
Salah satu kesepakatan antara Israel dan Hamas dalam skema gencatan senjata yang dimulai pada Minggu, 19 Januari 2025 lalu adalah merekonstruksi kota di selatan Palestina ini. Namun betapa masif kerusakan yang terjadi? Kita bisa melihat dari tayangan video jurnalis AJ+ yang diunggah pada 17 Januari 2025 lalu.
Dalam video tersebut terlihat hampir tidak ada bangunan yang tersisa. Semua rata dengan tanah. Bahkan reruntuhan bangunan itu hampir memenuhi tanah yang ada di sana. Berdasarkan laporan AJ+, Israel telah menghancurkan lebih dari 245.000 rumah penduduk yang ada di sana. Tidak ada satupun bangunan yang bisa digunakan untuk bertahan hidup. Semua warga Gaza mengungsi.
Rumah-rumah yang dihancurkan oleh Israel itu menghasilkan sekitar 39 juta ton puing bangunan. Jika ditotal, puing-puing ini setara dengan 10 Pyramid Giza. Banyaknya sisa puing ini membutuhkan waktu lama untuk merekonstruksi Gaza agar kembali menjadi kota yang layak ditinggali.
Seorang kakek bercerita kepada jurnalis AJ+ bahwa rumahnya dahulu berdiri kokoh sekitar 6 lantai, namun semuanya hancur saat Israel menyerang.
“Rumahku dulu ada sekitar 6 lantai. Aku butuh waktu 70an tahun untuk membangunnya, namun semuanya hancur hanya dalam beberapa detik,” ujar seorang kakek menceritakan kondisi rumahnya saat ini yang tak tersisa apapun.
Puing-puing bangunan yang kini membanjiri Gaza, tidak akan bisa dibersihkan dalam waktu yang singkat. AJ+ memperkirakan, sisa-sisa bangunan itu baru akan hilang dan bersih dalam waktu sekitar 15 tahun.
Sisa-sisa bangunan saat ini bukan hanya berupa beton biasa. Tapi juga ada elemen lain yang merupakan bagian dari sisa-sisa serangan Israel, meliputi bahan peledak, asbes, dan bahan berbahaya yang tidak dapat diledakkan.
“Israel meninggalkan kami tanpa pilihan, kami terlantar dan terhina,” ujar Moussa Abu Mustafa dikutip dari AJ+.
Moussa mengaku, dari keseluruhan rumah yang biasa ia tinggali, hanya tersisa ruang tamu. Namun ia masih berusaha agar ruang yang masih tersisa itu masih bisa ditinggali. Ia baru saja memasang pipa untuk saluran pembuangan kamar mandi. Ia juga sedang berusaha memasang penutup agar terlindung dari panas dan hujan.
Semangat Warga Gaza untuk Menetap Tak Pernah Padam
Meski bangunan hancur, rumah runtuh, dan kini tersisa puing, namun semangat warga Gaza untuk tetap tinggal di sana selalu ada. Selain Moussa Abu Mustafa yang kini membangun sisa-sisa reruntuhan rumahnya, ada beberapa orang lain yang juga sama seperti Moussa, memanfaatkan sisa reruntuhan untuk membangun kembali tempat tinggalnya.
“Saya percaya bahwa semua orang akan kembali ke Gaza, kota ini akan dibangun lagi,” ujar Moussa saat ditanya alasannya kembali ke reruntuhan rumahnya.
Tidak jauh dari rumah Moussa ada seseorang yang sedang menumpuk bata di lantai dua sebuah bangunan. Laki-laki itu kemudian berteriak kepada jurnalis AJ+ yang sedang memvideokannya.
“Saya akan membangunnya sekali, dua kali, bahkan sepuluh kali. Kita akan membangunnya selamanya dan akan tinggal di sini selamanya,” teriak laki-laki itu sambil memukul-mukul bata yang ia susun di lantai atas rumahnya.
(AN)