Sevilla: Kota Multikultur, Saksi Kejayaan Islam Eropa

Sevilla: Kota Multikultur, Saksi Kejayaan Islam Eropa

Sevilla, kota itu menjadi saksi peradaban islam dan kini menjadi salah satu kota terindah di dunia

Sevilla: Kota Multikultur, Saksi Kejayaan Islam Eropa
Foto: e-travelmag.com

Sevilla adalah kota terbesar keempat di Spanyol setelah Madrid, Barcelona dan Valencia. Kota yang ditaklukan oleh pasukan Islam pada tahun 716 M (pendapat lain tahun 712 M), merupakan kota yang pernah di kuasai oleh kerajaan Romawi.

Di zaman kuno, Sevilla bernama Hispalis dan setelah dikuasai oleh umat Islam, nama Hispalis dirubah menjadi Isybiliyyah. Sebutan Isybiliyyah sampe saat ini masih masyhur khususnya dalam dialektika bahasa arab. Namun orang Eropa menyebutnya hingga saat ini dengan Sevilla.

Pada masa kekuasaan Romawi di bawah kepemimpinan Julius Caesar, Sevilla dikenal dengan sebutan Colonia Julia Romula atau Romula Aguzta. Setelah kekuasaan Romawi berakhir, Sevilla berada di bawah kekuasaan bangsa Vandal dan menjadikannya sebagai ibu kota kerajaan mereka. Kota yang terletak di tepian Sungai Guadalquiver ini, pernah menjadi pusat pemerintahan Islam di Andalusia sebelum Cordoba, yaitu pada masa pemerintahan Musa bin Nushair.

Di masa lalu, Sevilla adalah kota peradaban dunia yang multikultur. Berbagai macam kultur berkembang di Sevilla, mulai dari Romawi, Yahudi, Kristen, Islam dan lain sebagainya, yang jejak peradabannya masih bisa kita lihat sampai saat ini. Selain menjadi kota yang multikultur, Sevilla juga pernah menjadi pusat perekomian di wilayah laut Mediterania. Sebagaimana dikatakan Ibnu Abdun dalam karyanya, bahwa Sevilla merupakan kota yang sangat sibuk, dengan denyut nadi perekonomian dan perdagangan setiap harinya.

Sevilla berada dibawah kekuasaan Islam kurang lebih selama 500 tahun, dengan para penguasa muslim yang silih berganti baik itu dari Dinasti Umayyah II, Dinasti  al-Murabitun dan Dinasti al-Muwahidun.

Di masa Khalifah Abdurrahman II, Sevilla mengalami rekonstruksi besar-besaran terhadap bangunan-bangunan peninggalan Romawi untuk dibangun kembali dengan perpaduan arsitektur Arab.

Masa keemasan Sevilla terjadi ketika berada di bawah kekuasaan Dinasti al-Murabitun. Saat itu, Sevilla menjadi pusat banyak bidang kehidupan mulai dari agama, ilmu pengetahuan, ekonomi dan budaya.

Selama 16 abad, kota ini telah mengalami perkembangan besar di berbagai bidang dan beberapa bangunan menjadi pusat bersejarah. Sehingga, Sevilla menjadi pusat multikultur yang memberikan kontribusi terhadap perkembangan seni yang berperan penting di zaman keemasan Spanyol.

Reputasi Sevilla tidak kalah mentereng dengan kota-kota ilmu lainnya pada saat itu, seperti Cordoba, Granada. karena Sevilla juga menjadi tempat lahirnya para ilmuwan muslim, seperti Ibnu al-Arabi yang ahli tafsir. Sevilla juga memunculkan ahli matematika terkemuka, yang bernama Ibnu al-Yasamin al-Isybili, dengan karyanya yang fenomenal yaitu al-Urjuza al-Yasminiya fi al-Jabr wa al-Muqabala.

Selain itu, ilmu astronomi dan pertanian juga berkembang pesat di Sevilla. Salah satu ilmuwan besar dalam bidang astronomi yang muncul dari Sevilla adalah Abu Muhammad Jabir Ibnu Aflah. Nama Jabir Ibnu Aflah di barat lebih dikenal dengan nama Geber, yang mempunyai karya kitab al-Haia. Sebuah kitab yang membahas teori gugus planet dekat, yaitu Venus dan Merkurius serta garis edarnya antara Matahari dan Bumi. Selain Jabir Ibnu Aflah, ahli astronomi yang muncul dari Sevilla adalah  al-Khamairi.

Di Sevilla, muncul juga ilmuwan-ilmuwan besar Islam yang ahli dalam bidang pertanian. Abu Zakariya Yahya Ibnu Muhammad Ibnu Ahmad al-Awwam adalah salah satunya. Dimana Abu Zakariya Yahya Ibnu Muhammad Ibnu Ahmad al-Awwam, mempunyai kitab yang mengulas secara mendalam tentang seluk beluk pertanian. Selain itu, ada juga nama Abu Abbas Ahmad Ibnu Muhammad Ibnu Mufarraj, yang ahli dalam botani.

Pada tahun 1248 M, Sevilla dikuasai oleh pasukan Kristen pimpinan Ferdinand III. Runtuhnya peradaban Islam di Sevilla meninggalkan banyak peninggalan bersejarah, di antaranya adalah menara la giralda, yang dibangun pada abad ke 12 M, yang dulunya merupakan tempat untuk mengumandang adzan. Ada juga Masjid Agung Sevilla yang dibangun pada tahun 1171-1172 M, yang kini telah berubah menjadi gereja dengan nama Santa Maria De La Sede. Kemudian ada Istana al-Cazar yang merupakan tempat tinggal para penguasa Islam pada waktu itu.

Istana al-Cazar di Sevilla, merupakan salah satu situs warisan dunia UNESCO yang diresmikan pada tahun 1987 M. Istana ini merupakan istana kerajaan tertua, yang masih digunakan oleh kerajaan Spanyol saat ini, dan diurus langsung oleh Patrimonio Nacional.

Sevilla saat ini adalah kota yang mempunyai populasi muslim yang lumayan banyak, mereka bertahan hidup di tengah keterbatasan tempat beribadah. Umat Islam yang ada di Sevilla saat ini, sedang berusaha untuk membangun kembali masjid, melalui Fundacion Mezquita De Sevilla.

Wallahu A’lam.