Sejarah Rasulullah Menunaikan Ibadah Haji

Sejarah Rasulullah Menunaikan Ibadah Haji

Sejarah Rasulullah berhaji dan apa yang dilakukannya

Sejarah Rasulullah Menunaikan Ibadah Haji
Haji

Sejarah Ka’bah tidak bisa dipisahkan dari Nabi Ibrahim. Bahkan identik dengan beliau dan putranya, Ismail. Merekalah yang mendapatkan mandat langsung dari Allah untuk mendirikan Ka’bah. Setelah mereka mendirikan Ka’bah dan mendapatkan seruan perdana pelaksanaan haji yang ditujukan kepada Nabi Ibrahim AS dan umatnya dengan cara mengelilingi Ka’bah dan melaksanakan serangkaian ibadah di sana. Namun fungsi mulia ini dinodai oleh generasi pra-Islam dengan menjadikannyah sebagai tempat penyembahan berhala.

Sudah menjadi kebiasaan orang Arab pada saat itu adalah menyembah berhala kecuali sebagian kecil penganut agama Yahudi dan Nasrani. Selain menyembah berhala sebagian mereka juga menyembah matahari, bintang dan angin, bahkan kadang-kadang mereka juga menyembah batu-batu kecil dan pepohonan. Mereka tidak mempercayai Tuhan Yang Maha Esa, pada masing-masing daerah mempunyai dewi-dewi yang banyak jumlahnya. Al-Uzza, al-Latta, Manah dan Hubal merupakan berhala mereka yang terbesar dan paling dimuliakan.

Tidak kurang 360 berhala ditata di sekeliling Ka’bah untuk sesembahan, padahal penyembahan berhala-berhala ini bertentangan dengan ajaran tauhid dibawa oleh setiap rasul.

Maka setelah Nabi Muhammad diangkat menjadi rasul, beliau membawa perubahan besar terhadap fungsi Ka’bah sebagi Baitullah (rumah Allah). Karena bangsa Arab pada zaman Jahiliyah telah menjadikan Ka’bah tempat berhala-berhala yang mereka anggap sebagai Tuhan yang dapat menolong mereka. Misi Nabi Muhammad terhadap Ka’bah adalah mengembalikan Ka’bah sebagai tujuan pembangunannya sebagaimana yang dirintis oleh Nabi Ibrahim As dan Ismail As yaitu menjadikan Ka’bah sebagai pusat peribadatan umat Islam.

Meskipun dengan penuh tantangan dan rintangan dari berbagai pihak yang membenci Islam dan dengan izin Allah Swt pada abad ke-8 H kaum muslimin mendapatkan kemenangan dari kafir Quraisy yang dikenal dengan Fathu Makkah. Kaum muslim pun membuang semua berhala-berhala yang bergantungan di sekeliling Ka’bah serta melakukan tawaf sebanyak tujuh kali sebagai rasa syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan kemengangan bagi kaum muslimin.

Penaklukan kota Mekah ini menjadi pembuka sejarah baru Islam yang secara otomatis Islam lah yang menguasai politik sekaligus mengangkat posisi dan kedudukan Nabi Muhammad SAW sebagai penguasa tertinggi di wilayah Jazirah ini. Kemenangan Nabi atas Mekah menjadi lambang kemenangan kebenaran dan terpupusnya era kebatilan di Mekah.

Maka pada tahun ke-9 H, Rasulullah mengangkat Abu Bakar sebagai Amirul Hajj menyertai kaum muslimin untuk mengerjakan ibadah haji. Rasulullah pada saat itu tidak ikut melaksanakan ibadah haji karena masih terikat dengan perjanjian Hudaybiyah yang melarang Rasulullah memasuki Mekah.

Pada tahun ke-10 H, Nabi merasa bahwa misi dakwahnya telah sempurna, dan beliau menyadari bahwa masa hayatnya sudah dekat. Karena itu Nabi merencanakan untuk menunaikan ibdah haji yang terakhir. Inilah yang kemudian dikenal dengan Haji Wada’ (haji perpisahan). [Baca: Kisah Rasulullah Menunaikan Ibadah Haji Bag.1]

Muhammad Husain Haikal dalam kitabnya Hayat Muhammad menegaskan, pada tanggal 25 Dzulkaidah tahun kesepuluh  Hijriyah Nabi berangkat dengan membawa semua istrinya, masing-masing dalam kendaraannya.

Beliau berangkat dengan diikuti jumlah manusia yang begitu berlimpah para penulis sejarah ada yang menyebutkan 90.000 orang dan ada pula yang menyebutkan 114.000 orang. Mereka berangkat dibawa oleh iman, jantung mereka penuh kemuliaan, penuh keikhlasanm menuju ke Baitullah untuk melaksanakan ibadah haji  besar.

Ketika mereka tiba di Dzulhulaifah, Nabi mendirikan kemah (tenda) hingga lewat tengah malam pada pagi harinya Nabi menyuruh seluruh jamaah haji mengenakan pakaian ihram dengan pakaian ihram inilah mereka menghadap Tuhan dengan derajat yang sama samabil bertalbiah yang diikuti oleh kaum muslimin di belakangnya.

Setelah memasuki kota Mekah, Nabi segera menuju ke Ka’bah untuk melaksanakan tawaf tujuh kali putaran, lalu nabi berdoa dimakam Ibrahim. Setelah itu Nabi keluar dari Masjidil Haram untuk melakuka sai (jalan setengah berlari) antara  bukit Shafa dan Marwah sebanyak tujuh kali. Setelah ibadah sa’i terlaksana, Nabi membebaskan seluruh jamaah haji dari hal-hal yang dilarang selama ibadah haji berlangsung.

Pada tanggal 8 Dzulhijah, Nabi meninggalkan kota Mekah menuji ke Mina dan beliau bermalam di tempat tersebut. Setelah menunaikan shalat Subuh, Nabi menuju ke tanah Arafah dan di tempat ini kemudian beliau menyampaikn khutbahnya. Ada empat pesan penting yang terkandung dalam khutabah tersebut.

Pertama,nasihat untuk senantiasa mengabdi kepada Allah SWT. Kedua, nasihat agar menghargai harkat martabat para perempuan (istri-istri). Ketiga, nasihat supaya umat Islam senantiasa menjaga  ukhuwah islamiyah, dan yang keempat, terakhir ialah menjadikan agama Islam sebagai agama yang resmi, hal ini diungkapkan oleh Nabi setelah menerima wahyu terakhir:

“Pada hari ini  Aku sempurnakan agama-Ku untuk kamu sekalian dan telah aku sempurnakan pula nikmat-Ku untuk mu dan Aku rela Islam menjadi agamamu sekalian”. (Qs. Al-Maidah: 5).

Setelah Nabi Muhammad membaca ayat tersebut yakni surat al-Maidah ayat 5,  Nabi meninggalkan Arafah pada sore hari dan menghabiskan waktu malamnya di Muzdalifah. Pada hari berikutnya nabi menuji ke Masy’aril Haram lalu dilanjutkan ke Mina. Di sinilah Nabi menyembelih kurban 63 ekor unta masing-masing untuk 63 tahun usia Nabi, lalu nabi menggenapkan kurbannya menjadi 100 ekor unta.

Setelah itu Nabi Muhammad memotong sebagian rambutnya yang menandai kesempurnaan pelaksanaan ibadah haji. Dalam menjalankan haji wada ini, nabi menjelaskan secara praktis bagaimana umat Islam menjalankan kewajiban dalam ibadah haji. []