Rebahan Is My Passion, Bermuhasabah Ketika Tak Berdaya Lawan Makhluk Nano

Rebahan Is My Passion, Bermuhasabah Ketika Tak Berdaya Lawan Makhluk Nano

Ternyata, bermuhasabah bisa dengan cara rebahan aja ketika pandemi seolah tidak ada habisnya

Rebahan Is My Passion, Bermuhasabah Ketika Tak Berdaya Lawan Makhluk Nano

Wabah covid-19 masih berlangsung hingga sekarang, jumlah kasus tiap hari juga masih tinggi, prediksi bermunculan dari berbagai ahli hingga konspirasi. Banyak perubahan terjadi selama wabah ini berlangsung, tidak hanya dari segi ekonomi, kebiasaan hingga pola pikir pun berubah. Dulu ada istilah ‘rebahan is passion’ sekarang ‘rebahan kok bosan’, hehe.. pola pikir pun berubah, muncul kreatifitas dari ide berjualan hingga ide mengisi waktu luang selama #dirumahaja.

Selain hal diatas yang membuat kepala pusing, ada juga satu hal yang membuat kamu pusing yaitu larangan mudik, bagi kamu anak rantau pasti sering merasa bimbang dan goyah, bimbang apakah kamu kuat atau tidak lebaran tanpa kumpul keluarga besar, dan ada titik dimana kamu goyah ingin tetap menaati pemerintah atau mudik diam-diam. Memang berat dan tidak mudah, ramadhan tanpa bukber saja sudah kehilangan, apalagi lebaran tanpa makan bersama keluarga, belum pernah terbayang sebelumnya. Tapi.. buat kamu yang teguh pendirian untuk tidak mudik, kamu hebat! Terimakasih telah berjuang meninggalkan ego demi kepentingan kita bersama, semoga pengorbananmu mendapatkan pahala.

Larangan mudik mengajarkan kita untuk menahan hawa nafsu dengan resiko lebih nyata  dan tidak terduga, saat ramadhan pun seharusnya kita menjaga hawa nafsu, misal stop ghibah, tapi tetep aja sering ghibah, apalagi pas bukber.. banyak banget yang mancing-mancing buat ghibah, kadang terlena pula ikutan ghibah, astaghfirullah..

Nah trus apa bedanya kalau larangan mudik? Kalau kita ngelanggar larangan mudik, resiko nya kita bisa menjadi pembawa virus tanpa disadari dan menularkan pada orang-orang yang kita sayangi, kita gak akan pernah tau hal itu hingga orang yang terkena virus dinyatakan positif terinfeksi covid-19, betapa remuknya hati kalau terjadi karena kecerobohan kita sendiri.

Memang semua terjadi atas ijin Allah SWT, terserah Allah mau ngasih virus itu ke siapa aja yang Dia kehendakin, tapi kan kita sebagai hamba yang tak tau apa-apa juga wajib berusaha dong..

Di balik kesulitan pasti ada kemudahan, dibalik musibah pasti ada hikmah, begitu pula dengan corona.. adanya PSBB menjadikan kita sadar bahwa ada banyak sekali karunia Allah SWT yang selama ini tidak kita syukuri, kenikmatan berkumpul bersama teman-teman, kenikmatan berdiskusi ataupun rapat tanpa khawatir apapun, kenikmatan keluar rumah dengan tenang, selama ini kita lupa kalau itu adalah karunia yang Allah berikan, kita menganggap semua itu adalah hal biasa dan lumrah terjadi, tapi wabah ini menyadarkan kita bahwa satu makhluk Allah berukuran nano mampu melumpuhkan seluruh kesibukan di dunia.

Larangan mudik menyadarkan kita bahwa berbuka bersama keluarga adalah sebuah kenikmatan, sekedar berkumpul dan bercengkrama adalah kenikmatan, mengetahui bahwa orang yang kita sayangi sehat dan baik-baik saja sebuah kenikmatan serta badan sehat adalah kenikmatan. Lagi-lagi kita lupa bahwa itu semua karunia yang Allah SWT berikan tiap hari, mungkin karena kita telalu sibuk meminta hingga lupa dan tidak bersyukur bahwa karunia yang diberikan Allah SWT tidak terhitung.

Setelah wabah muncul, tingkat polusi menurun dan udara membaik, seluruh dunia bekerjasama melawan covid-19, lebih peduli pada kebersihan. Polusi disebabkan ulah manusia, peperangan dan permusuhan akibat ambisi manusia, dan tidak menjaga kebersihan adalah kelalaian manusia, padahal kita diwajibkan wudhu’ minimal 5 kali dalam sehari.

Mungkin kesombongan, kebodohan dan kelalaian menjadikan Allah SWT menegur kita dengan mengirim makhluk-Nya yang berukuran nano ini, agar kita sadar banyak sekali karunia Allah SWT yang tidak kita syukuri karena terlalu sibuk meminta dengan ambisi duniawi, dan fakta yang paling utama adalah sadar bahwa kita adalah makhluk lemah yang tidak akan mampu melakukan apapun saat Allah berkehendak, mungkin kita terlalu sombong mengira mampu mengubah sesuatu atas kehendak kita sendiri. Astaghfirullahal adziim..

Saatnya kita muhasabah diri, memohon ampun atas segala kesombongan diri saat merasa mampu merubah nasib atas usaha sendiri, lupa bersyukur atas karunia yang diberikan setiap hari, lupa bersyukur dan berterimakasih atas kehadiran orang-orang tersayang. Lupa bahwa semua terjadi atas kehendak dan ijin Allah SWT.

Tidak mudah memang berubah menjadi lebih baik tapi kita tetap harus berjuang menjadi lebih baik, berjuang mengikuti anjuran pemerintah untuk memutus rantai penyebaran, semoga semua ini cepat berlalu dan kita menjadi manusia yang lebih baik. Salam #dirumahaja