Akhirnya pasukan Irak berhasil mengalahkan ISIS di Mosul, setelah 3 tahun kaum pendukung dan pembentuk khilafah itu merajalela. Pemerintah Irak bersatu dengan dukungan kurdi, arab, sunni, syiah, Islam dan non Islam. Persatuan dapat mengalahkan kekompok ISIS yang mencintai anarki, menciptakan kekerasan, dan memecahbelah keutuhan Irak dengan Khilafah dan atas nama jihad.
Persatuan dapat mengalahkan kelompok yang ingin memecahbelah lrak. Meski perbedaan sunni syiah, arab non arab, termasuk kurdi, selalu ada, tapi selalu saja persatuan itu lebih menguatkan sebuah bangsa. Bibit-bibit pemecah belah dan penghancuran bangsa Irak oleh khilafah ISIS dapat dipulihkan.
Apa yang tersisa. Membangun setelah kehancuran Irak juga akan melelahkan. Sebab peperangan, termasuk perang saudara, akan menghancurkan banyak capaian. Lebih baik membangun dari nol daripada membangun puing puing dari perang. Membangun dari puing puing harus merobohkan bangunan yang setengah hancur, meratakan kembali.
Maka lebih sesegera mungkin mencegah potensi penghancuran dari kelompok dan anasir yang berjubah khilafah untuk mengganti sistem negara dan dasar negara, seperti ISIS akan lebih meminimkan ongkos, sosial, politik, dan kemanusiaan bagi masa depan generasi bangsa.
Kalau NU, NW, Perti, Mathlaul Anwar, PUI, dan lain lain, termasuk Ahmadiyah, Syiah, Katholik, Kristen, dan non muslim lain, juga etnis China, Arab, Jawa, Dayak, dan lain lain etnis, tentara dan polisi, kokoh bersatu, maka anasir dan kelompok yang menggunakan baju khilafah ISIS akan mudah dapat direm, meskipun tetap ada ormas yang membela.
Pemerintah Turki telah menangkapi anggota anggota ISIS, ternyata jumlah mereka yang dari Indonesia nomor 2 terbanyak dari seluruh dunia. Ini sudah cukup menjadi peringatan bahwa simpatisan dan anggotanya tidak boleh dianggap remeh di Indonesia. Tujuan mereka membentuk Khilafah.
Say No, untuk Khilafah, sebagaimana digambarkan oleh ISIS. Karena mudharatnya lebih besar bagi bangsa kita.
Nur Kholik Ridwan