Islami.co (Haji 2024) — Beberapa jemaah haji terlihat memadati Masjid Aisyah, Tanim, salah satu tempat miqat favorit, karena jaraknya tidak jauh dari Mekkah. Sebagaimana yang kami saksikan, memang banyak jemaah haji yang sering melaksanakan umrah sunnah berkali-kali sebelum puncak haji. Bahkan beberapa jemaah dengan jujur menjawab ada yang pernah melaksanakan umrah selama 9-10 kali. Padahal pemerintah telah menghimbau untuk tidak terlalu sering melakukannya. Fenomena ini sering kali menyebabkan jemaah kelelahan dan berpotensi sakit, sehingga bisa mengganggu pelaksanaan puncak ibadah haji.
Nabi Muhammad SAW hanya melaksanakan umrah satu kali saat haji wada’, nabi tidak melaksanakan umrah berkali-kali saat haji tersebut. Hal ini mengajarkan kita untuk tidak memforsir tenaga dalam pelaksanaan umrah berkali-kali. Kesederhanaan Nabi dalam beribadah menjadi pelajaran berharga agar umat Islam dapat lebih fokus pada pelaksanaan haji yang sempurna dan menjaga kesehatan selama ibadah.
Hikmah dari Nabi Muhammad SAW tidak Umrah Berkali-kali Saat Haji Wada’
Dalam sejarah, Nabi Muhammad SAW hanya melaksanakan satu kali umrah saat haji wada’, bahkan umrah yang dilaksanakan nabi bukan umrah sunnah, melainkan umrah wajib. Peristiwa ini tercatat dalam hadis riwayat Imam Muslim. Nabi meninggal 82 hari setelah melaksanakan haji tersebut, dan perintah haji baru turun pada tahun 9 Hijriyah. Kesederhanaan Nabi ini menunjukkan pentingnya memprioritaskan ibadah yang utama dan tidak berlebihan dalam hal sunnah.
Kiai Ali Mustafa Yaqub, seorang ulama terkemuka, menekankan bahwa jika umrah dan haji berkali-kali merupakan perbuatan yang dianjurkan, maka Nabi pasti akan melakukannya. Namun, faktanya Nabi hanya melaksanakan umrah satu kali saat haji wada’.
Akibat Melaksanakan Umrah Sunnah Berkali-kali sebelum Puncak Haji
Melakukan umrah berkali-kali selama musim haji dapat menyebabkan kelelahan yang berlebihan dan berpotensi membuat jemaah sakit. Kelelahan fisik ini bisa mengganggu pelaksanaan puncak ibadah haji, yaitu wukuf di Arafah. Oleh karena itu, penting bagi jemaah untuk mengatur tenaga dan fokus pada ibadah yang wajib, serta memperbanyak amal sosial.
Mengikuti teladan Nabi Muhammad SAW dalam hal ini penting agar umat tidak terjebak dalam formalitas ibadah yang berlebihan, tetapi memahami esensi dan tujuan dari setiap ibadah. Haji dan umrah seharusnya menjadi momentum untuk memperbaiki diri dan meningkatkan keimanan, bukan hanya sekedar ritual fisik.
Dengan memahami hikmah dari pelaksanaan ibadah Nabi, muslim diharapkan dapat lebih bijak dalam menjalani ibadah haji dan umrah, menjaga kesehatan, serta memaksimalkan manfaat spiritual dan sosial dari ibadah tersebut. Menjaga kesehatan selama haji juga berarti menjaga semangat dan energi untuk bisa melakukan amal ibadah lainnya dengan lebih optimal.
(AN)