal yang harus dilalui seorang salik atau penempuh jalan tarekat. Kematian di sini bermakna sangat simbolik, yakni upaya eksistensial melawan hawa nafsu. [bersambung]