Pemikir islam Profesor Dawam Rahardjo tutup usia tadi malam, Rabu (30/5) di Rumah Sakit Islam Jakarta sekitar pukul 21.55 WIB. Sosok yang dikenal sebagai aktivis, pemikir dan begawan ekonomi islam itu wafat pada usia 77 tahun.
Mas Dawam, begitu beliau disapa, merupakan seorang pemikir islam yang produktif dan merupakan sosok berpengaruh bagi perkembangan islam di Indonesia, khususnya pada tahun 80-an. Beliau juga dikenal dekat dengan para pemikir di zamannya seperti Cak Nur, Gus Dur dan Ahmad Wahib. Nama terakhir, bahkan, yang mengangkat sosoknya ke gelanggang intelektual publik melalui Catatan Harian yang ia terbitkan melalui lembaga LP3ES bersama Djohan Efendi.
Kiprah sosok yang lahir di Solo, 20 April 1942 ini juga tidak terbatas dalam dunia aktivisme, melainkan juga bidang akademik. Bahkan, dalam dunia pendidikan ini sosoknya menjadi panutan dengan jenjang pengaruh yang cukup luas. Beliau pernah menjabat sebagai rektor di Universitas Islam 45 Bekasi (1994-2004) selain itu ia juga berbagi ilmu di pelbagai tempat, baik di kampus ternama di negeri ini maupun di luar negeri. Ia juga dikenal dekat denga
Salah satu jejaknya paling kentara adalah proses pendirian Ikatan Cendekiawan Muslim (ICMI) pada tahun 1990. Dawam juga menginisiasi dan menjadikan BJ Habibie–waktu itu belum Presiden–untuk menjadi ketua pertama. Bahkan, sosoknya dianggap sebagai representasi ICMI dan membuat organisasi ini memiliki pengaruh yang cukup kuat. Selain itu, beliau juga aktif di Muhammadiyah dan beberapa organisasi seperti LP3S.
Selain aktif berorganisasi dan pemberdayaan masyarakat, Dawam juga merupakan sosok produktif. Tulisannya tersebar di pelbagai media massa dan buku-buku. Mulai dari hal remeh temeh, kebudayaan, politik hingga ekonomi. Beberapa judul antara lain Esai-esai Ekonomi Politik (1983), Deklarasi Mekah: Esai-esai Ekonomi Islam (1987), Etika Bisnis dan Manajemen (1990), Habibienomics: Telaah Pembangunan Ekonomi (1995), Paradigma Al-quran: Metodologi dan Kritik Sosial (2005) dan Nalar Politik Ekonomi Indonesia (2011).
Beliau juga mengepalai jurnal Ulumul Quran yang begitu berpengaruh di zamannya. Jurnal tersebut mempertemukan para intelektual dan pemikir islam dalam tulisan. Tak jarang bahkan berpolemik atas sebuah gagasan dan dan berdialektika. Bahkan, Ulumul Quran dianggap sebagai kawah candramikuka intelektualisme di Indonesia selain jurnal Prisma yang diterbitkan LP3S.
Kini, setelah 77 tahun melanglang buana dan memberi banyak inspirasi terhadap perkembangan islam dan bangsa, sosok ini berpulang berpulang tepat pada malam ke-15 Ramadhan 1439 Hijriyah atau bertepatan hari Rabu 21
Selamat Jalan, Profesor Dawam. Terima kasih yang mendalam. Salam buat Gus Dur, Wahib, Adi Sasono dan lain sebagainya. Alfatihah….