Rahasia Di Balik Seruan “Membela Rasul” yang Layak Kita Kritisi

Rahasia Di Balik Seruan “Membela Rasul” yang Layak Kita Kritisi

Kita bisa bertanya tentang gerakan membela Rasul, bagaimana?

Rahasia Di Balik Seruan “Membela Rasul” yang Layak Kita Kritisi
umat muslim yang melakukan demo. gambar hanya ilustrasi.

Sebenarnya bisakah kita membela Rasul? Atau bisakah kita menghina Rasul? Pertanyaan mendasar ini saja yang perlu kita jawab dan renungkan sebelum meributkan seseorang yang kita tuduh menghina Islam atau Nabi Muhammad SAW. Namun sebelum kita lanjutkan, karena kita sedang membincangkan beliau, alangkah baiknya kita mulai dulu dengan membaca sholawat.

Jawaban pertama atas pertanyaan di atas persis dengan apa yang dijanjikan Allah ketika membaca sholawat. Perintah membaca sholawat kepada nabi Muhammad tertuang pada Q.S. Al-Ahzab ayat 56:“Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman! Bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam dengan penuh penghormatan kepadanya.”

Sholawat adalah ibadah yang Allah perintahkan pada umatnya, tapi Allah sendiri juga melaksanakan. Dari sini bisa dikatakan bahwa sholawat adalah ibadah yang sungguh spesial. Selain itu, diriwayatkan dari An-Nasai dari Anas bin Malik, Rasul bersabda:“Barang siapa bershalawat kepadaku satu kali, maka Allah akan bershalawat kepadanya sebanyak sepuluh kali dan Allah akan menghapus sepuluh keburukan darinya serta mengangkatnya sepuluh darajat.”

Jelas disebutkan bahwa ketika kita sholawat, sebenarnya yang untung adalah kita. Karena setiap satu, kita diganjar kebaikan 10 kali.  Ini menunjukkan bahwa nabi Muhammad sebagai orang yang indah dan sempurna. Ketika disanjung, orang yang menyanjungnya lah yang akan mulia. Beda dengan orang pada umumnya, ketika kita menyanjung si A, ya si A yang akan naik harga diri. Sungguh berbeda dengan nabi Muhammad.

Kalau Nabi Muhammad disanjung dan yang mulia malah orang yang menyanjung, bukankah artinya malah kita tidak mungkin bisa menghina nabi Muhammad?  Beliau disanjung saja, kita yang naik. Apalagi menghina beliau, ya kita lah yang semakin hina. Jadi ndak ada itu konsep menghina Rasul, beliau sudah mulia dari sononya.

Habib Husein Ja’far Hadar mengatakan saat pengajian di basabasi cafe jogja “Kita itu ndak bisa menghina ’emas’, kita menghina emas, ya kitalah yang hina”

***

Selanjutnya, kita tahu bahwa seluruh alam dan seisinya ini diciptakan karena nabi Muhammad. Seperti yang diriwayatkan Al-Hakim dan Al-Baihaqi saat nabi Adam AS meminta ampunan dengan nama nabi Muhammad terkait kesalahannya. Nabi Adam AS ketika itu melihat catatan ‘Lâ ilâha illallâh, Muhammadur Rasûlullâh’ pada tiang-tiang Arasy. Allah menjawab, ‘Kau meminta dengan namanya (Nabi Muhammad SAW) agar Aku mengampunimu. Sungguh, kalau bukan karenanya, Aku tidak akan menciptakanmu.’ Jadi, wujud Nabi Adam AS bergantung pada wujud Nabi Muhammad SAW,”

Bisa kita cermati bahwa bagaimana kita bisa mengaku membela suatu hal dengan mulut, tapi mulut kita itu eksistensinya bergantung pada hal yang kita anggap kita bela. Bagaimana kita mengaku membela suatu hal dengan tangan, tapi eksistensi tangan kita itu tergantung pada hal yang kita anggap kita bela?

Dan bagaimana kita mengaku membela suatu hal itu dengan arogan dan marah-marah, padahal diri dan rasa kita itu bergantung pada hal yang kita anggap kita bela itu. Ini sungguh tidak mungkin, nabi Muhammad adalah hulu kehidupan, dan karenanya kita ada hari ini. Kita mengaku membela saja itu sudah arogan.

Dan yang terakhir, kita bisa lihat Q.S. Al-Hujurat ayat 2,“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu meninggikan suaramu melebihi suara Nabi, dan janganlah kamu berkata kepadanya dengan suara yang keras, sebagaimana kerasnya suara sebagian kamu terhadap sebagian yang lain, supaya tidak hapus (pahala) amalanmu, sedangkan kamu tidak menyadari.”

Bagaimana cara kita tidak meninggalkan suara melebihi nabi Muhammad, kan kita tidak bertemu fisik dengan beliau?

Nabi Muhammad adalah pembawa agama Islam, kehadiran nabi Muhammad masih dirasakan sampai sekarang dengan eksisnya agama Islam. Artinya representasi nabi Muhammad paling nyata ya islam itu sendiri. Sehingga bisa dikatakan bahwa meninggikan suara bisa diartikan dengan menunggangkan kepentingan kelompok di atas Islam.

Kita bersikap lebih individualistik dengan hanya memperhatikan kelompok dan membiarkan perpecahan dalam islam dengan arogansi kelompok yang mudah mengatakan bahwa dirinya paling benar, merasa paling islami dan murni seraya menyebut yang lain salah dan membuat muslim terpecah belah adalah tindakan yang bisa dikatakan meninggikan suara di hadapan nabi Muhammad.

Lawong islam ini yang bawa Nabi, eh kok arogan mengatakan kamu salah saya benar yang berujung pada perpecahan Islam? Bukan hanya diri yang harus tunduk kepada nabi Muhammad, hati dan fikiran kita tentunya harus ikut tunduk pada beliau.

Kalau beliau mengajarkan umat islam bersaudara, ya kita jangan suka menyalahkan dan merasa paling murni yang berujung Islam jadi terpecah belah. Apalagi mendaku membela beliau, beliau ujung dari segalanya kok kita mengaku membela beliau, kita ini ada karena beliau.

Hingga  kita layak berpikir kritis, sebenarnya siapa yang sejatinya dibela dibalik ucapan ‘membela Rasul’?