Setiap orang pasti memiliki kesibukan masing-masing. Seorang pedagang sibuk menjajakan dagangannya agar cepat laku, seorang pengajar sibuk menyiapkan materi yang akan disampaikan kepada muridnya, seorang pelajar sibuk menyelesaikan tugas yang harus disetorkan ke gurunya, dan sebagainya. Seringkali semua kesibukan tersebut menyebabkan seseorang tidak khusyuk dalam sholat.
Khusyuk memang perkara yang cukup sulit untuk diraih, apalagi di tengah urusan sehari-hari yang semakin kompleks. Said Hawwa (w. 1989 M) dalam al-Mushtakhlash fi Tazkiyat al-Anfus (h. 33) menukil sebuah hadis yang dikeluarkan oleh Imam at-Thabrani (w. 360 H) dalam kitab hadisnya:
أَولُ عِلْمٍ يُرْفَعُ مِنَ اْلأَرْضِ اْلخُشُوْعُ
Ilmu yang pertama kali diangkat dari muka bumi adalah khusyuk.
Apa yang dikabarkan oleh Nabi SAW tersebut memang dialami oleh sebagian besar muslim. Mereka seakan kebingungan untuk mengetahui cara agar bisa khusyuk, tidak hanya dalam sholat melainkan juga dalam ibadah yang lainnya.
Ahmad ibn ‘Ajibah (w. 1224 H) dalam Iqadh al-Humam fi Syarh Hikam (h. 282) mengutip sebuah pendapat yang diutarakan oleh Abu Bakr ibn ‘Arabi al-Mu’afiri (w. 543 H) yang berbunyi:
لَقَدْ رَأَيْتُ مِمنْ يُحَافِظُ عَلَيْهَا آلَافًا لَا أُحْصِيْهَا, فَأَما مَنْ يُحَافِظُهَا بِالْخُشُوْعِ وَالِإقْبَالِ فَمَا اسْتَوْفَى مِنْهُمْ الْخَمْسَةَ
Sungguh aku melihat begitu banyak yang menjaga sholatnya, Sedangkan hanya sedikit dari mereka yang menjaganya dengan khusyuk dan menghadirkan Allah dalam sholatnya.
Meski sulit, bukan berarti khusyuk tidak dapat diraih, telah banyak metode maupun tips untuk dapat meraih khusyuk. Seperti yang ditawarkan oleh Ibn ‘Ajibah dalam kitabnya yang disebut di atas.
Setidaknya ada tiga hal yang dapat membantu seseorang untuk dapat meraih khusyuk. Pertama, zuhud terhadap dunia. Seperti yang telah dijelaskan pada awal tulisan ini, urusan dunia seringkali dapat memecah kekhusyukan kita dalam sholat.
Terkait hal pertama ini, penulis pernah mendengar sebuah ceramah dari Prof. Dr. K.H. Nasaruddin Umar, M.A., bahwa ketika seseorang ber-takbiratul ihram dan mengucap takbir, mereka juga harus menanamkan dalam hatinya bahwa tidak ada urusan yang lebih besar dan lebih penting dalam sholat kecuali menyembah Allah SWT.
Kedua, memperbanyak mengingat Allah dalam sholat. Mengingat Allah dapat dilakukan dengan menghayati bacaan-bacaan dalam sholat, termasuk ayat-ayat yang sedang dibaca. Atau dapat juga dilakukan dengan bacaan lain tanpa dilafalkan, dengan kata lain cukup di dalam hati.
Ketiga, menjaga wudhu, sehingga setiap saat dalam keadaan bersuci. Menurut Ibn ‘Ajibah, hal ini juga tidak kalah penting, karena kesucian badan kita memiliki keterkaitan dengan kesucian batin kita.
Prof. Dr. K.H. Nasaruddin Umar juga pernah menyampaikan bahwa kekhusyukan dalam sholat seyogyanya harus dimulai sejak saat kita berwudhu. Beliau mencontohkan, ketika membasuh wajah, niatkan juga membasuh ‘wajah’ hati, demikian pula ketika membasuh anggota wudhu yang lainnya.
Pada intinya, khusyuk dalam sholat bukan sesuatu yang mustahil untuk diraih. Seiring dengan terus berlatih dan mempraktekkan berbagai tips maupun metode yang ada dengan sungguh-sungguh, maka suatu saat khusyuk akan dapat diraih, dan kualitas ibadah kita menjadi lebih baik. Wallahu A’lam.