Raja Tiran, Sufi dan Tiga Kebenaran

Raja Tiran, Sufi dan Tiga Kebenaran

Raja Tiran, Sufi dan Tiga Kebenaran

Para sufi yang dikenal sebagai pencari kebenaran hakiki merupakan orang langka. Ia adalah ibnu waqtihi, anak zamannya.

Konon, raja Rudarigh, seorang raja tiran dari Murcia Spanyol yang bodoh dan dengki memutuskan untuk mendapatkan informasi tentang kebenaran hakiki dari seorang sufi. Ia membuat sebuah surat perintah kepada bawahannya untuk memaksa Umar al-Alawi (seorang sufi dari Tarragon) agar mengatakan kebenaran yang dimilikinya.

Umar pun ditangkap dan dibawah ke Istana. Kata Rudarigh, “Aku memutuskan agar kebenaran yang kau ketahui harus kau katakan kepadaku dengan kata-kata yang dapat kumenegerti. Jika kau tidak mau mengatakannya maka nyawamu menjadi taruhannya.”

Umar menjawab, “Apakah tuan mengetahui kebiasaan dalam istana yang megah ini, yakni apabila seseorang yang ditahan mengungkapkan kebenaran itu tidak membuktikannya salah, maka ia dibebaskan kembali?”

“Ya. Memang demikian,” Jawab sang Raja.

“Saya minta semua orang yang hadir di Istana ini menjadi saksi akan hal itu,” kata Umar. “Dan saya tidak hanya akan mengungkapkan satu kebenaran saja, tetapi tiga kebenaran sekaligus,” Tambah Umar.

“Tunggu dulu. Kami juga harus yakin bahwa kebenaran bahwa apa yang kau sebut sebagai sebuah kebenaran itu memang benar-benar kebenaran. Oleh karenanya kau harus menyertakan bukti bahwa apa yang kau ungkapkan adalah kebenaran,” pinta sang Raja.

“Baiklah, baginda Raja. Bagi Tuan yang memang pantas untuk menerima tidak hanya satu kebenaran, tetapi tiga kebenaran, kami juga akan memberikan kebenaran yang dengan sendirinya memang benar-benar nyata.” Jawab Umar sang Sufi

Atas pujian yang disampaikan Umar ini, sang Raja merasa puas. Ia siap menyimak dengan seksama penjelasan kebenaran yang akan disampaikan Sufi ini.

“Kebenaran pertama; Saya adalah Umar al-Alawi dari Tarragona si pencari kebenaran hakiki. Kedua,  adalah bahwa baginda akan melepaskan saya jika saya telah mengungkapkan kebenaran. Ketiga, baginda ingin mendengarkan kebenaran yang bisa baginda pahami.” Jelas Umar.

Karena kesan yang ditimbulkan dari kata-kata yang disampaikan Umar adalah memang benar-benar sebuah kebenaran, dengan terpaksa sang Rajapun akhirnya melepaskan kembali sang sufi ini.

Cerita ini merupakan legenda lisan seorang darwis yang disusun oleh al-Mutanabbi. Cerita ini, menurut juru ceritanya hanya boleh disampaikan lewat lisan dan tidak boleh dituliskan selama seribu tahun. Dan al-Mutanabbi adalah salah seorang sufi sekaligus penyair Arab terbesar di masanya yang telah wafat seribu tahun yang lalu.

*) Disarikan dari Tales of The Derwishes karya Idries Taha yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Sapardi Djoko Damono, Jakarta: Pustaka Firdaus, 1984