“Apalah arti sebuah nama. Andai kau berikan nama lain untuk bunga mawar, ia tetap akan berbau wangi.”
Pernyataan yang sangat terkenal dari sastrawan Inggris, William Shakespeare itu tak berlaku untuk Quraish Shihab. Seorang maestro tafsir Indonesia, lulusan terbaik Universitas Al-Azhar, Kairo, mantan mentri agama Kabinet Pembangunan VII dan penulis tafsir Al-Misbah yang fenomenal ini mengelakkan pernyataan Shakespeare.
Bagi Quraish Shihab, nama sangatlah penting, karena menunjukkan sebuah identitas, terlebih bagi manusia. Profesor yang menjadi anggota dewan kehormatan Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia (ICMI) ini berpendapat bahwa nama adalah doa dan ekspresi harapan orang tua kepada generasi selanjutnya. Oleh karena itu ia menamai nama anak-anaknya dengan nama yang indah.
Quraish Shihab menamai anak pertamanya dengan nama Najella. Secara harfiyah bearti terbuka, sedang secara Majazi bermakna pandangan dan wawasan luas. Ia berharap putri sulungnya menjadi sosok yang terbuka pada kebaikan dan kebenaran, terbuka pada ilmu pengetahuan, lapang dada, dan memiliki wawasan yang jauh kedepan.
Ella, sapaan Najella, menyelesaikan kuliah sarjana dan magisternya di jurusan psikologi Universitas Indonesia. Ia tertarik menekuni pendidikan. Ia mendirikan Sekolah Cikal, lembaga yang membawa perspektif baru dalam dunia pendidikan dengan pendekatan Cikal 5 Stars Competences yang inovatif. Kini Cikal tersebar di Jakarta, Tangerang, dan Surabaya.
Lalu Quraish menamai anak keduanya dengan nama Najwa. Arti harfiyahnya adalah percakapan atau bisikan. Makna majazinya adalah orang yang pandai bercakap, mudah mengerti, dan cerdas dalam berbincang dengan siapa saja. Terbukti Mba Nana, sapaan untuk Najwa, dikenal sebagai Host Talkshaw yang cerdas dan piawai dalam membawakan dan mengangkat isu-isu yang tengah aktual. Acara Mata Najwa yang ia bawakan pun menjadi salah satu talkshow televisi terbaik dan banyak ditunggu pemirsa.
Mba Nana menyelesaikan kuliah sarjana hukum di Universitas Indonesia dan S2 di Melbourne. Ia pernah mendapakan penghargaan tingkat nasional dan internasional atas dedikasi, komitmen, dan profesionalismenya. Salah satunya Young Global Leader 2011 dari Word Economic Forum yang berkedudukan di Jenewa.
Anak ketiga dinamai Nashwa, dengan makna puncak kegembiraan. Chaca, begitu dia dipanggil, lahir saat Quraish berhasil meraih puncak gelar akademik, yaitu doktor bidang Ilmu Tafsir dari Universitas Al-Azhar. Saat itu masih jarang sekali orang Indonesia yang berhasil meraih gelar doktor, terutama dari universitas Al-Azhar. Gelar yang menjadi dambaan Quraish ini adalah jawaban cita-cita ayahnya, Abdurahman Shihab. Gelar ini menjadi puncak kebahagiaan dan kegembiraannya. Maka dinamailah putri ke tiganya dengan nama Nashwa.
Anak keempatnya adalah anak laki-laki satu-satunya. Sudah lama Quraish mendambakan anak laki-laki. Tiga anak pertama perempuan semuanya. Quraish telah menyiapkan nama anak laki-lakinya dengan nama Ahmad. Artinya amat terpuji, berharap namanya sesuai dan bisa mengikuti jejak nama dan sifat nabi terakhir, Rasulullah SAW.
Dan anak yang terakhir terlahir kembali perempuan. Putri ke lima ini ia beri nama Nahla, bermakna sumber kebajikan. Quraish berharap anak bungsunya menjadi sosok yang menebar kebajikan dan bermanfaat bagi orang banyak.
Nahla yang akrab dipanggil Hala oleh keluarganya mengambil study kedokteran di Universitas Indonesia.
Itulah kelima anak direktur pusat Study Al-Qur’an (PSQ), Quraish Shihab. Ada hal unik jika kita perhatikan dengan seksama. Ternyata empat anak perempuan Quraish Shihab ini dinamai dengan awalan huruf “Nun” dalam huruf bahasa arab atau “N” dalam aksara latin.
Hal ini ternyata bukan lah ketidak sengajaan belaka, tetapi memang Quraish Shihab memberikan keistimewaan kepada Huruf “Nun” ini. Bukan hanya anak, untuk cucu perempuan pun ia menyiapkan beberapa pilihan nama untuk orang tuanya menjelang kelahiran sang cucu.
Dari anak-anaknya yang sudah menikah, Quraish memberikan nama cucu perempuannya pun dengan awalan “Nun.” Cucu perempuannya adalah Nishrin Assegaf, Nihlah Assegaf (anak Najella), Naziha Fahiya Alydrus, Nuha Syakila Alydrus (anak Nasywa), Namiya Assegaf (anak Najwa yang meninggal tidak lama dilahirkan), dan Nayyirah (anak Ahmad)
“Lalu Apa keistimewaan huruf “Nun” bagi Quraish Shihab?”
Jawaban Quraish atas pertanyaan yang kerap juga telontar dari beberapa kerabat dan teman dekat ini adalah bahwa Nun baginya adalah huruf yang istimewa. Dalam buku otobiografi “Cahaya, Cinta, dan Canda M. Quraish Shihab” yang di tulis Mauluddin Anwar, Latief Siregar, dan Hadi Musthafa, Quraish Shihab menerangkan bahwa “Nun” adalah salah satu huruf yang berdiri sendiri di awal surah al-Qur’an, surat Al-Qalam.
Pada firman suci itu, “Nun” dijadikan Allah SWT sebagai sumpah bahwa nabi berakhlak mulia, hal ini untuk menepis tuduhan-tuduhan palsu para penentang ajakan kebaikan.“Nun” juga mengandung makna yang positif seperti najah (sukses), Nur (cahaya), atau Nashr (pertolongan).
Itulah rahasia jawaban kenapa Quraish Shihab menamai anak dan cucu perempuannya dengan awalan “Nun” nama yang dia pilih untuk anak-anak dan cucu perempuannya adalah apresiasi atas keistimewaan huruf “Nun”, sekaligus refleksi harapan untuk generasi penerusnya karena nama adalah doa.
Wallahu a’lam.