Seorang Muslim Bertanya, Apa Beda Kristen dan Katolik?

Seorang Muslim Bertanya, Apa Beda Kristen dan Katolik?

Apa sih beda Kristen dan Katolik, bukannya sama-sama ‘salib’ ya? Tulisan in menjawab pertanyaan kita

Seorang Muslim Bertanya, Apa Beda Kristen dan Katolik?

Pertama kali berkunjung ke kantor redaksi Islami[dot]co, saya langsung dibikin bingung ketika ditanyai, “Kristen dan Katolik itu sama aja kan ya, Mas? Sama-sama salib kan?” Bagaimana saya harus menjawab itu dalam perjumpaan pertama saya dengan rekan-rekan muda Muslim ini? Saya memutuskan untuk menunda jawaban yang lebih detail dengan menjawab singkat, “Ya, serupa tapi tak sama.”

Sekarang akhirnya tibalah kesempatan bagi saya untuk menjelaskan secara lebih clear tentang persamaan dan perbedaan Kristen dan Katolik. Kali ini saya tidak hanya ingin menjelaskannya pada teman-teman redaksi Islami[dot]co, tetapi juga kepada para pembaca sekalian, khususnya bagi mereka yang kerap tidak mengetahui perbedaan antar keduanya. Apalagi, dalam konteks Indonesia keduanya seolah menjadi dua agama yang berbeda dan bersanding dengan agama-agama lain seperti Islam, Budha, Hindu dan Konghucu.

Saya ingin memulai terlebih dahulu dengan istilah. Kristen adalah istilah bagi kepercayaan/iman kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan. Dalam kepercayaan Islam, Yesus bernama Nabi Isa AS. Maka, orang yang beriman kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan disebut orang Kristen atau Kristiani. Orang Kristen sering disebut juga orang Nasrani. Istilah Nasrani sendiri berasal dari kata Nazaret, daerah asal Yesus Kristus. Sedangkan, Katolik berarti umum atau universal.

Sekarang kita harus melihat sejarah untuk mengetahui perbedaan antara Kristen dan Katolik. Semasa hidup-Nya di dunia, Yesus memiliki beberapa pengikut dan rasul. Setelah wafat dan bangkit lalu naik ke surga, para pengikut dan rasul Yesus tersebar ke pelbagai tempat. Salah satu tempat penyebaran awalnya yang terbesar adalah di Antiokhia, Turki. Di tempat itulah para pengikut Yesus Kristus ini pertama kali dikenal sebagai orang Kristen. Mulai dari sana, istilah Kristen menyebar ke mana-mana. Orang yang percaya pada Kristus mengidentifikasi dirinya sebagai orang Kristen.

Sampai berabad-abad, nama Kristen ini bertahan. Namun pada abad ke-16, sekitar tahun 1517-1521, seorang pastor (imam Kristen) bernama Martin Luther beserta para pengikutnya mengumumkan suatu ajaran yang berbeda dengan yang diyakini umat Kristen pada umumnya. Ajaran baru ini dipakainya untuk mendirikan aliran baru yang disebut Protestan. Protestan berasal dari kata “protes” yang merujuk pada aksi Luther memprotes ajaran Gereja. Gerakan Luther ternyata diikuti oleh banyak orang yang merasa lebih cocok dengan ajaran Luther. Mereka pun ramai-ramai keluar dari keanggotaan Gereja.

Gereja yang diprotes Luther sebaliknya juga mengambil sikap tegas. Gereja mengeluarkan Luther dari keanggotaannya. Untuk membedakan diri dari gerakan Luther, Gereja mengambil nama Katolik. Nama lengkapnya Gereja Kristen Katolik Roma. Roma merujuk pada pusat kepemimpinan Gereja Katolik yang dipimpin oleh Paus. Para paus yang memimpin Gereja Katolik, termasuk Paus Fransiskus yang sekarang sedang memimpin, berkedudukan di Roma, lebih tepatnya di Vatikan.

Di Indonesia, nama Protestan tidak lazim dipakai. Mereka yang termasuk penganut Kristen Protestan lebih sering dikenal sebagai orang Kristen saja. Sementara para anggota Kristen Katolik Roma lebih sering dikenal sebagai Katolik saja. Setidaknya demikian istilah yang digunakan oleh beberapa Kementerian Agama tingkat daerah dalam mendata jumlah penganut agama di daerahnya.

Kesimpulannya, istilah Kristen mencakup semua orang yang percaya pada Yesus Kristus sebagai Tuhan. Istilah Kristen tersebut masih sangat luas cakupannya. Di dalam Kristen sendiri, terdapat beberapa jenis aliran lagi. Dua cabang yang terbesar adalah Kristen Protestan dan Kristen Katolik. Masih ada aliran-aliran lain yang banyak jumlahnya, hanya saja yang dikenal di Indonesia adalah dua aliran tersebut.

Mengenai perbedaan ajaran dan isi kepercayaannya, saya akan menguraikannya di lain kesempatan. Nah, sekarang jika kawan-kawan pembaca bertemu atau berinteraksi dengan orang Kristen, setidak-tidaknya cobalah untuk bertanya, “Sampeyan ini Kristennya Protestan atau Katolik, Mas/Mbak?”

Syukur-syukur kalau pertanyaan itu membuka peluang untuk bertanya lebih lanjut, misalnya, “Emang apa sih bedanya Protestan dan Katolik?” Saya sungguh berharap, semoga Anda mendapat jawaban yang memuaskan atas pertanyaan tersebut.

Saya percaya, keberanian untuk berjumpa dan saling kenal adalah modal kita hidup bersama, apa pun agamanya dan kepercayaannya.