Persepsi Tafsir Surat Al-Fatihah

Persepsi Tafsir Surat Al-Fatihah

Tafsir Alfatihah memiliki banyak dimensi, termasuk cara memaknainya

Persepsi Tafsir Surat Al-Fatihah

Ayat-ayat surat al-Fatihah menjadi pembuka mushaf al-Quran, meski semua ini wahyu yang bukan pertama kali diterima oleh Nabi Muhammad. Urutan surat-surat mushaf al-Quran tidak kronologis penyusunannya.

“Al-Fatihah” berarti pembuka. Ini gerbang depan mushaf al-Quran. Tak hanya ini makna al-Fatihah yang lebih luas.

Ekspresi bahasa setiap ayat surat al-Fatihah berakhiran bunyi yang serupa. Ini suatu kekompakan bunyi yang memperindah penyampaian makna.

Ayat pertama surat al-Fatihah sangat terkenal. “Bismillah…” Ayat ini dimuliakan sebagai pengawal atau pengantar segala niat dan perbuatan baik. “Dengan nama Allah” segala hal baik diawali. Kenapa? Agar rasa “kemenyatuan” antara Allah dan segala kebaikan amal makhluk terbentuk, terhubungkan, tak berjarak.

Di ayat kedua surat ini Allah mendaku sebagai Tuhan yang dipuji dengan segala pujian. “Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam.” Yang diciptakan memuja Sang Pencipta. Ini pendakuan yang relevan. “Al-hamdulillah…” merupakan ucapan terima kasih Ilahiyah dari manusia atas segala karunia yang dikaruniakan Sang Pencipta kepada yang diciptakan, hamba. Bukan sebatas “syukran” yang berarti “terima kasih” antar-manusia.

Dua ayat selanjutnya menegaskan sifat “rahman-rahim”, kasih-sayang Allah, sebagaimana yang juga tersemat dalam ayat pertama dan pendakuan Allah sebagai Sang Pemilik Ruang-Waktu. “Pemilik Hari Pembalasan”, masa berakhirnya alam semesta dan seisinya.

Ayat-ayat berikutnya memuat pernyataan manusia yang “Hanya kepada-Mu kami mengabdi dan hanya kepada-Mu jua kami memohon pertolongan.” Hal apakah yang terpenting dan paling puncak bagi yang memohon pertolongan? “Tunjukkanlah kami jalan yang lurus.” Jalan apa atau siapa gerangan? “Jalannya mereka yang Engkau curahi kenikmatan dan bukan jalannya mereka yang Engkau murkai dan bukan pula jalannya mereka yang sesat.” Yang dimurkai lantaran menentang kebenaran dan yang sesat sebab menikung dari jalan hidayah.

Kebulatan makna tujuh ayat surat al-Fatihah menautkan mata rantai induk urusan-urusan paling fundamental: Tuhan, alam dan manusia. Maka ayat-ayat ini juga disebut Ummul Kitab.