Di bulan Ramadhan, banyak orang yang semakin meningkatkan kualitas dan kuantitas ibadahnya, salah satunya dengan membaca al-Qur’an. Banyak pula yang menargetkan untuk khatam al-Qur’an selama Ramadhan, baik dalam waktu sebulan, sepuluh hari, seminggu hingga tiga hari.
Rasulullah Saw memang menganjurkan umatnya untuk mengkhatamkan al-Qur’an. Sebagaimana tercantum dalam hadis riwayat Imam al-Bukhari nomor 5054:
عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَمْرٍو، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : اقْرَإِ القُرْآنَ فِي شَهْرٍ، قُلْتُ: إِنِّي أَجِدُ قُوَّةً حَتَّى قَالَ: فَاقْرَأْهُ فِي سَبْعٍ وَلاَ تَزِدْ عَلَى ذَلِكَ
Dari Abdullah bin Amr ia berkata bahwa Rasulullah Saw. bersabda “Bacalah (seluruh) Al-Quran dalam sebulan” aku berkata “Sesungguhnya aku mampu (melakukan lebih dari itu)” hingga Rasulullah Saw. pun bersabda “Maka bacalah dalam seminggu dan janganlah menyelesaikannya (kurang dari jangka waktu) itu.”
Berdasarkan riwayat tersebut, Rasulullah Saw menganjurkan agar mengkhatamkan al-Qur’an dalam waktu sebulan. Namun apabila ingin lebih cepat dari sebulan maka hendaknya tidak lebih dari tujuh hari.
Anjuran tersebut dimaksudkan agar umat muslim tidak terburu-buru dalam membacanya dan mampu menghayati dan memahami maknanya.
Menurut Prof. Quraish Shihab, membaca al-Qur’an sebaiknya disertai dengan pemahaman. Tidak hanya sekedar membaca. “Abi lebih senang seseorang yang dalam sehari membaca sepuluh ayat (dan paham apa yang dibaca) daripada dalam sehari baca seratus ayat tanpa dia pahami”, ucap Quraish Shihab kepada anaknya, Najwa dalam program Shihab & Shihab.
Penulis kitab Tafsir al-Misbah ini juga mengatakan, Ketika membaca al-Qur’an sebaiknya membaca makna dan tafsirnya. Pahami ayat demi ayat. Itu akan lebih baik daripada membaca tanpa ada pemahaman. Jadi tidak perlu berlomba-lomba khatam, tapi berlomba-lombalah untuk paham.
Perlu diingat pula bahwa al-Qur’an tidak cukup dibaca saja, melainkan juga dipelajari. Maka dari itu kita mengenal istilah “tadarus”. Tadarus berasal dari kata “تدارس” wazn fi’il “تفاعل”. Penambahan huruf ta di awal kata dan huruf alif setelah fa’ fi’il menunjukkan makna timbal balik antara dua orang atau lebih. Oleh karena itu, disebut tadarus apabila ada unsur ketersalingan. Tadarus berarti saling belajar dan mengajar. Jadi harus lebih dari satu orang.
Ketersalingan dalam belajar dan mengajar al-Qur’an apabila diterapkan maka akan meminimalisir terjadinya kesalahan bacaan dan pemahaman. Mengkhatamkan al-Qur’an tentu saja baik. Namun akan lebih baik lagi jika kita memahami apa yang kita baca. Dengan memahaminya, tentu saja kita akan lebih mudah untuk mengamalkan setiap ayatnya.
Rasulullah Saw bahkan telah memperingatkan bahwa di akhir zaman kelak akan datang kaum yang membaca al-Qur’an hanya sampai kerongkongan. Karena apa yang dibaca tidak sampai ke hati, jauh pula dari pengamalannya. Dari Abdullah bin Mas’ud, Rasulullah Saw bersabda
يَخْرُجُ فِي آخِرِ الزَّمَانِ قَوْمٌ أَحْدَاثُ الْأَسْنَانِ، سُفَهَاءُ الْأَحْلَامِ، يَقُولُونَ مِنْ خَيْرِ قَوْلِ النَّاسِ، يَقْرَءُونَ الْقُرْآنَ لَا يُجَاوِزُ تَرَاقِيَهُمْ، يَمْرُقُونَ مِنَ الْإِسْلَامِ كَمَا يَمْرُقُ السَّهْمُ مِنَ الرَّمِيَّةِ، فَمَنْ لَقِيَهُمْ فَلْيَقْتُلْهُمْ، فَإِنَّ قَتْلَهُمْ أَجْرٌ عِنْدَ اللهِ لِمَنْ قَتَلَهُمْ
“Di akhir zaman akan muncul kaum berusia muda, lemah akal, mereka berkata dengan perkataan orang terbaik, mereka membaca Al-Qur`an tidak mencapai kerongkongan (sebatas di mulut tak sampai hati), mereka meninggalkan agama dengan cepatnya seperti terlepasnya anak panah dari panah” (HR Ibnu Majah)
Wallahu a’lam bisshawab