Runtuhnya Mazhab Tekstual, Az-Zahiri

Runtuhnya Mazhab Tekstual, Az-Zahiri

Mazhab Az-Zahiri tidak mampu bertahan hingga sekarang. Bagaimana prosesnya keruntuhannya?

Runtuhnya Mazhab Tekstual, Az-Zahiri
Ilustrasi seorang ulama yang sedang mempelajari kitab.

Sebagaimana faktor keruntuhan Mazhab Az-Zahiri di Timur, runtuhnya Mazhab Az-Zahiri di Barat juga disebabkan persaingan yang ketat dengan mazhab lainnya. Mazhab Maliki berhasil mendominasi kawasan Andalusia dan Maroko. Penganut mazhab-mazhab lain bahkan tak segan-segan menentang pemikiran Mazhab Az-Zahiri.

Salah satu tokoh Madzhab Maliki yang sangat menentang Mazhab Az-Zahiri adalah Imam al-Baji. Ia bahkan memprovokasi masyarakat hingga akhirnya mereka bersepakat membakar karya-karya Ibnu Hazm sebelum Ibnu Hazm wafat.

Sepeninggalan Ibnu Hazm, murid-muridnya tetap berupaya melestarikan pemikirannya. Namun ternyata mereka pun mendapatkan penyerangan dan perlawanan dari mazhab lainnya.

Mazhab Az-Zhahiri tetap tidak mengalami perkembangan yang berarti, mazhab ini kurang diterima oleh sebagian masyarakat di masanya. Kegagalan ini dipicu karena ketatnya batasan yang dijadikan pijakan Mazhab Az-Zahiri, diantaranya menolak qiyas dan hanya mengambil dalil hukum dari al-Qur’an, Hadis, dan ijma sahabat.

Selain itu, madzhab ini juga tidak memperbolehkan penggunaan taqlid. Bahkan masyarakat awam sekalipun tidak boleh bertaqlid, mereka harus merujuk sendiri kepada nash-nash yang ada. Jika tidak mampu, mereka harus bertanya kepada yang lebih mengerti.

Karena beberapa faktor itulah Mazhab Az-Zahiri tidak mampu berkembang luas, baik pada masa Ibnu Hazm masih hidup maupun setelah ia wafat. Namun ada seorang muridnya yang bernama Abu Abdillah al-Humaidi (w.488 H) berusaha keluar dari Andalusia. Ia menuju ke daerah Timur dan kembali membangkitkan Mazhab Az-Zahiri di sana. Melihat kegigihannya, maka murid-muridnya yang lain juga ikut mengembangkan madzhab ini hingga tak ada satu masa pun yang kosong dari keberadaan mazhab ini.

Di antara ulama Az-Zhahiri yang hidup di masa abad ke-6 dan ke-7 adalah Abu Khattab bin Umar atau yang dikenal dengan Abu Khattab Ibnu Dihyah. Ia hidup semasa dengan Ibnu Arabi. Bahkan Ibnu Arabi juga menganut mazhab Az-Zahiri dalam bidang ibadah.

Pada awal abad enam, Mazhab Az-Zahiri berhasil menggeser kejayaan mazhab Maliki. Keberhasilan ini disebabkan munculnya Muhammad bin Tumart dari Daulah Muwahhidin. Daulah ini menguasai daerah Andalusia dan Afrika Utara setelah dikuasai Daulah Umara ath-Thawaif. Muhammad bin Tumart mengajak masyarakat untuk berpegang pada lahiriyah hadis.

Posisi mazhab Az-Zahiri semakin menguat saat kepemimpinan diganti oleh Ya’qub bin Yusuf yang dengan lantang mengumumkan Mazhab Az-Zahiri sebagai mazhab resmi negara. Ia bahkan membakar kitab-kitab yang berbau Mazhab Maliki yang bertolak resmi dengan madzhab negara. Ia berupaya membawa masyarakat pada lahiriyah nash al-Qur’an dan Hadis serta memusnahkan madzhab Maliki dari Andalusia dan Maroko.

Seiring berjalannya waktu, Madzhab Az-Zahiri pun runtuh bersamaan dengan keruntuhan Daulah Muwahhidin. Madzhab Maliki pun kembali menemukan masa keemasannya di negara tersebut. Masyarakat menolak pemikiran Mazhab Az-Zhahiri, Madzhab Az-Zahiri akhirnya mulai punah secara perlahan dan hanya meninggalkan pemikiran-pemikirannya dalam kitab yang berjilid-jilid. Hingga hari ini, Madzhab Maliki menjadi mazhab terkemuka di belahan dunia Barat.

Wallahu A’lam.