Yogyakarta – Guru Besar Ilmu Al-Quran dan Tafsir, Mohammad Quraish Shihab menyoroti minimnya penafsiran Al-Quran dengan corak keindonesiaan. Hal ini disampaikan dalam acara “Ngaji Bareng” di Auditorium Prof. KH. Abdul Kahar Mudzakir Kampus Terpadu UII, yang diselenggarakan oleh Universitas Islam Indonesia yang juga disiarkan langsung melalui channel YouTube Universitas Islam Indonesia.
Acara terbuka untuk umum, menghadirkan narasumber Prof. Dr. Quraish Shihab dan K.H. Bahauddin Nursalim. Prof Quraish Shihab menyoroti minimnya tafsir Al-Qur’an berbahasa Indonesia, terutama yang mencerminkan identitas Indonesia. Beliau menegaskan urgensi pembuatan tafsir yang memperkenalkan Indonesia kepada dunia.
Dalam sesi ngaji, Prof Quraish Shihab mengutip Surat Ibrahim (14) Ayat 24.
أَلَمْ تَرَ كَيْفَ ضَرَبَ ٱللَّهُ مَثَلًۭا كَلِمَةًۭ طَيِّبَةًۭ كَشَجَرَةٍۢ طَيِّبَةٍ أَصْلُهَا ثَابِتٌۭ وَفَرْعُهَا فِى ٱلسَّمَآءِ
“Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit,”
“Bagaimana kalau kita tafsirkan dengan pohon kelapa?” ujar beliau yang menyoroti akan kebutuhan penafsiran yang berakar dalam budaya Indonesia.
Beliau menggarisbawahi pentingnya pembaruan penafsiran yang relevan dengan konteks Indonesia, dengan harapan menemukan solusi dalam Al-Qur’an terhadap persoalan-persoalan lokal.
“Kita ingin problema-problema kita, kita carikan solusinya dalam Al-Qur’an,” imbuhnya. (AN)