Peta Aktor dan Jaringan Ustadz Hijrah di Indonesia: Pemandu Artis Hijrah (Bag-3)

Peta Aktor dan Jaringan Ustadz Hijrah di Indonesia: Pemandu Artis Hijrah (Bag-3)

Ini terkait riset peta aktor jaringan ustadz hijrah Indonesia, menarik sekali penelusurannya

Peta Aktor dan Jaringan Ustadz Hijrah di Indonesia: Pemandu Artis Hijrah (Bag-3)

Sebelum membaca ini, baiknya membaca tiga bagian tulisan ini sebelumnya peta aktor dan jaringan ustadz-hijrah: pengantar, Menelusuri Peta Aktor dan Jaringan Ustadz-Artis Hijrah (Bag-)  dan Menelusuri peta aktor dan jaringan ustadz hijrah (Bag-2)

PARA PEMANDU ARTIS HIJRAH

Ust Khalid Basalamah (UKB) Official memiliki jumlah subsciber tertinggi di Youtube sebesar 1,27 Juta. Namun justru Ust Abdul Somad (UAS) yang popularitasnya dianggap paling tinggi menurut Alvara Research Center–dalam annual report 2019–hanya memiliki followers facebook sebesar 139.155. Hal ini tidak menunjukan popularitas digital para ustadz aktan secara utuh, namun hanya menunjukan kualitas pengelolaan jaringan sosial media mereka yang terpusat maupun terpecah-pecah. Di sosial media Facebook justru Ust Yusuf Mansyur memiliki jaringan paling kuat dengan 6,85 juta follower.

Aa Gym termasuk aktan jaringan yang paling awal dalam isu kebangkitan kaum muslim kelas menengah di Indonesia. Melalui Manajemen Qolbu sejak tahun 2005 ia berhasil memberikan warna baru dalam dakwah Islam. Aa Gym cukup stabil tertinggi dengan memiliki 5,3 juta followers instagram, 6,82 juta followers facebook (hanya terpaut 30 ribuan dari Ust Yusuf Mansyur) dan 3,1 juta followers Twitter. James Bourk Hoesterey menyebut Aa Gym sebagai ‘Rebranding Islam’. Dalam kasus ini ia menyoroti Aa Gym sebagai self help guru, ia menyebutkan:

 

“The figure og Aa Gym consolidate the aura of media technologies and global self-help psychology with the aspirations of middle-class Muslims in search of piety aond prosperity and the anxieties of Indonesian women who try to balance their career with demands of emotional labor at home…

 

Hoesterey menyebut bahwa popularitas self-help guru and Islamic training is not a given. Semua itu sesuai dengan hasrat konsumerisme agama yang mencari kesuksesan dalam kehidupan duniawi dan alam baka (hereafter) sekaligus (Hoesterey, 2016:218). Pada gelombang selanjutnya Ustadz aktan ini tidak lagi menggunakan pendekatan self-help guru yang lebih diminat kaum pekerja, namun mereka mulai meraih simpati anak muda seperti yang dilakukan oleh Hanan Attaki melalui jaringan Shift @Pemuda Hijrah miliknya.

Hanan Attaki merupakan Ustadz aktan yang paling dekat label ‘anak muda’, pop, dan Milenial. Ia membuat banyak konten yang mudah dicerna kalangan muda. Ia pendiri @pemudahijrah dengan nama lain shift. Menariknya kata shift sengaja mengacu pada tombol shift yang biasa terdapat pada keyboard pc/laptop yang berarti pindah dan berubah. Makna ini mewakili semangat pemuda hijrah, komunitas yang dibuatnya. Hattaki memadukan antara simbol teknologi dan urban art untuk merujuk pada utopia ‘Hijrah’.

Hattaki mendirikan Pemuda Hijrah pada tahun 2015 (Republika, 26/10/2018). Ia memiliki website dengan design yang mewakili para remaja (anak muda), berisi galeri foto, video, donasi dan ceramah-kajian. Sekilas konten website tersebut sangat ringan dan mudah dicerna–singkat kata non-politis. Namun pada galeri video donasi pengungsi Suriah beberapa kejanggalan muncul. Pertama, kunjungan donasi lintas negara tersebut sama sekali tidak mempertunjukan bendera Indonesia. Kedua, pada tampilan awal video tersebut yang justru muncul adalah bendera Turki bergandengan bendera Suriah versi tidak resmi/pemberontak (Pemudahijrah.id, 20/2/2019).

Penggunaan bendera Turki dalam kegiatan amal di tingkat Internasional sangat janggal mengingat Hattaki adalah orang Indonesia. Namun penceramah bergelar Lc ini memang pernah bersekolah di Al-Azhar Mesir dan merupakan Pemimpin Redaksi buletin Salsabila yang terkoneksi langsung dengan kelompok Ikhwanul Muslimin (IM) disana. Irisan ideologis ini terjalin secara kuat melalui simbol bendera Turki karena negara tersebut sangat mendukung gerakan IM (The Guardians.com, 18/4/2020). Posisi Turki dalam konflik Suriah adalah pendukung pemberontak yang memakai bendera yang hampir mirip dengan bendera resmi Negara Suriah yang diakui PBB (The Jakartapost, 1/3/2020). Bendera pemberonak itu kemudian dipakai oleh video konten Hattaki (Pemudahijrah.id). Dalam hal ini Hattaki boleh jadi mengusung ide-ide Islamis.

