Soal Mudik Nyaman, Soal Pemerintah yang Melayani

Soal Mudik Nyaman, Soal Pemerintah yang Melayani

Soal Mudik Nyaman, Soal Pemerintah yang Melayani

Orang yang tiap tahun mudik pasti pernah merasakan macet berpuluh jam saat mudik. Dulu ada teman yang mudik dari Bekasi, setelah jalan 24 jam baru sampai Cirebon. Begitu keluar dari tol Cikampek, pemudik sudah dihadang kemacetan, sampai tidak bisa bergerak, parkir di jalan raya.

Dulu sering ada drama, orang merayakan Lebaran di jalan, karena tak keburu sampai ke tujuan, karena macet.

Tol Cipali dibuka. Orang tak lagi perlu berjejal di jalur Pantura melewati Indramayu. Tapi tak berarti perjalanan lancar. Di pintu keluar tol Brebes, macet gila-gilaan, kendaraan tak bergerak selama puluhan jam. Waktu itu sampai ada korban meninggal.

Itu adalah cerita mudik yang tragis. Dulu kita pasrah, karena tak ada yang sanggup mengubanya. Dulu kita hanya bisa memaki pemerintah. Itu makian putus asa, karena makian kita tak mengubah apa-apa.

Hari-hari suram itu telah berlalu. Mudik tahun ini nyaris tanpa drama kemacetan yang berarti. Perjalanan ke Jawa Tengah bisa ditempuh dalam waktu kurang dari 10 jam. Angka kecelakaan turun 50%. Wajar, karena kemacetan yang menggila cenderung membuat orang berkendara secara gila pula. Kini kita tak perlu lagi jadi orang gila.

Ini soal jalan tol? Drama menolak kinerja pemerintah menjadi semakin konyol ketika orang-orang bilang itu bukan duit Jokowi yang dipakai untuk membangun jalan tol. Sejak kapan presiden mengeluarkan duitnya sendiri untuk membangun?

Ini bukan soal duit, Bung. Contoh nyata bisa kita lihat, soal ada duit yang tak membuat sesuatu bisa diwujudkan. Anda ingat rencana monorel Jakarta? Investornya ada, pembangunan sudah dimulai. Tiang-tiang beton sudah dipancangkan di sejumlah tempat di Jakarta. Jadi? Tidak.

Membangun itu butuh uang. Tapi uang saja tidak membuat orang berhasil membangun. Monorel itu contohnya. Contoh yang lebih buruk? Hambalang. Dalam kasus Hambalang, tak hanya barangnya tak jadi, duit negara trilyunan rupiah menguap tak tentu rimbanya.

Tapi ini bukan melulu soal infrastruktur. Ini soal melayani rakyat, memberikan yang lebih baik untuk mereka. Dulu orang menderita saat mudik, kini mereka dibuat nyaman. Itu yang penting. Jadi bukan sekadar membangun fisik. Ini soal melayani rakyat!

Di Papua sana orang tak mudik lebaran. Bagi mereka dibuatkan jalan Trans Papua. Untuk apa? Untuk memberikan mereka kehidupan yang lebih baik. Dengan jalan itu, arus barang akan lebih mudah. Dulu harga-harga menggila di Papua. Sekarang perlahan mereka mulai bisa menikmati harga-harga barang yang lebih masuk akal.

Demikian pula di NTT, Kalimantan, Sumatera, dan berbagai tempat lain.

Jalan tol lintas Jawa itu kini dinikmati pemudik. Tapi itu dibuat bukan hanya untuk mudik. Arus angkutan orang dan barang di sepanjang pula Jawa akan semakin lancar. Makin banyak barang bergerak, makin banyak laba dicetak. Itu harapannya. Ini adalah usaha untuk memperbaiki ekonomi.

Tentu saja itu kembali pada kita, mau memanfaatkannya untuk apa. Jalan tol itu tak akan datang memberimu uang. Uang harus kau dapatkan dengan berusaha, dengan memanfaatkannya. Kau bisa memilih, jadi pemain atau penonton yang mengomel.

Masih mau sibuk membuat meme soal jalan tol ini milik siapa? Sssst, ada yang sudah bergerak untuk berbisnis memanfaatkan lancarnya jalan.

Kalau masih terus nyinyir, kau akan tersingkir.
Ayo mikir. Buat hidupmu lebih tajir.
Jangan terus-menerus jadi manusia apkir!