Quraish Shihab menjelaskan hal yang menarik ketika ditanya seseorang terkait kriteria ustadz yang tepat untuk dijadikan panutan atau sebagai penceramah.
“Abi, Bagaimana memilih ustadz yang tepat,” tanya seorang perempuan dalam acara Shihab & Shihab di Masjid Al-Azhar Kebayoran yang diselenggarakan oleh Narasi TV dan Komunitas Tangga Masjid.
Mantan rektor IAIN (sekarang UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta ini menjelaskan dengan penuh kasih ibarat seorang bapak menasehati anaknya.
“Pilihlah ustadz yang menganut faham wasathiyah (moderat) anda tidak akan mendengar makian,” tutur mantan Mentri Agama ke-16 masa Presiden Soeharto ini.
Quraish Shihab menjelaskan bahwa ustadz yang wasathiyah akan terbuka untuk dikritik dan tidak fanatik dengan satu pandangan dan menilai pandangan orang lain salah.
Ustadz yang wasathiyah memahami bahwa jalan menuju agama (sirath) itu besar dan memiliki jalan-jalan kecil (sabil) untuk menuju jalan besar itu.
“Karena dalam rincian ajaran agama, yang Tuhan tanyakan adalah hasilnya, misalnya 5 tambah 5 10 tapi bisa juga 7 tambah 3,” lanjutnya.
Salah satu ciri ustadz yang wasathiyah, menurut ayah Najwa Shihab ini adalah berpengetahuan luas. Ustadz yang berpengetahuan luas, akan mampu menilai dan menghargai suatu pendapat, sedangkan ustadz yang sempit pengetahuannya akan mudah menyalahkan.
“Semakin luas pengetahuan seseorang, semakin besar toleransinya, semakin sempit semakin bodoh,” tandasnya. (AN)