Puasa Zaman Now, Menggerakkan Tadarus Solidaritas Lewat Dunia Maya

Puasa Zaman Now, Menggerakkan Tadarus Solidaritas Lewat Dunia Maya

Puasa zaman now beda dengan dahulu, sekarang kita sepatutnya juga berbagi kebaikan di dunia maya

Puasa Zaman Now, Menggerakkan Tadarus Solidaritas Lewat Dunia Maya

Saat Ramadan, tadarus solidaritas harus digerakkan melalui dunia maya. Pengaruh media maya saat ini sangat besar bagi perubahan sosial. Jika yang digerakkan berupa solidaritas, toleransi, persaudaraan, perdamaian, tentu membangun peradaban baik, begitu sebaliknya. Tentu hal ini penting untuk bulan Ramadan, bulan yang tak hanya sekadar bulan berpuasa dan ibadah mahzah (wajib), namun juga ibadah sosial.

Puasa zaman now dengan dulu tentu beda. Dulu, puasa hanya urusan realitas sosial yang tampak, namun sekarang kita dihadapkan dunia maya yang harus dilandasi ruh solidaritas. Gerakan tadarus solidaritas di benua maya harus tersistem, berjemaah, dan sarat akan nilai-nilai humanisme.

Solidaritas yang digerakkan di dunia maya harus memutus problematika radikalisme. Jangan sampai orang berpuasa justru menjadi sumber problem radikalisme di dunia maya. Maka perlu pendekatan menyentuh akar masalah dengan pemanfaatan teknologi digital.

Gerakan ini harus sesuai prinsip literasi digital, etika, dan menyentuh akar masalah untuk memutuas radikalisme. Munhanif (1996: 283) menjelaskan pendekatan holistik terhadap agama menjadi salah satu cara menciptakan kerukunan. Di zaman now, kekuatan dunia maya sangat strategis menghalau serangan radikalisme dan terorisme.

Bisa dari media online, medsos seperti Facebook, Twitter, Instagram, Path, dan layanan pesan seperti WhatsApp, Blackberry Messenger, Line dan lainnya. Jika kegiatannya buruk, penuh radikalisme, terorisme, tentu merugikan masyarakat, begitu sebaliknya.

 Tadarus Solidaritas

Tadarus pada intinya membaca atau pembacaan Alquran. Satu akar kata tadarus adalah daras, mendaras, madrasah yang berarti membaca, mempelajari, menyelidiki dan memaknai bacaan. Sedangkan madrasah bermakna belajar, pembelajaran, didik, pendidikan, dan sekolah yang tingkatannya ada tiga. Mulai madrasah ibtidaiah (tingkat dasar), madrasah sanawiah (tingkat menengah), dan aliah (tingkat menengah atas).

Secara kontekstual, tadarus bisa aspek solidaritas atau toleransi di dunia maya. Kegiatannya, berupa membaca, meneliti fenomema sosial di dunia maya dan menentukan gerakannya. Tadarus solidaritas harus mengacu “tri ukhuwah Islam” yang digerakkan lewat dunia maya.

Pertama, Ukhuwah Islamiyah, persaudaraan berupa kasih sayang, kemuliaan, dan rasa saling percaya terhadap saudara se-akidah (Islam). Kedua, Ukhuwah Basyariyah, persaudaraan pada semua manusia secara universal tanpa membedakan ras, agama, suku dan lainnya. Ketiga, Ukhuwah Wathaniyah, persaudaraan diikat jiwa nasionalisme tanpa membedakan agama, suku, warna kulit, adat istiadat, budaya dan elemen lain.

Mukti Ali (1923-2004) merumuskan tiga kunci kerukunan. Pertama, rukun antarumat seagama. Kedua, rukun antarumat beragama. Ketiga, rukun antarumat beragama dengan pemerintah. Intinya, kerukunan itu harus digerakkan lewat penguatan solidaritas di dunia maya. Dari solidaritas yang digerakkan dengan ruh ukhuwah ini bisa melahirkan sikap rukun, gotong-royong, persatuan, kesatuan dan perdamaian.

Menggerakkan

Pola penyebaran terorisme berdasarkan temuan pada tragedi pengeboman di Surabaya kemarin sudah menjalar pada keluarga. Jika keluarga menjadi korban, tentu yang berperan utama adalah ibu. Komnas Perempuan mencatat pada 2016, tercatat ada 259.150 kasus, dan tahun  2017 ada 348.446 kekerasan terhadap perempuan.

Untuk itu, perempuan dan ibu harus dikuatkan pada literasi toleransinya. Di sini, tadarus solidaritas harus digerakkan lewat dunia maya dengan beberapa formula. Pertama, menebar materi berbentuk meme, atau video ramah yang mengarah pada solidaritas serta toleransi. Tujuannya, membangun jiwa solid dan kuat dalam menyebar nilai-nilai Islam rahmat bagi semua alam.

Kedua, lewat layanan (WA, BBM, Line) kita menjadi katalisator solidaritas dan toleransi. Lewat grup-grup WA, kita bisa mengajak tadarus berjemaah yang dibagi perorang untuk membaca perjuz Alquran. Seperti yang sudah saya lakukan di grup WA yang semua anggota membaca Alquran di rumah masing-masing.

Ketiga, mendeteksi dan merumuskan solusi atas semua berita, gambar, meme atau video radikal lewat dunia maya. Pola ini strategis menggerakkan tadarus solidaritas untuk mendeteksi dan mencari solusi dari serangan radikalisme di dunia maya. Keempat, ritual Ramadan (puasa, tadarus, tarawih) yang digerakkan lewat dunia maya harus menguatkan solidaritas.

Tadarus solidaritas menjadi corong menggerakkan peradaban perdamaian agar tak menjadi mimpi. Tadarus solidaritas lewat dunia maya menjadi ikhtiar menumbuhkan toleransi dan perdamaian. Jika tidak sekarang, kapan lagi?