PSK Kalijodo dan Pesan Nabi

PSK Kalijodo dan Pesan Nabi

Manusia sama di hadapan Allah, yang membedakan hanyalah amalnya. Lalu. bagaimana dengan status PSK atau sejenisnya? Berikut penjelasannya.

PSK Kalijodo dan Pesan Nabi

Beberapa minggu lalu kita dihebohkan dengan peristiwa penggusuran Kalijodo. Saya tidak ingin membahas masalah penggusuran yang dilakukan Ahok itu, karena itu urusan pemerintah dan aparat. Saya hanya ingin sedikit mengingatkan perihal derajat para perempuan yang orang sebut “nakal” alias PSK itu. Loh, kenapa perlu diangkat derajatnya? Bukannya mereka itu pendosa?

Nah dari situ saya ingin mengingatkan bahwa PSK seperti halnya diri kita, mereka juga manusia, yang juga bisa sangat berpotensi untuk masuk surga Tuhan, Allah Swt. Dalam hadis, Nabi pernah bilang bahwa ada perempuan seperti yang saya ceritakan di atas masuk surga.

“Lah, kok bisa Kanjeng Nabi?” tanya sahabat penasaran.

Kemudian Nabi menjawab dengan mantap, “Bisa, lah! Wong, surga itu milik Allah. Mudah saja Allah beri mereka jalan masuk surga.”

Jadi ceritanya begini, “Waktu cewek ‘nakal’ itu lagi mejeng, dia lihat ada kucing yang sedang kehausan. Karena dia  punya nurani baik, sepatunya dilepas, dia coba ambilkan air dengan sepatunya itu.”

Perempuan itu berpikir, kalau saja yang kehausan itu dirinya, bisa jadi ia tidak ada bedanya dengan kucing yang sedang kehausan tersebut; lemah dan tidak berdaya. Maka, ia berinisiatif untuk menolong kucing tersebut.

Peristiwa itu sebenarnya sangat biasa, tapi tanpa kita sadari memberikan efek yang luar biasa. Seolah mengingatkan bahwa urusan surga adalah hak pregrogatif Allah. Hanya Allah yang bisa menilai tindakan manusia, dan sesama manusia adalah sama belaka di hadapan-Nya.

Salah satu pesan yang dapat kita ambil dari peristiwa itu, jangan remehkan orang lain karena dia pendosa. Bisa jadi pendosa itu justru yang akan diangkat derajatnya oleh Tuhan di kemudian hari. Bencilah pada kemunkaran dan maksiat yang dilakukannya, jangan sakiti orangnya.

Tugas ulama atau tokoh masyarakat itu hanya mengajak dan mengingatkan, bukan menertibkan. Serahkan semuanya pada yang berwenang. Ingatkan pemerintah dan aparatnya, jangan Anda hardik mereka. Hati-hati, bisa jadi kita termasuk orang sombong bila merasa lebih baik dari mereka.

Menurut Ibnu Asyur dalam al-Tahrir wa Tanwir hadis yang menyatakan, “Jika di antara Anda melihat kemungkaran, maka cegahlah menggunakan kekuasaannya, atau cukup diajak, atau cukup diinkari dalam hati, dan inilah iman yang terlemah.” (H.R. Muslim)

Hal itu ditujukan kewenangannya untuk pemerintah, bukan individu atau sekelompok organisasi masyarakat. Menurutnya, itu untuk menghindari timbulnya anarkisme dalam berdakwah yang mencoreng nama Islam.

Bisa jadi, jika itu dilakukan yang akan terjadi justru berlipat kali kemunkaran. Sudah prostitusi itu munkar, ditambah gerakan anarkis yang membahayakan. Lah, kalau aparatnya diam saja tak ada aksi, padahal sudah dilaporkan, itu gimana? Bolehkah kita bertindak sendiri?

Boleh. Tapi Anda tindak saja aparatnya, jangan orang-orang yang ada di dalam kafe dan bar-bar kemaksiatan.  Hal itu salah sasaran.

Perlu juga diingat dan disadari bahwa Allah itu menciptakan oposisi biner pada setiap makhluknya. Artinya, makhluk yang Allah ciptakan itu selalu berpasangan dan berlawanan. Ada makruf juga ada munkar, ada orang taat juga ada orang maksiat. Tidak mungkin semua orang itu taat kepada Tuhan semuanya. []

Ibnu Kharis, mahasiswa Pascasarjana UIN Syahid Jakarta. Bergiat di Bincangsyariah.com