Sekelumit keterangan dari Syekh Imam Nawawi al-Bantani dalam karyanya Nashaihul Ibad kiranya perlu kita jadikan sebagai bahan refleksi. Pada maqalah yang ke lima belas beliau mengutip sebuah kisah tentang seorang dari bani Israil yang mengoleksi 80 peti berisi pustaka keilmuan.
Namun sama sekali sedikitpun koleksi itu tidak memberikan manfaat, kemudian Allah Swt. menurunkan wahyu kepada nabi mereka untuk menyampaikan kepadanya bahwa berapapun buku yang berhasil ia koleksi tidak akan memberi manfaat kecuali melaksanakan tiga hal; tidak cinta dunia; tidak berteman dengan setan; tidak menyakiti orang lain.
Dalam kisah di atas, tersirat sebuah pesan yang perlu kita petik, bahwa buku, teks atau lebih umum ilmu, tidak cukup hanya dengan diamati atau sekedar dibaca tanpa adanya manfaat sosial yang diberikan. Karena ilmu bukanlah alat untuk meraup keuntungan, bukan pula alat untuk bersombong diri dan bukan pula alat menindas.
Ketiga pesan dalam kisah Bani Israil di atas menyiratkan beberapa hal.
Pertama, tidak cinta dunia. pesan ini menyiratkan bahwa sebuah pengetahuan bukanlah digunakan sebagai alat meraup keuntungan duniawi. Seseorang yang tidak cinta dunia, ia tidak akan tergoda dengan iming-iming apapun, materi atau kekuasaan, sehingga ia tidak akan pernah menjual pengetahuannya dengan keuntungan duniawi, terlebih untuk kepentingan politik.
Kedua, tidak berteman dengan setan. Setan adalah sebuah simbol dari kesombongan, sebab Iblis sebagai sesepuh setan dihukum oleh Allah swt. lantaran kesombongannya menolak sujud pada Nabi Adam. Dalam khazanah kitab kuning, sombong didefinisikan sebagai: Bathrul haq wa ghamtun naas (menolak kebenaran dan menghina orang lain). Dengan demikian, pesan ini menyiratkan bahwa ilmu pengetahuan bukanlah alat untuk bersikap egoistis dengan menganggap benar sendiri, sehingga selain pendapatnya adalah sesat dan salah.
Pesan terakhir adalah tidak menyakiti orang lain: Ilmu pengetahuan bukanlah alat yang digunakan untuk menjatuhkan atau menindas, sebab bila demikian, maka yang terjadi adalah kerusakan dan brutalitas.
Itulah selelumit keterangan dari Syekh Imam Nawawi al-Bantani dalam Nashaihul ‘Ibad, semoga bisa menjadi pengingat kita bersama.