Di hari Ahad Rasulullah Saw merasa dirinya ringan sedikit, kemudian beliau keluar dengan dibantu oleh dua orang untuk sholat Dzuhur, sedang Abu Bakar menjadi imam sholat untuk orang banyak. Ketika Abu Bakar menjadi imam. Ia melihat Rasulullah Saw dan melangkah mundur ke belakang, tetapi Rasulullah Saw memberi isyarat agar dia jangan mundur. Rasulullah Saw menyuruh dua orang yang membantu Rasulullah Saw agar mendudukkan beliau di sebelah Abu Bakar. Mereka berdua pun mendudukkan Rasulullah Saw di sebelah kiri Abu Bakar, dan Abu Bakar mengikuti (beriqtida’) dengan Rasulullah Saw di dalam sholatnya, di samping memperdengarkan takbir-takbir kepada para jamaah.
Pada hari Ahad yaitu sehari sebelum wafat, Rasulullah Saw memerdekakan semua hamba sahaya, bersedekah dengan tujuh dinar yang Rasulullah Saw miliki pada saat itu, semua senjata-senjatanya diberikan kepada kaum muslimin. Pada malam hari Aisyah meminjam minyak untuk menghidupkan lampu dari tetangganya, baju besi Rasulullah tergadai pada seorang Yahudi sebesar tiga puluh (30) cupak.
Anas bin Malik meriwayatkan, “Semua kaum muslimin yang sedang sholat Subuh di belakang Abu Bakar di hari Senin itu dikejutkan oleh kemunculan Rasulullah Saw dari sebelah tabir kamar Aisyah. Rasulullah Saw melihat dan memberi senyumannya, Abu Bakar pun mundur ke belakang untuk menyertai barisan di belakang, karena dia menyangka Rasulullah Saw akan keluar sholat.”
Kata Anas bin Malik lagi, “Hampir-hampir para jamaah sholat terpesona, mereka gembira melihat Rasulullah Saw, namun Rasulullah memberi isyarat kepada mereka agar meneruskan sholat. Setelah itu Rasulullah melepaskan tabir dan masuk ke dalam.
Kemudian Rasulullah Saw tidak memiliki kesempatan lagi untuk sholat lima waktu yang lain.”
Ketika siang semakin cerah Rasulullah Saw menjemput Fatimah dan berbisik kepadanya, yang menyebabkan Fatimah menangis, setelah itu Rasulullah Saw memanggil Fatimah lagi dan membisikkan sesuatu lagi kepadanya, bisikan yang kedua menyebabkan Fatimah tersenyum.
Kemudian Aisyah berkata, “Kami pun bertanya apa ceritanya?”
Jawab Fatimah, “Rasulullah membisikkan bahwa Allah akan menjemputnya melalui sakit yang Rasulullah alami ini, itulah yang membuat aku menangis. Pada kali kedua Rasulullah Saw membisikkan bahwa aku ahli keluarganya yang diwafatkan Allah setelah Rasulullah, itulah yang menyebabkan aku tersenyum”.
Selain itu Rasulullah Saw juga memberi kabar gembira (tabsyir) kepada Fatimah bahwa dia adalah Nisa’ al-‘Alamin (Penghulu Wanita Dunia).
Fatimah melihat beban kesakitan dialami oleh Rasulullah Saw terlalu berat. Dia berkata, “Alangkah berat cobaan bapak”.
Jawab Rasulullah Saw, “Tidak ada cobaan lagi untuk bapakmu setelah hari ini”.
Di saat ini Rasulullah Saw memanggil Hasan dan Husain dan Rasulullah Saw mencium kedua cucunya itu sambil berwasiat kepada mereka berdua dengan kebaikan, kemudian Rasulullah Saw memanggil isteri-isterinya, menasihati dan memperingatkan mereka.
Kesakitan semakin bertambah, dan kesan racun sebagaimana yang dirasakan Rasulullah Saw sebagaimana di hari Khaibar, menyebabkan Rasulullah Saw berkata, “Wahai Aisyah kini aku masih terasa sakit seperti makanan di hari Khaibar dahulu, inilah waktunya aku merasakan nafasku sesak terputus-putus karena kesan racun itu”.
Rasulullah Saw mewasiatkan orang banyak dengan sabdanya: “Sholat, sholat dan berbuat baiklah kepada hamba sahaya milik kamu,”Rasulullah mengulangi ungkapan ini berkali-kali.
Ibnu Mas’ud berkata bahwasanya ketika ajal Rasulullah Saw sudah dekat, beliau mengumpulkan kami di rumah Aisyah, kemudian Rasulullah Saw memandang kami sambil berlinangan air matanya, lalu beliau Saw bersabda, “Marhaban bikum, semoga Allah memanjangkan umur kamu semua, semoga Allah menyayangi, menolong dan memberikan petunjuk kepada kalian. Aku berwasiat kepada kalian, agar bertaqwa kepada Allah.
Sesungguhnya aku adalah sebagai pemberi peringatan untuk kalian. Janganlah kalian berlaku sombong terhadap Allah. Sebab Allah berfirman, “Kebahagiaan dan kenikmatan di akhirat Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak ingin menyombongkan dirinya dan tidak membuat kerusakan di muka bumi. Dan kesudahan surga itu bagi orang orang yang bertaqwa.”
Kemudian kami bertanya, “Bilakah ajal paduka ya Rasulullah?”
Rasulullah Saw menjawab, “Ajalku telah hampir, dan aku akan pindah ke hadirat Allah, ke Sidratulmuntaha dan ke Jannatul Ma’wa serta ke Arsyillah.”
Kami bertanya lagi, “Siapakah yang akan memandikan paduka ya Rasulullah?”
Rasulullah Saw menjawab, “Salah seorang Ahli Bait.”
Kami bertanya, “Bagaimana nanti kami mengkafani paduka ya Rasulullah?”
Rasulullah Saw menjawab, “Dengan bajuku ini atau pakaian Yamaniyah.”
Kami bertanya, “Siapakah yang menshalatkan Rasulullah di antara kami?”
Kami menangis dan Rasulullah Saw pun turut menangis.
Kemudian Rasulullah Saw bersabda, “Tenanglah, semoga Allah mengampuni kamu semua. Apabila kamu semua telah memandikan dan mengkafaniku, maka letakkanlah aku di atas tempat tidurku, di dalam rumahku ini, di tepi liang kuburku. Kemudian keluarlah kamu semua dari sisiku. Maka yang pertama-tama mensalatkan aku adalah sahabatku Jibril. Kemudian Mikail. Kemudian Israfil. Kemudian Malaikat Izrail beserta bala tentaranya. Kemudian masuklah kamu dengan sebaik-baiknya. Dan hendaklah yang mulai salat adalah kaum lelaki dari pihak keluargaku, kemudian yang wanita-wanitanya, dan kemudian kamu semua.”
Kisah ini terdapat dalam kitab As-Sirah An-Nabawiyah li lbni Hisyam karya Syekh Abu Muhammad Abdul Malik bin Hisyam Al-Muafiri terbitan Darul Fikr.