Menurut Quraish Shihab cinta itu harus diperjuangkan. Cinta bukan muncul pada pandangan pertama, tetapi cinta muncul setelah mengetahui kekurangan pasangannya.
Ada yang bilang bahwa cinta pada pandangan pertama adalah cinta yang sesungguhnya. Namun pakar tafsir Al-Quran asal Indonesia, memiliki pandangan yang berbeda. Menurutnya, hakikat cinta itu tak cukup pada pandangan pertama. Bagi Quraish Shihab, cinta juga harus diperjuangkan.
“Cinta harus diperjuangkan. Memperjuangkannya harus dengan kesadaran, bahwa setiap orang mempunyai kekurangan,” tutur Quraish Shihab dalam salah satu sesi talk show Shihab & Shihab.
Bagi ayah Najwa Shihab ini, cinta yang sebenarnya adalah yang muncul setelah menemukan berbagai kekurangan pasangan dan kita mau menerimanya serta mau menyesuaikannya.
“Lakukan penyesuaian. Mundur selangkah, dia (pasangan) juga harus mundur selangkah,” tambahnya.
Menurut alumni al-Azhar ini, saat pandangan pertama bisa jadi seseorang tidak akan melihat sisi negatif dari calon pasangannya. Di saat itu lah, yang nampak hanya keindahan, seolah yang terjadi adalah cinta yang sesungguhnya. Namun terkadang, setelah rumah tangga berjalan beberapa waktu dan seseorang mulai mengetahui kebiasaan negatif pasangannya, orang akan menyerah bahkan dalam situasi yang paling buruk, terjadi perceraian.
Hal ini lah yang disayangkan oleh Quraish Shihab. Justru pada fase-fase itu pembuktian cinta perlu dilakukan agar cinta itu tumbuh secara hakiki. Inilah yang dimaksud penulis Tafsir al-Misbah ini sebagai Cinta yang perlu diperjuangkan. Itu lah alasan mantan rektor IAIN Jakarta ini kurang percaya dengan Cinta pada pandangan pertama.
Penjelasan lebih lanjut terkait proses cinta yang sesungguhnya bisa kita baca dalam bukunya, “Jawabannya Adalah Cinta: Wawasan Islam Tentang Aneka Objek Cinta” . Dalam buku ini, Quraish Shihab membagi fase cinta menjadi tiga. Sebelum melangkah pada fase pertama, yang terjadi adalah pandangan antara kedua pihak. Dalam proses pandangan ini, bisa jadi yang muncul bukanlah cinta, tapi sebatas kagum. Kekaguman kepada lawan jenis, apalagi secara fisik adalah hal yang biasa. Namun kekaguman itu juga bisa luntur setelah beberapa kali pertemuan.
Fase pertama, setelah pandangan, terjadilah pendekatan untuk mendapatkan titik temu. Menurut Quraish Shihab, pendekatan yang benar adalah pendekatan yang sesuai dengan koridor syariat. Selain itu, pendekatan juga bisa dilakukan dengan cara yang beragam, juga media yang beragam seperti sekarang, asalkan dilakukan dengan sopan dan tidak mengandung selera rendah.
Fase kedua, terjadi setelah fase pertama berlangsung sukses. Yaitu masing-masing akan merasakan ketenangan dan rasa aman. Pada bagian ini, Quraish Shihab menyebut bahwa cinta mulai bermekaran antara kedua orang. Mufassir Indonesia ini menyebut tahap ini sebagai “pengungkapan diri”.
Fase ketiga, yang tentunya berlanjut setelah tingkat kedua terjadi. Pada tahap ini, kedua orang ini memiliki perasaan “saling ketergantungan”. Saat telah mempunyai ciri ini, maka perlu dilanjutkan dan disahkan dengan hubungan yang sah, yaitu pernikahan.
Hakikat cinta yang disebut oleh Quraish Shihab terjadi setelah fase ketiga ini, ketika kedua orang sudah saling mengikat janji dan mengetahui sisi negatif masing-masing. Maka, menurut ulama yang tentunya sudah mengalami manis-garam pernikahan ini, jangan berhenti di titik ini.
“Lakukan penghangatan, sampai cinta itu menghangat, sampai pada akhirnya yang berbicara bukan lagi lidah, tapi (juga) mata dan hati,” pungkas Quraish Shihab.
Baca tulisan lain tentang Quraish Shihab di sini. Baca juga buku-buku karya Quraish Shihab di sini.