Setya Novanto Ditinjau dari Berbagai Perspektif

Setya Novanto Ditinjau dari Berbagai Perspektif

Harun Nasution menulis islam ditinjau dari berbagai aspeknya. Lalu, bagaimana jika Setnov dilihat dari berbagai aspeknya?

Setya Novanto Ditinjau dari Berbagai Perspektif
Kekuatan Setnov begitu dahsyat, hingga membuat tertawa keras

Dalam sepekan ini kita disuguhi perkembangan kasus mega korupsi E-KTP yang melibatkan ketua DPR RI, Setya Novanto. Dalam perkembangan terbaru ini, sejumlah perkembangan kasus mulai dari penetapan kembali Setnov sebagai tersangka untuk kedua kalinya, usaha penjemputan paksa Setnov dari rumahnya, raibnya Setnov dari kediamannya saat hendak ditangkap, hingga kecelakaan yang diderita Setnov menyita perhatian kita.

Di samping drama kasus ini sendiri, terdapat sejumlah fenomena yang menarik untuk kita cermati bersama. Tulisan ini hendak membawa Anda pada sejumlah perspektif yang berkelindang di sekitar drama ini

Pertama, The Drama King of The Week

Bisa dikatakan bahwa hampir semua media sedang menyoroti perkembangan kasus ini. Setiap saat berita mengenai perkembangan kasus E-KTP ini menjadi topik hangat yang dijadikan headline baik di media online, cetak dan televisi. Sabtu ini misalnya, kasus ini menjadi trending di kolom Fokus di Detik.com. Secara total, terdapat sebanyak 7508 kali kata “Setya Novanto” di laman berita salah satu medai terpopuler di Indonesia ini. Riuh berita ini tak kalah serunya di televisi kita. Metrotv, KompasTV, TVOne dan sejumlah stasiun televisi tak henti memberitakan kasus ini sepanjang hari.

Sehingga kasus ini benar-benar menjadi buah bibir di tanah air. Baik itu di ruang kerja, di dalam KRL hingga di meja makan keluarga penulis. Maka pas sekali jika kasusini kita nobatkan sebagai drama of the week. Seperti adegan film tersanjung pada tahun 90-an, setiap episode dari drama ini layak kita nantikan

Kedua, The Power of creativity

Fenomena lain yang dapat kita potret dari kasus ini adalah merebaknya konten berupa artikel pendek, meme dan video yang menanggapi kasus ini. Konten-konten tersebut umumnya bernuansa satire dan merebak begitu saja melalui jendela media sosial, baik facebook dan twitter. Bisa dikatakan bahwa fenomena ini adalah bentuk sikap dari kelompok masyarakat dunia digital dalam melakukan perlawanan dengan cara yang sederhana namun mampu menciptakan gelombang perlawanan yang sangat massif.

Massivitas perlawanan ini tak kendor meski pada kasus sebelumnya kuasa hukum Setya Novanto melaporkan belasan pembuat meme tentang kliennya yang membuat sejumlah terlapor terjerat tuntutan UU ITE. Namun sekali lagi, itu tak menyurutkan niat pembuat konten untuk tetap ngintrik Setya Novanto.

Sejumlah ide kreatif lain juga langsung menyambut kasus ini sebagai peluang dengan berbagai kreativitas. Sehari setelah mobil Fortune yang dikendarai Setya Novanto menabrak tiang lampu game bernama game tiang listrik langsung ramai dibicarakan. Hanya beberapa haru saja, tercatat sebanya 5.352 orang telah mendownload game tersebut. Ulasan game ini juga terlah beredar di sejumah media.

Selain game dan meme, muncul pula sebuah lagu yang terinspirasi oleh “tiang listrik”. Lagu yang berjudul “RIP Tiang Listrik” yang dinyanyikan oleh pria berambut kriting berkacamata ini telah menjadi primadona di media sosial. Video ini mendapat ratusan ribu perhatian pengguna youtube dan telah dishare kembali oleh puluhan akun lain.

Ketiga, Beringin yang (berusaha terlihat) tetap tegar

Sejak kasus ini bergulir kembali dan menyudutkan Setya Novanto yang merupaan ketua Umum Partai Golkar, sejumlah pimpinan partai beringin ini mengambil inisiatifnya masing masing untuk membuat partai tampak tetap gagah meski diterjang mega kasus ini. Abu Rizal bakrie langsung mengeluarkan statemen bahwa, kendati ketum Golkar sedang didera kasus besar namun Golkar akan baik-baik saja. Pejabat teras partai berwarna kuning ini juga mengeluarkan statemen serupa untuk mengesankan “Golkar is fine”.

Namun perkembangan politik di internal partai Golkar ini cukup menarik ditunggu. Sebab sejauh ini, kita harus mengakui kepiawaiannya dalam menyelesaikan konflik internal patut diacungi jempol. Kita ingat kasus dualisme yang mennjadikan partai ini bulan-bulanan media pada beberapa tahun lalu mampu diakhiri dengan baik. Golkar juga berhasil keluar dari lobang jarum saat gelombang Reformasi 1998 menuntut pembubarannya. Ya, itulah Golkar, partai yang cukup matang berpolitik. Maka menarik kita tunggu, apakah Munaslub seperti yang didorong sejumlah pejabat teras Golkar akan segera digelar atau tidak. Mari kita tunggu babak selanjutnya(!)

Keempat, Setnov menyatukan kita (Bersatunya para pendukung dan pembenci Ahok)

Anda tentu setuju bahwa kasus Setnov telah menjadi kasus yang mendapat perhatian tinggi dari masyarakat, termasuk masyarakat di dunia maya. Hal itu terlihat dari banyaknya komentar atau status atau meme yang dibagikan di media sosial seputar isu ini, baik berupa sekedar konten satire, atau sekedar gambar tiang listrik yang dipasangi perban dan diinfus. Dari kesibukan warganet ini, ada satu hal yang patut kita syukuri bersama; berkurangnya nyinyirisme antara dua kelompok bumi datar dan kaum kecebong!

Sepertinya anggota kedua kelompok ini sedang terkhilaf oleh kharisma kasus Setya Novanto dan berhawsil menyatukan mereka. Pada titik inilah penulis merasa bahagia dan bersyukur atas terjadinya kasus ini. Kasus ini telah menyatukan ikatan hanti dua kelompok yang terpisah akibat Pilkada DKI Jakarta. Saat saat seperti ini patur dikenang dan diabadikan, sebelum akhirnya pada pertengahan hingga akhir bulan depan, kedua kelompok ini akan dipisahkan kembali oleh perdebatan “apa hukumnya mengucapkan selamat natal?

Kelima, Apa yang bisa diambil dari diamnya para wakil rakyat

Yang ini tak perlu dibahas. Tak ada faedahnya. Hanya saja, penulis berharap orang seperti ini tidak lagi dipilih sebagai wakil rakyat. Walaupun penulis juga tidak tahu lagi mesti menawarkan apa sebagai pengganti tawaran uang politik yang umum digunakan sebagai senjata politik terutama di hari pemilihan yang kerap kita kenal dengan “serangan fajar”. Di situ kadang penulis merasa sedih, mengingat saudara kita yang mengutuk seseorang karena perilaku korupsinya, namun tetap memilihnya kembali ketika pemilu tiba.