Saat Khadijah Tak Mampu Mengungkap Isi Hatinya, Orang Inilah yang Menjadi “Mak Comblang”-nya

Saat Khadijah Tak Mampu Mengungkap Isi Hatinya, Orang Inilah yang Menjadi “Mak Comblang”-nya

Ternyata bukan Khadijah yang mengutarakan keinginan membina rumah tangga dengan Nabi Muhammad, ada jasa “Mak Comblang” dari seorang perempuan.

Saat Khadijah Tak Mampu Mengungkap Isi Hatinya, Orang Inilah yang Menjadi “Mak Comblang”-nya

Muhammad dan Khadijah, siapa yang tidak kenal dengan dua pasangan istimewa ini. Yang laki-laki berusia 25 tahun, sementara pasangan wanitanya sudah berusia 40 tahun. Beliau adalah Rasululllah bin Abdullah dan Khadijah binti Khuwailid yang berstatus janda.

Status janda yang disandang Khadijah menunjukkan bahwa sebelum menikah dengan Rasulullah, Khadijah bukan seorang gadis perawan. Ia pernah menikah dengan seorang pengusaha kaya raya bernama Aidz (ada yang mengatakan Atiq) bin Abdullah bin Makhzum yang melahirkan anak perempuan yang kemudian meninggal ketika masih kecil.

Setelah Aidz/Atiq meninggal, janda Khadijah dinikiahi oleh Abu Halah bin Zurarah al-Tamimi, yang juga seorang pengusaha kaya raya. Buah pernikahannya dengan Abu Halah, Khadijah dikaruni seorang anak perempuan yang diberi nama Hindun.

Beberapa sumber di antaranya dari kitab al-Thabaqat al-Kubra menyebutkan bahwa sebelum menikah dengan Khadijah, Rasulullah bekerja sebagai mudharib (pengelola investasi/manager investing) untuk penduduk Mekkah dan sekitarnya.

Skill itu beliau dapatkan saat magang bisnis bersama pamannya, Abu Thalib selama beberapa hari di Syam. Kecerdasan Nabi yang luar bisa ditambah skill yang sangat mumpuni serta sifat amanah yang mendunia menyebabkan banyak dari masyarakat Mekkah yang berinvestasi kepada beliau, baik berupa uang maupun barang dagangan dengan perjanjian bagi hasil.

Dari bisnis itulah, Rasulullah SAW mulai menabung baik berbentuk uang maupun dengan cara dibelikan hewan. Kira-kira tahun 595 M, Khadijah membuka lowongan kerja di perusahaan yang dipimpinnya, Abu Thalib yang waktu itu telah bekerja sebagai karyawan biasa di perusahaan Khadijah, menyarankan agar Rasulullah ikut melamar sebagai karyawan. Meski awalnya menolak, namun karena didesak terus oleh pamannya, Rasulullah pun akhirnya bersedia.

Bekal amanah yang dimiliki Rasulullah yang sudah didengar lama oleh Khadijah menyebabkan beliau diterima tanpa syarat dan tanpa seleksi. Bahkan Khadijah menjanjikan akan menggaji beliau dua kali lipat dari karyawan-karyawan lainnya. Sekali lagi, Rasulullah bekerja bukan sebagai ajir (karyawan)  tetapi sebagai mudharib (pengelola investasi).

Setelah positif bekerja di perusahaan Khadijah, tugas pertama Rasulullah adalah memimpin kafilah ekspor-impor barang ke Syam yang ditemani asisten terbaik Khadijah yaitu Maisaroh.

Maisaroh terpukau dengan cara Rasulullah berbisnis: mulai dari cara menawarkan barang, menjalin kerjasama bisnis sampai cara beliau menghitung jumlah barang, harga dan keuntungan dari masing-masing barang dagangan tersebut, sehingga keuntungan yang didapatkan tidak seperti biasanya. Dua kali lipat, iya dua kali lipat.

Sampai-sampai Maisaroh berujar dengan begitu semangat, “Muhammad, sungguh kali ini keuntungan yang kita dapatkan dua kali lipat banyaknya. Padahal selama 40 tahun kami belum pernah mendaparkan keuntungan sebesar ini.”

Beberapa hari setelah kembali dari Syam, benih-benih cinta mulai tumbuh dan merekah di hati Khadijah. Ia ingin sekali mengucapkan kata “cinta” kepada Rasulullah, namun ia tahan. Beberapa malam ia tidak bisa tidur karena memikirkan laki-laki terbaik di antara kaumnya. Maka, untuk mengobati kegalauannya, Khadijah memanggil teman dekatnya bernama Nafisah binti Aliyyah.

Nafisah inilah yang kemudian menjadi “Mak Comblang” Khadijah. Di depan Nafisah, Khadijah mengutarakan semua isi hatinya. Yang intinya ia jatuh cinta dengan Rasulullah karena akhlaknya dan jiwanya yang bersih serta karakternya yang amanah.

Beberapa hari selanjutnya, Nafisah mendatangi Rasulullah SAW. Kali ini ia harus berterus terang demi menyenangkan hati temannya. Mulut Nafisah mulai terbuka. Ia kemudian berkata, “Muhammad, perkenalkan aku Nafisah, putri dari Aliyyah. Aku datang untuk menyampaikan kepada Anda bahwa ada seorang perempuan mulia, suci dan agung yang sangat cocok dengan Anda.”

Tentu Rasulullah tidak langsung menerimanya. Nafisah pun tidak meminta Rasulullah agar beliau menjawab secara langsung pada hari itu. Ia memberikan waktu kepada Rasulullah untuk memikirkan dan merenungkannya.  Kemudian Rasulullah menceritakan  kabar gembira tersebut kepada paman-paman beliau. Semuanya setuju. Termasuk keluarga besar Khadijah. Datanglah Rasululullah bersama pamannya, Hamzah bin Abdul Muthalib ke rumah keluarga Khadijah yang waktu itu ditemui langsung oleh Khuwailid, ayah Khadijah.

Tepatnya, tanggal mereka pun akhirnya menikah pada bulan Shafar tahun  595 M denga mas kawin 20 ekor unta plus 12 ons emas. Jika harga 1 ekor unta yang paling baik adalah 15 juta, maka 15.000.000 x 20 adalah 300.000.000.

Jika 1 ons emas itu sama dengan 100 gram, maka 12 ons berarti sama dengan 1.200 gram. Jika harga emas per 1 gramnya adalah 550.000.000, maka 550.000 x 1.200 sama dengan 660.000.000. Jadi mas kawin Rasulullah jika diuangkan berjumlah 960.000.000.

Hadir dalam pernikahan mereka para dedengkot Quraisy dan pemuka suku Mudhar. Sementara yang bertindak sebagai wakil dari pengantin laki-laki adalah Abu Thalib, dan dari pengantin wanita adalah Waraqah bin Naufal.

Wallahu a’lam.

 

Rujukan

Nur al-Din Ali bin Burhan al-Halabi, Al-Sirah al-Halabiyyah (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, 2013)

Muhammmad Abu Zahrah, Khatam al-Nabiyyin (Qatar: Amir Daulah Qatar, t.th)

Ibnu Hisyam, Sirah Ibnu Hisyam (Beirut: Dar al-Kutub al-Arabi, 1990)