Jauh sebelum genosida Israel yang membabi-buta pada Oktober 2023 hingga sekarang, Habib Ja’far telah tegas menyebut apa yang terjadi di Palestina sebagai sebuah tragedi kemanusiaan. Penyebabnya tentu saja penjajahan Israel.
Seperti diketahui, genosida rezim zionis Israel kepada warga Palestina ini tak hanya menjadi perhatian di negeri ini, tetapi juga memicu kekesalan dan demonstrasi di berbagai negara di seluruh dunia. Dari Eropa hingga Amerika, masyarakat dari berbagai latar belakang agama turun ke jalan untuk menunjukkan solidaritas mereka terhadap Palestina.
“Tragedi yang terjadi di Palestina adalah akibat dari penjajahan Israel terhadap tanah Palestina,” kata Habib Ja’far dalam sebuah tayangan Youtube di kanal Jeda Nulis.
Salah satu peristiwa yang memicu tragedi ini adalah serangan Israel terhadap perkampungan Sheikh Jarrah, yang menyebabkan pengusiran dan pendudukan paksa oleh tentara Israel. “Israel menjadi satu-satunya negara yang perbatasannya terus melebar,” tambahnya.
Habib Ja’far kemudian mengingat kembali peristiwa pada 9 April 1948 di Deir Yassin. Sekitar 270 orang Palestina tewas akibat serangan kelompok teroris Yahudi, Irgun dan Stern.
Kelompok ini kemudian disebut menjadi bagian dari tentara pertahanan Israel, IDF (israel Defense Forces). “Masalahnya kurang lebih begini: seseorang memiliki tanah, kemudian tanahnya dijajah dan direbut oleh kelompok lain,” jelasnya.
Bukan Konflik Agama
Habib Ja’far menegaskan bahwa tragedi Palestina bukanlah konflik agama.
“Kita harus membedakan antara Zionis dan Yahudi,” katanya. “Zionis adalah gerakan politik Yahudi yang berbasis pada etnisitas, sementara tidak sedikit orang Yahudi sendiri yang menolak Zionisme.”
Ia memberi contoh kelompok Neturei Karta, Yahudi Ortodoks yang anti-Zionisme, dengan motto “Yahudi bersatu melawan Zionisme.”
Kisah Rachel Corrie, seorang pemudi Amerika berdarah Yahudi, juga menjadi contoh tentang orang Yahudi yang menentang tindakan Israel.
Pada tahun 2003, Rachel berdiri di depan buldoser Israel untuk melindungi rumah orang Palestina. Namun, tentara Zionis tidak menghiraukannya dan Rachel tewas tertindas buldoser tersebut.
“Rachel Corrie berdiri untuk kebenaran meskipun dia seorang Yahudi,” kata Habib Ja’far.
Habib Ja’far juga menyoroti bahwa narasi yang dikehendaki oleh Israel adalah konflik agama, untuk memprovokasi orang Yahudi mendukung tindakan mereka. “Kita harus mengatakan bahwa yang terjadi di sana adalah tragedi kemanusiaan,” tegasnya. “Semua agama mengajarkan kedamaian dan menentang penjajahan.”
Membela Palestina, denan demikian, bukanlah tentang agama semata, tetapi tentang kemanusiaan.
Habib Ja’far menekankan bahwa penjajahan dan kekerasan bertentangan dengan nilai semua agama. “Kita berdiri bersama umat manusia untuk menolak penjajahan yang dilakukan oleh Zionis,” katanya.
Habib Ja’far juga mengingatkan bahwa dalam Islam, membela orang yang diusir dari kampung halamannya saja adalah sebuah kewajiban.
“Apalagi membela orang yang diusir dari tanah airnya,” ujar Habib Ja’far. Mengutip Q.S. Al-Hajj 39-40, “Islam menentang segala bentuk pengusiran seseorang dari tanahnya,” tambahnya.
Oleh karena itu, membela Palestina atas nama Islam adalah benar karena Islam mengajarkan anti terhadap penjajahan, ketidakadilan, dan peperangan.
Mengakhiri pesannya kepada generasi digital, Habib Ja’far menegaskan bahwa perjuangan untuk membela Palestina adalah perjuangan untuk kemanusiaan.
“Siapa yang membunuh satu nyawa, dia seperti membunuh seluruh umat manusia. Kita akan melawan siapa saja yang menghabisi satu nyawa, apalagi dengan penjajahan dan genosida yang memakan korban jutaan jiwa,” pungkasnya.