Strategi Dakwah Rasulullah SAW Kepada Para Raja Non-Muslim

Strategi Dakwah Rasulullah SAW Kepada Para Raja Non-Muslim

Rasulullah SAW tidak langsung memerangi mereka agar masuk Islam, tetapi Rasulullah SAW terlebih dahulu mengajak mereka untuk ikut masuk Islam dengan cara yang baik dan lembut.

Strategi Dakwah Rasulullah SAW Kepada Para Raja Non-Muslim

Sebelum Islam datang, sudah banyak pemerintahan yang berkuasa di berbagai wilayah di dunia, mulai dari kerajaan Romawi, Persia, Kristen Koptik dan lain sebagainya. Sebagaimana kita ketahui, Islam adalah agama yang Rahmatan Lil Alamin, yaitu selalu menjunjung tinggi persatuan di atas segala perbedaan. Selain itu, Islam juga merupakan penyempurna dari agama-agama sebelumnya.

Hal ini bisa dilihat dari dakwah yang dilakukan oleh Rasulullah SAW. Sebagai pembawa risalah dari Allah SWT, dakwah yang dilakukan bersifat mengajak bukan memaksa. Hal ini juga bisa dilihat ketika Rasulullah SAW berdakwah kepada para penguasa yang sudah memiliki pemerintahan sebelum datangnya Islam.

Rasulullah SAW tidak langsung memerangi mereka dan memaksanya untuk masuk Islam, tetapi Rasulullah SAW terlebih dahulu mengajak mereka untuk ikut masuk Islam dengan cara yang baik dan lembut.

Rasulullah SAW tidak serta merta langsung mengirimkan pasukan untuk menyerang mereka, justru Rasulullah SAW menggunakan strategi dan metode dakwah dengan media surat.  Beliau mengirimkan surat kepada para penguasa yang sudah ada, dengan maksud supaya para penguasa tersebut mau memeluk Islam.

Pasca diberlakukannya perjanjian Hudaibiyah, Rasulullah SAW sangat gencar mengajak para raja di negeri seberang untuk memeluk agama Islam. Untuk itu, Rasulullah SAW menulis surat kepada para raja dunia dan para pemimpin Arab, serta mengajak mereka untuk masuk Islam dengan cara bijaksana dan nasihat baik.

Rasul sangat memperhatikan hal ini dan memilih orang yang layak untuk menyampaikan surat tersebut, yaitu orang yang mengetahui bahasa dari negara yang akan ditujunya.

Paling tidak ada empat orang raja yang menjadi obyek dakwah Rasulullah Saw melalui media surat. Sebagaimana yang disebutkan Ibnu Hisyam dalam Sirah Nabawiyahnya yaitu: Raja Negus Najasyi di Abbessinia (Ethiopia sekarang ini), Raja Heraclius (Kaisar Imperium Romawi yang berpusat di Konstatinopel), Raja Khosrou II (Kisra Abrawaiz penguasa Persia), dan Raja Muqauqis penguasa Koptik (Qibthi wilayah Mesir), mereka merupakan raja-raja yang menjadi obyek dakwah Nabi Muhammad Saw dengan media surat.

Dengan media tulisan yang berupa surat resmi berstempel kenabian ini, kesuksesan banyak diraih. Tidak sedikit pemimpin kerajaan dan rakyatnya yang berbondong-bondong memeluk Islam hanya dengan membaca sepucuk surat Rasulullah SAW yang dikirimkan melalui utusannya.

Dakwah dengan menggunakan metode tulisan ini, tetap mengandung nilai teologis berupa ajakan kepada tauhid. Rasulullah SAW ingin membuktikan bahwa risalah Islam adalah rahmat untuk seluruh umat manusia. Selain itu juga, isi surat tersebut memberi kabar kepada para penguasa kerajaan sebelum Islam terkait datangnya Islam sebagai penyempurna agama sebelumnya.

Rasulullah SAW tidak meninggalkan peran tulisan dalam dakwahnya, meskipun beliau ditakdirkan sebagai seorang yang buta huruf. Lewat para sahabatnya, beliau menggunakan tulisan untuk menjangkau sasaran dakwah yang sangat jauh.

Surat dakwah Rasulullah Saw yang disampaikan pertama kali untuk seorang penguasa adalah surat yang ditujukan kepada Kaisar Najasyi. Surat untuk masuk Islam ini disampaikan pada tahun ke-5 Hijriah atau bertepatan dengan 628 Masehi.

Sang Raja atau kaisar adalah seorang pemeluk keyakinan Nasrani (Kristen). Ia sangat dikenal oleh kaum muslimin beberapa tahun sebelum mereka melakukan hijrah ke Madinah. Tepatnya, pada saat kaum muslimin di Mekkah berada dalam tekanan dan penindasan kaum Kafir Quraisy. Saat itu, Rasulullah SAW memerintahkan agar pengikutnya melakukan hijrah ke Habasyah (Abbessinia).

