Serangan brutal Israel yang menewaskan ratusan rakyat sipil Palestina telah mengundang simpati banyak pihak. Kecaman demi kecaman datang dari berbagai penjuru dunia, tak terkecuali Indonesia. Sebagian umat Islam di Tanah Air bahkan menuding konflik ini bernuansa sentimen agama.
“Kita tidak bisa berpikir jernih, kita (seharusnya) membela Palestina bukan karena Palestina negara yang banyak pemeluk Islam, tetapi seharusnya kita membela Palestina karena nasib Palestina sama seperti Indonesia yang dahulu dijajah oleh Belanda,” ujar Pejabat Rais Aam PBNU KH A Mustofa Bisri.
Sehingga, reaksi yang dimunculkan pun seyogianya tidak berlandaskan pada asumsi adanya permusuhan antaragama. “Mereka seperti ketika Hadratus Syekh Hasyim Asya’ri memberikan fatwa wajib Jihad, bukan karena Belanda non-Islam, tetapi karena mereka dahulu penjajah,” tandas pengasuh Pondok Pesantren Roudlatut Thalibin ini.
Kiai yang akrab disapa Gus Mus ini mengimbau kepada masyarakat Indonesia untuk tidak panik. Ia mengungkapkan bahwa penduduk Palestina tidak semuanya muslim, setengahnya adalah penganut Yahudi.
“Orang-orang mudah mengait-ngaitkan agama terkait persoalan konflik Palestina-Israel,” tuturnya saat ditemui NU Online dalam pengajian kitab Idhatun Nasyiin di Pondok Pesantren Roudlatut Thalibin, Leteh, Rembang, Jawa Tengah, Ahad (13/7).
Selanjutnya, Gus Mus juga tidak setuju dengan aksi-aksi yang berlebihan dalam menyuarakan dukungannya kepada Palestina. “Wong-wong podo demo gowo bendara Laa ilaha illa Allah ngono yo lapo (Orang-orang pada demo pakai bendera Laa ilaha illa Allah itu untuk apa),” singgungnya.
Menurut Gus Mus, sikap umat Islam yang mudah panik atas sebuah tindakan di luar justru menunjukkan kelemahan diri sendiri. Akibatnya, muncul ketakutan atas apa saja, misalnya, yang berasal dari Barat. Itulah yang membuat Barat tahu kelemahan-kelemahan umat Islam.
“Sampai kita tidak sadar diadu domba oleh mereka, karena banyak dari umat Islam yang tidak paham,” katanya. Rembang, NU.Online