Perjalanan Mencari Al-Qur’an

Perjalanan Mencari Al-Qur’an

Al-Quran, di manakah engkau? Aku mencari keluar dan tidak jumpa, begitupula di hatiku

Perjalanan Mencari Al-Qur’an
Banyak orang baca Quran di KRL, fenomena apa ini?

Saya merasa sama sekali tak tahu di mana al-Quran jika saya hanya membacanya di lisan, cuma menerimanya sebagai tulisan. Bukankah di toko banyak yang memajang kitab suci ini? Yang saya maksudkan di sini bukan fisik kitab ini.

Saya membaca surat al-Baqarah, misalnya, di manakah kealquranan surat ini? Apakah jumlah ayatnya, asbabunnuzulnya, maknanya, tafsirnya, ta’wilnya atau apanya? Ataukah semua itu?

Kitab Al-Quran adalah kumpulan transkripsi wahyu berbahasa Arab yang diturunkan oleh Allah melalui perantara Jibril kepada Nabi Muhammad dalam rentang waktu 20-an tahun tatkala beliau berada di Mekkah dan Madinah dalam beragam waktu dan keadaan.

Al-Quran adalah petunjuk. Petunjuk ini untuk siapa? Untuk orang takwa, kata kitab suci ini di suratnya yang kedua, “Hudan lil muttaqin.

Petunjuk itu apa? Petunjuk dalam bahasa Arab adalah “hidayah”. Hidayah adalah petunjuk yang benar, bukan petunjuk yang sesat. Bagi Imam al-Ghazali, hidayah adalah buah dari ilmu, pengetahuan. Dan Imam Nawawi al-Bantani berpendapat bahwa hidayah adalah menempuh jalan menuju Allah.

Petunjuk mengarahkan kita kepada yang ini atau yang itu, mengajak kita berbuat yang “ini” atau melarang kita melakukan yang “itu”.

Apakah petunjuk adalah pilihan? Dalam al-Quran dinyatakan bahwa ada yang diberikan peringatan atau tak diberikan peringatan akan sama saja. Jika Allah menghendaki seseorang menjadi sesat maka tak akan ada yang bisa memberinya petunjuk. Namun al-Quran juga menyatakan bahwa Allah tak mengubah keadaan suatu kaum hingga kaum tersebut mengubah keadaan mereka sendiri.

Ataukah petunjuk adalah instruksi? Al-Quran menyatakan kewajiban mendirikan shalat, menunaikan zakat, misalnya. Ataukah petunjuk adalah inspirasi? Misalnya, al-Quran menggambarkan turunnya air dari langit ke bumi yang kemudian menumbuhkan biji-bijian.

Al-Quran akan menjadi petunjuk jika diamalkan. Petunjuk adalah buah amal. Sebuah kisah menyebutkan, Nabi Muhammad tak memberikan informasi wahyu yang baru kepada para sahabatnya hingga mereka mengamalkan wahyu yang sebelumnya. Kisah ini merupakan isyarat bahwa al-Quran adalah perbuatan, amal, bukan sekadar bacaan.

Jika dikatakan bahwa al-Quran adalah petunjuk bagi orang takwa, maka ketakwaan yang akan membuahkan petunjuk. Bukan hanya pemahaman bahwa al-Quran adalah “hudan lil muttaqin”. Dan al-Quran menyatakan bahwa hanya orang zalim yang tak menerima petunjuk.

Di manakah al-Quran? Benarkah saya tak akan mengetahuinya sebelum saya mengamalkannya? Benarkah pula saya tak akan mengetahuinya sebelum saya menerima petunjuk? Apakah al-Quran adalah suatu pengalaman, bukan sekadar pengetahuan?

Setelah al-Quran menyatakan bahwa kitab suci ini adalah “hudan lil muttaqin”, petunjuk bagi orang takwa, kemudian dijelaskannya oleh kitab suci ini bahwa orang takwa adalah mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, menunaikan zakat dan meyakini alam akhirat. Mereka inilah yang menerima petunjuk.

Dengan demikian, menerima petunjuk tak cukup hanya dengan amal, petunjuk juga membutuhkan iman, keyakinan. Dan di sinilah al-Quran berada dan ditemukan.