Salam adalah kata-kata yang hampir sering kita ucapkan sehari-hari saat bertemu dengan sesama muslim, khususnya dengan orang yang lebih tua dari kita, misalnya guru, kakek dan lain sebagainya. Dahulu saat masih menjadi siswa Madrasah Ibtidaiyah (setara SD), penulis dianjurkan untuk mengucapkan salam saat bertemu dengan guru di jalan, dan jika memungkinkan, dianjurkan salaman.
Nah, kebiasaan kita saat mengucapkan salam selalu menggunakan kata “assalamualaikum” walaupun kepada satu orang, padahal dhamir “kum” dalam bahasa Arab biasanya digunakan untuk mukhattab (lawan bicara) banyak orang. Lalu, apakah salam seperti itu benar?
Menurut Syekh Nawawi al-Bantani, Ulama asal Indonesia yang terkemuka dan karyanya sering dikaji di pesantren-pesantren, maksud salam “assalamualaikum” itu bukan hanya untuk satu orang yang disalami, akan tetapi juga untuk dua malaikat yang mendampingnya: Rakib dan Atid. Sehingga lafaz yang digunakan bukan menggunakan kata ganti tunggal (ka) tapi kata ganti jamak, yaitu lebih dari dua (kum).
Lalu, mengapa kita juga perlu memberikan salam kepada dua malaikat tersebut?
Syekh Nawawi menjawab, jika kita memberikan salam kepada orang dan malaikat yang mendampinginya, maka tiga makhluk Allah tersebut juga akan menjawab salam kita.
وإذا استقبلك واحد فقل: سلام عليكم واقصد الرجل والملكين فإنك إذا سلمت عليهما ردا السلام عليك ومن سلم الملك عليه فقد سلم من عذاب الله
“Apabila satu orang menghadapmu maka ucapkanlah ‘salamun ‘alaikum’ dan niatilah salam itu untuk satu orang tersebut dan dua orang malaikat (yang mendampinginya). Karena bila engkau bersalam kepada kedua malaikat itu maka keduanya akan membalas salammu dan barangsiapa yang disalami oleh malaikat maka ia selamat dari siksa Allah.”
Wallahu A’lam.