Rahmat dan Moderat: Beragama Secara Inklusif

Rahmat dan Moderat: Beragama Secara Inklusif

Rahmat dan Moderat: Beragama Secara Inklusif
Ilustrasi toleransi.

Moderat dalam beragama lebih utama dibandingkan eksklusif dalam beragama. Hal ini seperti disinggung dalam kisah berikut ini:

Dari Jabir b. Abdullah al-Anshari: Bahwa Rasulullah SAW keluar menemui kami. Beliau berkata: Baru saja malaikat Jibril mendatangiku. Ia bercerita tentang seorang ahli ibadah yang tinggal sendirian di atas bukit yang luasnya tak sampai 30 hasta (1 hasta sekitar 45 cm). Bukit itu dikelilingi lautan laus yang terpisah dari daratan sekitar 40.000 mil.

Keseharian lelaki itu dihabiskan untuk beribadah. Allah SWT sangat menyayanginya. Untuk memenuhi kebutuhan hidup hamba yang taat itu, Allah pancarkan air saat ia butuh untuk bersuci dan minum. Allah juga menjadikan pohon delima berbuah matang setiap malam untuk mengisi perut hamba-Nya itu.

Suatu saat hamba itu memohon agar dijadikan matinya dalam kondisi sujud tanpa menyentuh tanah dan ditopong satu benda apapun. Permintaan itupun dikabulkan Allah SWT.

Akan tetapi, lanjut Rasulullah SAW menceritakan apa yang diberitakan malaikat Jibril, lelaki yang soleh itu ketika dihisab di hari kiamat ingin memamerkan amalnya. “Ya Allah, masukkan aku ke dalam surgamu sebagai balasan amal ibadahku,” kata dia.

Mendengar perkataan lelaki itu, Allah SWT tak lantas menuruti, dan malah memerintahkan malaikat agak menimbang kembali amal lelaki yang kelihatan saleh itu.

“Taruh seluruh amal yang pernah dia lakukan, dan sebagai perbandingannya cukup kalian letakkan besaran nikmat penglihatan yang Aku berikan padanya,” perintah Allah kepada malaikat.

Setelah ditimbang, lelaki yang kelihatan saleh itu ditunjuk-tunjuk oleh Allah. “Lihat timbangan itu! Baru nikmat mata yang ditaruh akan tetapi lebih berat daripada seluruh amalmu. Bagaimana seandainya jika seluruh nikmat yang aku berikan kepadamu ditimbang di sisi seluruh amalmu? Ternyata amalmu belum seberapa dibandingkan nikmatku untuk mu.

“Wahai malaikat, masukkan dia ke neraka sebab amalnya tak seberapa! Perintah Allah seketika. Lelaki itupun meronta-ronta sambil berkata: “Selamatkan aku, ya Allah! Aku memohon rahmat-Mu!

Mendengar permohonan itu, Allah pun mengurungkan rencana memasukkan lelaki itu ke dalam neraka. Seraya Ia berkata: wahai Hamba-Ku! Sekiranya kamu menuntut dimasukkan surga karena bermodalkan amal salehmu, maka sadirilah! Amalmu belum ada apa-apanya dibandingkan rahmat-Ku.

“Demikian Malaikat Jibril bertutur kepada-ku,” kata Rasulullah SAW. Kepada para sahabat Rasulullah SAW bersabda: “Rahmat Allah mengalahkan segala-galanya”.

Berdasarkan kisah ini Abu al-Laist al-Samarqandi berpesan, dengan merujuk hadits Rasulullah yang diriwayatkan dari sahabat Anas b. Malik.
يسروا ولا تعسروا. وبشروا ولا تنفروا

Permudahlah (dalam bergama) dan jangan membuat dirimu susah! Berlakulah inklusif dan dan jangan menjadi eksklusif!