Sekali Lagi, Membincang Visi Islam Kebangsaan KH Hasyim Muzadi

Sekali Lagi, Membincang Visi Islam Kebangsaan KH Hasyim Muzadi

KH Hasyim Muzadi dan visi keislaman dia begitu kuat, tapi banyak yang tak tahu

Sekali Lagi, Membincang Visi Islam Kebangsaan KH Hasyim Muzadi

 

Tanah air kembali berduka, Kiai Hasyim Muzadi, seorang guru bangsa, sosok teladan dan menjadi panutan ummat dipanggil menghadap-Nya. Sosok yang dikenal luas karena pemikiran-pemikirannya yang cemerlang, sehingga mampu menjembatani berbagai kelompok dengan mengambil berbagai peran strategis di tengah problematika keislaman dan kebangsaan yang terus terjadi.

Ia merupakan perwujudan seorang manusia yang menghikmatkan seluruh hidupnya, mengerahkan segenap tenaga dan fikirannya untuk kemajuan agama dan bangsa. Bahkan di saat-saat beliau ditimpa sakit, tak pernah ada kata cuti untuk berjuang dalam kamus hidupnya, berbagai kegiatan tetap beliau hadiri, datang di tengah-tengah ummat untuk memberi pencerahan senantiasa beliau penuhi. Hingga sakit yang dideritanya menjadi asbab kepulangannya menghadap Sang Maha Pencipta.

Visi Keislaman

Kiai Hasyim adalah sosok Ulama yang paling tidak merespresentasi dua corak sekaligus. Pertama, Ulama dengan pandangan Islam moderat dan toleran yang mengusung spirit Islam rahmatan lil alamin. Kedua, Ulama dengan komitmen kebangsaan yang kuat, sehingga banyak terlibat dalam mengawal isu-isu kebangsaan.

Dalam mengembangkan spirit keislaman yang menjunjung perdamaian dan hubungan lintas agama dan golongan yang harmonis. Kiai Hasyim menggunakan dua pendekatan. Pertama, membangun hubungan (ukhuwah) yang kuat di internal ummat Islam. Kedua, menciptakan hubungan yang erat antar-ummat agama-agama.

Upayanya membangun hubungan yang semakin kuat inter-agama (Islam) dengan visi keislamannya yang moderat, secara maksimal ia lakukan semasa menjabat ketua PBNU dua periode (1999-2004 dan 2004-2009) perhatian serius Kiyai Hasyim pada dunia Islam, mendorongnya mendirikan International Conference of Islamic Scholars (ICIS) yang menghimpun sekitar 300 ulama/cendekiawan muslim dari 53 negara yang konsen membicarakan berbagai problematika yang melanda negeri-negeri muslim, khususnya kekerasan atas nama agama (radikalisme) yang semakin merebak.

Sedang ikhtiarnya untuk mewujudkan hubungan antar agama yang mutualistik, dibuktikan dengan terpilihnya beliau sebagai salah satu presiden World Conference on Religion for Peace (WCRP). Dengan posisi tersebut, kiprah beliau dalam menyebarkan semangat perdamaian berbasis pada nilai-nilai agama kian mendunia, bertemu dan berdialog dengan sejumlah pemimpin agama-agama di dunia. Hal itu mudah difahami, mengingat ia lahir dan dibesarkan dalam tradisi Nahdlatul Ulama (NU) yang memiliki konsep trilogi persaudaraan, persaudaraan Islam (ukhuwah Islamiyah), persaudaraan bangsa (ukhuwah wathaniyah) dan persaudaraan kemanusiaan (ukhuwah insaniyah).

Atas kiprahnya terhadap dunia Islam, Kiai Hasyim kemudian tercatat dalam buku The 500 Most Influential Muslim tahun 2009, ia berada di urutan ke 18 sebagai tokoh muslim terpenting di dunia dan urutan pertama di Indonesia.

Visi Kebangsaan

Kiyai Hasyim Muzadi, juga adalah ulama dengan visi kebangsaan yang kuat, visi dan komitmen kebangsaan itu secara konsisten ia hadirkan dalam setiap segmentasi perjuangannya. Salah satunya, ia senantiasa aktif berkontribusi menyumbang pemikiran terkait hubungan agama (Islam) dan Nasionalisme yang sublim dan tak terpisah satu sama lain. Baginya, Islam, Pancasila dan Nasionalisme adalah satu kesatuan yang saling melengkapi. Ia berpandangan “Pancasila bukan agama, tetapi tidak bertentangan dengan agama. Pancasila bukan jalan tetapi titik temu antara banyak perbedaan jalan. Beda agama, suku, budaya dan bahasa, hanya Pancasila yang bisa menyatukan perbedaan tersebut”.

Kiai Hasyim adalah ulama sekaligus intelektual yang aktif mewarnai dunia perpolitikan dalam negeri. Dalam dunia politik, Kiai Hasyim mengusung visi politik kebangsaan, yaitu visi politik yang mengedepankan semangat keindonesiaan daripada fanatisme golongan berbasis agama.

Negeri ini kehilangan sosok yang kiprahnya sangat dibutuhkan disaat terjadi banyak polemik, khususnya semakin kuatnya sentimen antar kelompok karena faktor politik, sosial dan ekonomi yang penuh persoalan. Berkembangnya corak politik sektarian, struktur sosial yang timpang, hingga persoalan ekonomi yang ditandai dengan semakin naiknya harga-harga kebutuhan pokok, membuat orang mudah terprovokasi dan bertindak destruktif, kondisi tersebut sangat mudah dibelokkan menjadi isu sentimen SARA yang tentu mengancam kebhinnekaan bangsa.

Kiai Hasyim adalah satu di antara sejumlah tokoh Islam di Indonesia yang memiliki arti penting bagi ummat Islam dan banga Indonesia sekaligus, ia adalah seorang ulama, intelektual dan cendekiawan Islam yang mampu diterima oleh berbagai kalangan dan lapisan masyarakat. Kepulangannya adalah kehilangan yang mendalam bagi semua golongan di republik ini.

Allah mencabut ilmu dari muka bumi dengan mewafatkan para Ulama. Semoga tokoh-tokoh seperti Kiai Hasyim Muzadi yang telah berpulang, akan digantikan oleh tokoh-tokoh baru yang lahir kemudian. Banyak anak muda, khususnya dikalangan NU yang telah berguru banyak padanya, perjuangannya akan terus berlanjut, dilanjutkan oleh generasi yang memiliki visi keislaman dan kebangsaan yang kuat. Demi mencapai izzul islam wal muslimin (kemuliaan Islam dan ummat Islam) menuju cita-cita khairu ummah (ummat terbaik) dan demi mewujudkan bangsa Indonesia yang berdaulat, adil dan makmur sebagaimana amanat dan cita-cita kemerdekaan. []