Quraish Shihab: Bersedekah Harus Menjaga Perasaan Orang yang Disedekahi

Quraish Shihab: Bersedekah Harus Menjaga Perasaan Orang yang Disedekahi

Jangan sampai kita bersedekah tetapi kita menyakiti hati orang yang disedekahi.

Quraish Shihab: Bersedekah Harus Menjaga Perasaan Orang yang Disedekahi

Quraish Shihab mengingatkan agar selalu menjaga perasaan manusia lainnya. Termasuk saat bersedekah.

Agama adalah muamalah sementara muamalah itu sendiri adalah akhlak. Begitu kata Profersor Quraish Shihab. Apabila manusia ditakdirkan hidup sendiri, di tengah hutan atau di tengah bebatuan atau padang pasir sekalipun, Ia tak perlu berakhlak. Mau berbohong, mau memaki, mau mengolok, semua itu ia lakukan sendiri dan kepada dirinya sendiri. Tetapi keadaan berbeda apabila seorang ditakdirkan hidup di antara manusia lainnya, maka ia wajib berakhlak dan menjaga perasaan manusia lainnya.

Ahli tafsir tersebut memberikan contoh, “Apakah shalat bukan termasuk akhlak? Celaka bagi mereka yang tidak mengetahui subtansi shalat (Al-Ma’un, 4-5).” Kata beliau. Begitu pula dengan zakat. Cara berakhlak dalam zakat adalah jangan menunggu ada orang meminta baru mengeluarkan zakat. Makna kata atuz zakat bukan mengeluarkan zakat tetapi mengantarkan zakat. Di sini lah peran penting amil. Amil harus mencari orang yang membutuhkan tetapi malu untuk meminta serta mengantarkan zakat kepada mereka yang membutuhkan.

Selain itu, semua amal ibadah mengandung akhlak, seperti puasa maupun haji. Contoh lainnya adalah bersedekah. Pahala sedekah bisa rusak ketika disertai dengan perkataan buruk, bersedekah harus menjaga perasaan orang yang disedekahi.

Quraish Shihab sering berkata, “Yang Hilang dari Kita adalah Akhlak”. Beliau memberikan penjelasan melalui ilustrasi orang mandi dengan dua shower. Satu shower mengeluarkan air bersih yang keluarnya hanya setetes demi setetes. Sementara shower satunya mengeluarkan air kotor dengan deras. Lebih-lebih jika air kotor tersebut harum, maka orang akan menyukainya.

Dalam konteks masa kini, peran keluarga dan orang terdekat tidak lagi relevan. Karena keburukan dapat menyebar melalui teknologi yang ada dalam rumah kita, seperti televisi dan gadget. Tidak semua orang tua mengetahui apa saja yang diakses oleh anak-anak mereka melalui teknologi.

Dalam hal ini, Quraish Shihab memberikan pelajaran agar jangan menutup-nutupi gerak setan. Keburukan harus ditampakkan, dijelaskan dampaknya kepada anak-anak. Sering kali kita tidak mengetahui adanya kebaikan apabila keburukan tidak tampak atau tidak mengetahui adanya kesehatan apabila tidak ada yang sakit. Kuncinya kita harus terbuka. Artinya, jika ada hal yang tidak baik yang ditonton anak-anak, kita wajib menjelaskan bahwa hal tersebut tidak layak dilakukan.

Oleh karena itu, Quraish Shihab selalu mengingatkan agar tidak membenci pribadi seseorang, melainkan perilakunya.

“Jangan pernah benci manusia tapi benci kejahatannya. Undanglah simpati orang jangan antipatinya. Gambarkan Tuhan bahwa Dia Maha Kasih, Maha Penyayang, dan Indah.” Jelas Profesor Quraish Shihab. (AN)