Ketika Rasulullah Saw menulis surat kepada Najasyi (Raja Negus) dan menyerunya untuk memeluk Islam, Raja Najasyi mengambil surat itu, lalu meletakkannya kewajahnya dan turun dari singgasana. Ia pun kemudian masuk Islam.

Selain itu, Rasulullah SAW juga mengirim surat ke Kaisar Heraclius, yang merupakan penguasa terkuat pada saat itu. Ia adalah kaisar pada imperium Romawi Timur (Byzantium) yang berpusat di Konstantinopel.

Kaisar Heraclius adalah satu sosok yang tercatat sebagai salah satu penerus dari kejayaan dan kebesaran kekuasaan Romawi. Semenjak awal naik tahta kekaisaran, Heraclius mendapat saingan berat dari kekuasaan Persia yang juga berambisi dan ingin membangun imperium kekuasaan baru untuk menandingi kekuasaan Romawi Timur.

Akibatnya pada masa itu, kedua wilayah ini terlihat dalam perseteruan dan peperangan berlarut-larut, saling menjatuhkan satu dengan yang lain.

Puncak dari perseteruan kedua kubu ini adalah diatandai dengan kemenangan Kaisar Heraclius atas Persia setelah kedua negara ini terlibat peperangan yang panjang selama kurang lebuh Sembilan tahun dari tahun 622-630 Masehi.

Surat seruan untuk masuk Islam kepada kaisar Heraclius ini disampaikan pada tahun ke-6 Hijriyyah atau bertepatan dengan 629 Masehi. Dengan begitu surat ini disampaikan satu tahun setelah Rasulullah Saw bersama kaum muslimin di Madinah menyepakati Perjanjian Hudaibiyah. Surat Nabi Muhammad SAW kepada Heraclius  tersebut dibawa oleh Dihyah al-Kalbi

Rasulullah Saw juga menuliskan surat kepada Khosrau Raja Persia. Untuk mengantar surat ini, beliau memilih Abdullah bin Hudzafah as-Sahmi. Dari surat-surat Rasulullah SAW yang pernah disampaikan, surat yang ditujukan kepada Raja Persia inilah yang mendapatkan sambutan tidak simpatik, bahkan respon yang ditujukkan oleh penguasa Persia pada waktu itu sangat kasar. Disebutkan bahwa penguasa Persia merobek-robek surat dari Rasul SAW tersebut setelah ia selesai membacanya.

Rasulullah Saw juga mengirim surat kepada penguasa Mesir yang bernama Al-Muqauqis. Al-Muqauqis sempat mempertanyakan tindakan Rasulullah Saw mengapa beliau menyebarkan ajaran tersebut bukan kepada bangsanya (orang-orang Mekah) dan orang-orang Mekah sendiri memusuhinya.

Pertanyaan itu lalu dijawab oleh Hathib bin Abi Balta’ah dengan mencontohkan hal yang sama saat Isa Al-Masih juga dimusuhi kaumnya, ketika sedang menyebarkan ajarannya di Yerussalem. Jawaban dari Hathib ini sangat mengena dihati Al-Muqauqis.

Respon yang ditunjukkkan Al-Muqauqis cukup baik. Sebagai bentuk penghargaan terhadap surat seruan Rasulullah SAW tersebut, ia membuat dan menyampaikan surat balasan kepada utusan Rasulullah SAW yang menyampaikan surat itu. Al-Muqauqis dapat mengerti dan memahami seruan dari Rasulullah SAW tersebut.

Sikap konkrit pertama yang ditunjukan Al-Muqauqis adalah dengan mengirim beberapa budak, kuda, keledai dan tabib sebagai bentuk penghormatan kepada Rasulullah Saw.

Sementara terkait sikapnya atas seruan masuk Islam, Al-Muqauqis nampaknya enggan untuk mengikutinya. Pertimbangan yang dijadikan acuan adalah rasa takutnya terhadap jabatannya. Jika ia memutuskan untuk masuk Islam, maka sangat memungkinkan jabatannya sebagai seorang wali negara di Alexandria akan berakhir dan digantikan oleh orang lain.

Dakwah adalah mengajak manusia dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar, sesuai
dengan perintah Tuhan untuk kemaslahatan dan kebahagiaan dunia dan akhirat. Rasulullah Saw telah mencontohkan kepada umatnya tata cara berdakwah dan mengenalkan Islam kepada non-muslim dan orang yang buruk tingkah lakunya, dengan sopan santun.

Wallahu a’lam.