Sufi Konglomerat dan Kisah Orang yang Beruntung

Sufi Konglomerat dan Kisah Orang yang Beruntung

Sufi Konglomerat dan Kisah Orang yang Beruntung
Euro coins in red gift sack, isolated on white

Ibnu Mubarak adalah seorang sufi yang kaya raya. Banyak sekali sedekah yang diberikan untuk membantu fakir miskin. Ibnul Mubarak adalah konglomerat yang hebat. Namun harta kekayaannya tidak hanya untuk perniagaan tetpi juga dibelanjakan untuk menuntut ilmu, menyantuni ulama, membatu fakir miskin dan berjihad di jalan Allah

Ulama yang satu ini yang satu ini juga dikenal banyak kisah hikmah. Salah satunya adalah yang dituturkan oleh Salamah bin Sulaiman. Ia berkisah pada suatau hari datang seorang laki-laki yang menemui Ibnu Mubarak. Pria ini menceritakan tentang lilitan ekonomi yang menjeratnya.

“ Saya mampunyai banyak hutang dan memohon kepada tuan untuk melunasi hutang saya,” katanya.

Ibu Mubarak mendengarkan dengan tekun keluh kesah lelaki itu. Tak lama kemudian Ibnu Mubarak menulis sebuah surat yang ditujukan kepada bendaharanya. Setelah selesai, Ibnu Mubarak memerintahkan lelaki itu untuk membawa surat tersebut ke bendaharanya,

Dengan sedang hati, lelaki langsung beranjak dan pergi menemui bendahara Ibnu Mubarak. Setelah ketemu ia langsung memberikan surat itu. Sang bendahara pun langsung membukanya dan terlihat agak kaget. Tatap matanya lagsung menghujam kepada lelaki itu dengan penuh selidik. Kemudian ia bertanya, “Berapa sebenarnya jumlah hutang yang engkau minta untuk dilunasi?”

“700 dirham,” jawab lelaki itu dengan polosnya.

Mendngar hal itu ia kemudian melihat isi surat Ibnu Mubarak. Ada yang janggal dalam surat tersebut.  Di surat itu tertera bahwa bendahara agar memberikan sebanyak 7.000 dirham. Setelah berfikir agak lama bendahara tersebut memerintahkan lelaki tersebut agar menemui kembali Ibnu Mubarak dan berpesan, “Sesungguhnya kalau terlalu banyak, bisa habis.”

Maka lelaki itu kembali kepada Ibnu Mubarak dan mengatakan pesan yang diamanahkan oleh bendaharanya. Ibnu Mubarakpun mendengar dengan seksama dan kemudian memberikan surat lagi yang isinya,” Jika itu saja terlalu banyak bisa habis, maka demikian juga umur juga akan habis. Jadi, berikan kepadanya sebagaimana yang telah aku tulis dahulu.”