“Pernikahan itu dalam bahasa Arab disebut juga dengan zawaj, pasangan. Pasangan itu tidak harus sama persis.” Begitulah penuturan Quraish Shihab dalam salah satu sesi talkshow bersama putrinya, Najwa Shihab. Jadi menurutnya, jangan paksa pasangan!
Menurut penulis tafsir al-Mishbah ini, pasangan itu sebagaimana sandal, ada kanan dan kiri, tapi keduanya tidak harus sama, bahkan tidak boleh sama.
“Alas kaki saya berpasangan, kiri dan kanan, tetap berbeda,” lanjut Quraish Shihab.
Dengan perbedaan tersebut, artinya, setiap pasangan tidak boleh memaksa pasangannya untuk sama dengan dirinya. Justru ketika seorang memaksa pasangannya agar sama, maka hal itu tidak lagi bisa disebut sebagai pasangan.
“Itu berarti jangan paksa pasangan Anda persis sama dengan Anda, itu tidak akan berhasil,” ujar mantan rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini.
Hal ini lah yang menjadikan perkawinan disebut dengan nikah, yang berarti menyatukan. Menurut Abi, begitu ia sering disapa, pernikahan itu menyatukan segalanya, termasuk menyatukan perbedaan, menyatukan pasangan yang berbeda agar bisa melangkah bersama.
“Nikah itu artinya menyatukan, menyatukan langkah, menyatukan pikiran, menyatukan perasaan, harus menyatu semuanya,” tutur Abi Quraish.