Saudaraku

Saudaraku

Saudara. Bila yang pergi perang pulang ke kampung halaman. Terhuyung-huyung, lalu terjerembab dalam dekapan sahabat paling dekat.

Saudaraku
Anak Palestina (ilustrasi: www.cmakcerkno.net)

Saudaraku. Bilamana perang usai

dan orang Barat itu

bersorak-sorai

Mengenang mereka yang jalan

memuja sejumlah pahlawan

Jangan bagi mereka kau ikut menyayi

jangan tertawakan yang malang perang

Berlututlah, heninglah

seperti saya

dengan jantung luka

meneteskan duka

untuk mereka

yang tiada

 

Saudara. Bila yang pergi perang

pulang ke kampung halaman

Terhuyung-huyung, lalu terjerembab

dalam dekapan

sahabat paling dekat

Karena serasa tak ada lagi

tempat berbagi

kecuali bayang-bayang

yang mati

 

***

 

Saudara. Bila yang pulang balik

balik berladang

Dan seusai perjalanan jauh

menegakkan pondoknya

yang kena kanon dan rubuh

Kincir air pun mengering

Tempat berteduh runtuh

Dan tak ada yang ditinggalkan musuh

Tak ada benih

Tak ada lagi yang tumbuh

Kecuali tumpukan tubuh

Yang dibunuh

 

***

 

 

Saudara. Apa yang sudah lalu

apa lagi akan disesalkan

karena di dalamnya kita berperan

Bencana di mana-mana

tak terelakkan

Jangan mengaduh. Tak ada

orang sedia

mendengar kita

Mari kita pergi

bawa cangkul dan linggis

kita masukkan ke bumi

kawan-kawan kita yang mati

 

***

 

Saudara. Siapa kita ini

Tanpa negeri

tanpa penghuni

tanpa tetangga?

Setiap tertidur dan terjaga

Corengan di kening ini

Kita pasang lagi

Tercium bau busuk dunia

Seperti aroma jenazah

Kawan-kawan kita

Mari kita pergi

Bawa cangkul dan linggis

Kita masukkan ke bumi

Mereka dan kita

Yang masih hidup ini.

 

Oleh: Mikhail Nu’aymah

Diterjemahkan oleh Abdul Hadi W.M.