Perjalanan yang paling dipersiapkan oleh jemaah Haji yang sudah sampai di tanah suci Mekah, adalah perjalanan menuju Masy’aril Haram, nama lain dari ARMINA (Arafah-Muzdalifah-Mina). Perjalanan ini memang bagian paling penting dari ibadah haji, sebagaimana ditegaskan dalam Alquran “Haji adalah Arafah”. Oleh sebab itu, seluruh manusia yang ingin menunaikan ibadah haji harus berada di padang Arafah di tanggal 9 Dzulhijjah. Ali Syariati pernah menyebutkan bahwa wukuf di Arafah adalah sebuah muktamar terbesar dari kaum muslimin.
Perjalanan ke padang Arafah biasanya dimulai pada tanggal 8 Dzulhijjah dari kota Mekkah, yang berjarak sekitar 20 km. Namun, tidak sedikit dari para jemaah yang masih menjalankan ibadah tarwiyah, bermalam di Mina sebelum menuju Arafah di tanggal 9 Dzulhijjah. Biasanya di pagi hari tanggal 9 Dzulhijjah semua jemaah haji sudah berkumpul di padang Arafah, untuk bersiap-siap menghadapi dari ibadah wukuf yang dimulai sejak tergelincir matahari hingga waktu Ashar.
Namun, dari padang Arafah hingga Mina bukanlah cuma ada sisi ibadah yang sangat kental. Tapi ada juga sisi lain, yang juga turut mewarnai tempat suci ini. Arafah yang dikenal sebagai tempat bertemunya kakek dan nenek umat manusia setelah lama berpisah, pasca diturunkan dari surga. Luas padang Arafah hanya 12,25 km2 untuk menampung seluruh jemaah yang sekarang ini sudah mencapai 3 juta orang, belum lagi ditambah para pekerja, petugas keamanan dan lain-lain yang kemungkinan bisa mencapai 3,5-4 juta orang berada di sana pada saat wukuf. Dengan manusia yang mencapai jumlah sebesar itu maka perbedaan adat, budaya hingga gaya hidup, keindahan padang Arafah adalah indahnya perbedaan yang saling bertemu dengan segala dinamika.
Semua orang yang menjalankan ibadah haji memang diwajibkan memakai ihram saat menjalani ibadah wukuf. Jadi bagi jemaah haji wajib memakai ihramnya sebelum memasuki wilayah tanah Arafah. Arafah dianggap menjadi miniatur padang mahsyar, karena nuansa putih-putih mendominasi di sana. Namun, sisi lain dari padang Arafah juga menarik jika kita telisik bersama.
Beberapa sisi lain daripada padang Arafah di antaranya, berdasarkan penuturan salah seorang Haji kepada saya yang menarik dari tanah Arafah adalah kehadiran pecel dan bakso di luar wilayah kemah di sana. Kedua makanan khas Indonesia itu dijual oleh para keluarga TKI yang mukim (istilah untuk menyebut warga negara Indonesia yang berdiam di Arab Saudi) yang sekalian melaksanakan ibadah Haji. Kehadiran bakso dan pecel di tanah Arafah adalah sebuah berkah bagi jemaah yang sudah lama meninggalkan tanah air. Walau harga yang dihitung cukup mahal jika dibanding di Indonesia, bakso dan pecel biasanya cukup laris sebab bukan cuma soal kerinduan akan makanan Indonesia tapi juga variasi makanan yang monoton yang disediakan oleh catering.
Selain makanan, sisi yang menarik di Arafah adalah biasanya kunjungan yang dilakukan para jemaah kepada saudara, keluarga, tetangga atau kolega yang juga sedang melaksanakan ibadah haji. Di pagi hari tanggal 9 Dzulhijjah biasanya kegiatan jemaah haji mengisi dengan saling berkunjung ke maktab (pengurus jemaah haji yang biasanya dibagi ke satu wilayah kemah saat di Arafah) jemaah yang lain. Sebab, kunjungan ini sulit kalau dilakukan di Mekkah atau Madinah karena alasan jarak. Kalau di Arafah ini dimudahkan sebab jaraknya bisa lebih pendek dan kemudahan mencari tempatnya karena setiap maktab berdampingan sesuai nomor urut yang dimiliki. Kunjungan ini bisa saling berbagi pengalaman yang tentu saja berbeda antar jemaah, juga sarana untuk saling menanyakan kabar karena selama ini terpisah.
Selain Arafah yang menyimpan sisi lain Mina juga menyimpan sisi lain yang menarik. Yaitu para jemaah haji biasanya menyembutnya dengan Pasar Rusia. Sebidang jalan di depan perkemahan dan terowongan Muaisim biasanya dimanfaatkan oleh para jemaah haji untuk berjualan barang-barang yang unik dan biasanya tidak bisa ditemukan di Mekkah dan Madinah. Sebab, para penjual yang menggelar jualannya adalah jemaah haji asal “Rusia”, saya memberikan tanda seru untuk menandakan bahwa jemaah haji tersebut sebenarnya tidak semuanya asal Negara yang dipimpin oleh Vladimir Putin tersebut, tapi juga berasal dari negara sekitaran Rusia dan Asia Tengah, seperti Tajikistan, Uzbekistan, Turkeministan dan lain-lain. Jemaah haji asal tanah Banjar menyebutnya pasar Rusia karena kemiripan paras dan warna kulit. Yang menarik di pasar ini adalah cara bertransaksi dan barang yang dijual.
Para penjual yang mayoritas tidak bisa berbahasa Arab dan Inggris maka mereka biasanya tidak banyak bicara dalam menawarkan barang dagangannya. Memakai bahasa isyarat tangan dan biasa dibantu dengan kalkulator untuk menerangkan harga dan proses tawar menawar. Tempat yang dipakai untuk proses jual beli ini berada dalam kompleks perkemahan Indonesia, oleh sebab itu kebanyakan pelanggan adalah jemaah haji asal Indonesia. Saat jemaah haji sambil mengisi waktu saat melaksanakan mabit (bermalam) di Mina, sebagai salah satu wajib haji, jemaah biasanya berbelanja di sini.
Adapun barang dagangan yang ditawarkan biasanya adalah kerudung segi empat, alas meja, pisau tentara hingga senter tanpa baterai. Namun, kadang ada juga barang-barang yang cukup aneh seperti kulit beruang, topi mirip tentara merah dan tanduk rusa, bahkan pengakuan salah seorang jemaah pernah membeli tanduk rusa kutub. Barang ini ada di tanah suci karena para penjual yang juga sedang melaksanakan ibadah haji memakai mobil besar atau bus untuk membawa barang-barang itu untuk dijual saat berada di tanah suci, untuk menutupi modal saat diperjalanan pulang pergi antara rumah dan tanah suci.
Ibadah wukuf dan mabit di Masy’aril Haram adalah bagian terpenting dalam perjalanan di tanah suci. Namun, banyak sisi kemanusiaan yang menarik yang bisa dilihat di tanah suci tersebut, salah satunya adalah pasar Rusia dan keberadaan bakso dan gado-gado di Arafah dan Mina. Namun, sisi ibadah harus lebih diutamakan dalam pelaksanaan rangkaian perjalanan ARMINA.
Selamat menjalani ibadah Wukuf di padang Arafah bagi seluruh jemaah haji seluruh dunia dan juga selamat Hari Raya Idul Adha. Fatahallahu alaihi futuh al-arifin