Hanan Attaki memiliki kesamaan dengan Felix Siaw dalam hal ide Islamis. Perbedaannya Felix Siauw bersuara lebih jelas mengenai prospek lanjutan dari cara ia berdakwah, yakni impian menuju ‘Khilafah’. Siauw sendiri terbuka mengakui dirinya sebagai bagian dari HTI. Namun melalui caranya berdakwah yang bisa menormalisasi warna islam radikal-konservatif sempat disinggung oleh Weng, ia menyatakan:

Bagi Felix Siauw, menggabungkan strategi online dan offline, pendekatan visual dan tekstual, serta ambisi politik dan metode artistik, bentuk-bentuk kreatif semacam itu adalah mode untuk mengundang dan membujuk pengikut potensial untuk percaya dan menjunjung tinggi ide HTI. Dakwah visual dan persuasi kaum Islamis, seperti yang dipraktikkan Felix Siauw, menyenangkan namun radikal, penuh warna namun konservatif, sederhana namun keras, interaktif namun dogmatis. Dengan merekonsiliasi kontradiksi semacam itu, Felix Siauw menggunakan media sosial dan bentuk visual untuk menormalkan radikalisme agama (Weng, 2018: 77).

Masing-masing Ustadz tersebut berada pada puncak popularitas pada tahun-tahun yang berbeda. Aa Gym meski kembali menjadi perhatian publik pada aksi 212, namun googletrends mencatat puncak popularitasnya masih pada tahun 2006 saat mengumumkan dirinya berpoligami. Kemudian menyusul Yusuf Mansyur yang puncak popularitasnya pada tahun 2012 saat mencanangkan dakwah patungan usaha dan tentu saja karena mengkritik Jokowi-Ahok calon Gubernur DKI Jakarta.

Tahun 2017 Khalid Basalamah bersama Felix Siauw mencapai puncak popularitas. Basalamah berada dipuncak Googletrends pada bulan Maret 2017 saat pembubaran Tablig Akbarnya di Sidoarjo dan Felix Siauw mencapai popularitas googletrends sekitar tanggal 3-7 Desember 2017 kala tampil di ILC membicarakan Reuni 212. Sisanya baik UAS, UAD dan Hanan Attaki mencapai puncak popularitas google trend pada tahun 2019 ketika menguatnya politik identitas agama selama masa kampanye pilpres memanas.

Para Ustadz aktan tersebut sangat terlibat aktif dalam gerakan politik 212 yang diangap pemanasan menuju Pilpres 2019. AA Gym mengaku mengajak 10.000 santrinya untuk bergabung dalam gerakan 212, Yusuf Mansyur mengaku ikut sambil menyamar dibuktikan dengan video yang diunggahnya, Basalamah memuji gerakan tersebut sebagai awal kebangkitan Islam dan UAD memandang 212 sebagai syiar agama. Sedangkan UAS, Felix SIauw dan Attaki lebih terlibat karena merupakan anggota Presidium Alumni 212.

Ketujuh Ustadz aktan tersebut terbukti memiliki pengaruh kuat dalam perbincangan politik di Indonesia melalui empat tahapan. Pertama, mereka hadir dalam situasi politik sebagai tokoh publik religius yang sudah mapan dan memiliki pengaruh seperti Aa Gym dan Ust Yusuf Mansyur. Kedua, mereka berangkat dari kelompok kajian terbatas ekslusif kemudian melakukan mobilitas sosial vertikal naik melalui jaringan para artis Hijrah seperti Ust Khalid Basalamah dan Ustadz Adi Hidayat (UAD). Ketiga,

Mereka sebenarnya tidak memiliki dasar keilmuan dan  pendidikan agama formal namun dapat mengelola keterampilan visual dan memiliki strategi komunikasi pemasaran kreatif seperti Ust Felix Siauw. Tahapan ini biasanya diisi oleh para Ustadz yang baru belajar ilmu agama Islam sehingga sangat mudah menemukan kesalahan mendasar mereka seperti, seperti Evi Effendy dan Handy Bonny, Sugik Nur, dan lainnya. Kuatnya jaringan hijrah dalam melindungi ustadz pilihan mereka, membuat kalangan tersebut menghadirkan budaya tanding dengan mempopulerkan kaus bertuliskan ‘bukan ustad, baru belajar taat’ sebagai narasi tandingan atas penghakiman dari mereka yang telah memiliki Ilmu Islam secara mumpuni.

Keempat, Mereka secara lengkap memiliki dasar keilmuan Islam yang cukup baik namun mereka ini terbagi dua cara, disatu sisi kurang baik mengelola jaringan online seperti Ust Abdul Somad (UAS). Disisi lain memiliki keseimbangan dalam dakwah (offline) maupun online seperti Ust. Hanan Attaki dan Ust Basalamah. Diantara keempat tahapan ini mereka biasanya membawa gelar pendidikan formal dari Timur Tengah untuk menegaskan otoritas kepemilikan pengetahuan primer Islam melalui gelar Lc seperti UAS, UAD dan Attaki. Menarik bahwa kesamaan beberapa para Ustadz ‘Aktan’ tersebut yakni keterikatan dengan gerakan politik 212 bulan Desember 2016 dan keberpihakan tertentu pada Pilpres 2019.

Beberapa Ustadz yang menjadi mentor para artis Hijrah seperti Handy bony, Evy Effendy, Riza Basalamah dan Abu Fida termasuk ustadz aktan yang berpengaruh terhadap para artis hijrah namun perbincangan tentang keduanya tidak cukup untuk memasuki googletrends. Meskipun kemunculannya berada pada jaringan isu sosial media yang berbeda-beda, dari ketujuh Ustadz tersebut para artis hijrah mencari referensi dan otoritas religius. [Bersambung]