JAKARTA, ISLAMI.CO – International Conference on Religious Moderation (ICROM) 2024 yang melibatkan delegasi, peneliti, akademisi, praktisi, masyarakat sivil dari negara-negara anggota ASEAN, Eropa, Afrika, Amerika, dan Timur Tengah, sukses digelar di Jakarta sejak 5-7 November 2024. ICROM 2024 menghasilkan sejumlah rekomendasi yang ditujukan guna Moderasi Beragama sebagai Resilensi Krisis Kemanusiaan.
Moderasi Beragama sebagai Resilensi Krisis Kemanusiaan
Kasubdit Bina Paham Keagamaan Islam dan Penanganan Konflik di Kementerian Agama (Kemenag) Republik Indonesia menjelaskan, rekomendasi ini bertujuan untuk menyikapi beragam bentuk krisis kemanusiaan, dengan berbagai tingkatannya, moderasi beragama berpotensi sebagai kerangka dalam memperkuat daya tahan (resilensi) di masyarakat.
Para pemakalah, memperlihatkan bagaimana tantangan-tantangan yang ada, mulai dari kemiskinan, kesehatan, hingga kerusakan lingkungan dan wabah covid-19, jawabannya dapat berangkat dari akar dan tradisi yang berkembang di masyarakat itu sendiri.
Moderasi beragama dapat menjembatani hal tersebut dengan pilar-pilar yang ada, mulai dari komitmen kebangsaan hingga akomodasi atas kebudayaan lokal. Hanya saja moderasi beragama mesti dikembangkan dengan pendekatan multidisiplin agar menjadi kerangka analitik yang kuat. Pesan komitmen kebangsaan pada moderasi beragama mengamatkan kesatuan nasional dalam menghadapi problem-problem destruktif.
Begitu juga penghargaannya pada kebudayaan lokal. Dalam banyak contoh, insiatif masyarakat untuk keluar dan bertahan (resilensi) dari krisis banyak didukung oleh praktik-praktik lokal. Di satu kelas persentasi, diperlihatkan bagaimana budaya takjil yang dikelola berbasis masyarakat turut berkontribusi meningkatkan ekonomi dilapisan paling bawah masyarakat, begitu juga aktivisme kelompok masyarakat sipil yang tumbuh dalam imaginasi kebudayaan dan keagamaan dalam menyikapi isu-isu seperti kekerasan seksual, kerusakan lingkungan, hingga bencana alam.
Rekomendasi ICROM 2024
1. Moderasi Beragama perlu terus dikembangkan agar tidak hanya membicarakan pada persoalan kerukunan, tapi juga meninjau kembali sejauh mana relevansinya dalam memastikan tidak adanya diskriminasi bagi semua umat beragama dan berkepercayaan.
2. Melalui berbagai pilarnya, Moderasi Beragama bisa menjadi framework Solusi permasalahan global, mulai dari isu keamanan, kesenjangan sosial ekonomi, serta perubahan iklim.
3. Secara khusus terkait perubahan iklim, prinsip dari moderasi beragama mampu menjadi basis dalam membentuk ruang pertemuan berbagai kelompok keagamaan dan kepercayaan untuk menyelesaikan persoalan lingkungan dan perubahan iklim.
4. Pengembangan moderasi beragama tidak hanya dari aspek pelaksanaan program, tapi juga dari aspek evaluasi terhadap cara mensosialisasikannya hingga metodologi pengukuran yang digunakan agar dapat dipastikan tidak kontraproduktif terhadap tujuan awal pengembangan moderasi beragama.
5. Implementasi moderasi beragama yang berbasis kelompok tidak hanya dibatasi tema-tema seputar kerukunan dan toleransi, tapi perlu diperluas dalam bidang pengembangan masyarakat, seperti pengembangan ekonomi dan mengurangi kesenjangan sosial.