Bulan Ramadan adalah bulan yang dinanti oleh jutaan umat Islam di seluruh dunia. Karena dalam bulan ini, menu pahala disajikan berlipat ganda. “Ramadhan adalah bulan umatku” demikian sabda Rasulullah Saw. Selain itu, banyak peristiwa bersejarah yang perlu kita ketahui dibalik bulan ini. Dan peristiwa-peristiwa tersebut patut kita putar kembali agar umat Islam dapat belajar dan mengambil hikmah yang pernah terjadi di bulan ini.
Pertama adalah peristiwa Nuzulul Quran (turunnya al-Qur’an). Dalam surat al-Baqarah ayat 185 jelas diterangkan bahwa al-Qur’an diturunkan pada bulan Ramadhan hingga mendapat sebutan Syahrul Qur’an. Namun para ulama berbeda pendapat mengenai tanggal turunnya al-Quran di bulan Ramadhan. Pendapat yang masyhur adalah 5 ayat turun pertama kali di gua Hira’ melalui malaikat Jibril pada tanggal 17 Ramadhan. Turunnya ayat pertama kali kepada Rasulullah SAW ini sekaligus sebagai pengangkatan Nabi Muhammad SAW menjadi utusan Allah.
Kedua adalah peristiwa Lailatul Qadr. Lailatul Qadr merupakan istilah yang digunakan untuk memperingati malam di mana al-Qur’an diturunkan langsung dari Allah swt secara keseluruhan baitul izzah (semacam ruang ilahiyat) yang kemudian dibawa jibril secara berangsur kepada Rasulullah SAW. Malam itu adalah malam mulia, malam penuh berkah yang tidak boleh diragukan lagi. Karena Allah swt sendiri menyebutnya dalam surat ad-Dukhan ayat 3.
Ketiga adalah Perang Badar. Perang antara kaum muslimin dengan kaum kafir Quraisy yang berlangsung di pertengahan bulan Ramadhan, tepatnya 17 Ramadhan. Badar yang letaknya lebih kurang 145 km arah barat laut dari kota Madinah al-Munawwarah menjadi saksi di atas keimanan dan ketaqwaan para sahabat sehingga dengannya Allah mendatangkan bantuan-Nya kepada mereka. Badar menyaksikan pertempuran di antara kaum muslimin dan kaum musyrikin yang memiliki kekuatan 3x lipatnya, 313 pejuang ahli Badar, dengan 600 ekor kuda dan 700 ekor unta.
Keempat adalah wafatnya putri Rasulullah SAW, sayyidah Fathimah Az-Zahra. Wafatnya perempuan suci nan agung, yang dikenal dengan sebutan Ummu Abiha. Iya, Fatimah az-Zahra wafat pada hari Selasa, tanggal 3 Ramadhan 11 H dalam usia 28 tahun. Saat wafat, Fatimah meninggalkan Hasan yang masih berusia 7 tahun, Husain yang masih 6 tahun, Zainab 5 tahun dan Ummi Kultsum yang baru saja memasuki usia 3 tahun. Aisyah R.A menceritakan saat-saat menjelang Fatimah wafat, “Fatimah wafat 6 bulan setelah ayahnya, Rasulullah saw wafat, tepatnya pada Selasa, 3 Ramadhan 11 H. Fatimah wafat dalam usia 28 tahun.”
Kelima adalah wafatnya putri Rasulullah SAW, Sayyidah Ruqayyah. Ruqayyah meninggal bertepatan saat berlangsungnya perang Badar. Inilah yang menyebabkan Sayyidina Utsman bin Affan RA tidak ikut serta dalam perang Badar karena merawat istrinya, itupun setelah ia mendapat izin dari Rasulullah. Putri Rasulullah SAW. ini wafat tepat ketika Zaid bin Haritsah menyampaikan berita gembira tentang kemenangan kaum muslimin dalam pertempuran Badar. Ruqayyah wafat pada usia 22 tahun. Jenazahnya dimakamkan di pemakaman Baqi’ al-Gharqad, Madinah.
Keenam adalah wafatnya ummul mukminin, Sayyidah Khadijah Kubro. Ummul Mukminin, Sayyidah Khadijah wafat pada 10 Ramadhan tahun ke-10 kenabian atau 3 tahun sebelum hijrah ke Madinah atau 619M. Setelah berakhirnya pemboikotan kaum Quraisy terhadap kaum muslim, Sayyidah Khadijah kemudian sakit. Semakin hari kondisi kesehatan badannya semakin memburuk. Beliau dimakamkan di dataran tinggi Mekah yang dikenal dengan sebutan Al-Hajun atau disebut Jannatul Ma’la (pemakaman ma’la). Tahun itu pula Rasulullah ditinggalkan paman tercinta, Abu Thalib sehingga tahun itu disebut ‘aamul huzni (tahun kesedihan).
Ketujuh adalah wafatnya Ummul Mukminin, Sayyidah Aisyah. Ternyata pada tanggal 17 Ramadhan, selain pertama kali al-Quran turun, ada peristiwa perang badar, wafatnya Ummul Mukminin juga terjadi pada malam 17 Ramadhan. Ketika itu Sayyidah Aisyah sudah berusia 67 tahun. Ia jatuh sakit pada Ramadhan 58 H. Ummul Mukminin Aisyah binti Abu Bakar ash-Shidiq R.A wafat pada 58 H, malam 17 Ramadhan setelah shalat witir, bertepatan dengan Juni 678 M. Seluruh umat Islam pada saat itu sungguh berduka cita. Ia adalah sosok istri yang paling dekat dengan Rasulullah saw dan yang paling banyak mengetahui kehidupan dan teladan Rasulullah saw.
Kedelapan adalah wafatnya Sayyidina Ali Karramallahu Wajhah. Sayyidina Ali Karramallahu wajhah dibunuh oleh Ibnu Muljam, seorang Khawarij yang bersekongkol dengan 2 orang temannya, al Burak bin Abdillah dan Amru bin Abi Bakr at-Tamimi. Masing-masing berikrar untuk membunuh Ali bin Abi Thalib, Muawiyah bin Abi Sufyan dan Amru bin Ash. Mereka mengikat perjanjian untuk tidak mundur atau terbunuh. Mereka sepakat untuk melakukannya pada tanggal 17 Ramadhan tahun 40 H. Kemudian ibnu Muljam pun menuju Kufah. Disana dia memulai rencananya dengan mengajak dua orang yang tersakiti akibat peperangan Nahrawan. Ketiganya sudah siap menghadang Sayyidina Ali saat akan membangunkan orang-orang untuk sholat subuh. Ketika Ibnu Muljam menebas Sayyidina Ali, ia berkata, “Tidak ada hukum kecuali milik Allah, bukan milikmu dan bukan milik teman-temanmu, Hai Ali!” Ia membaca firman Allah QS Al-Baqarah 207.
Setelah sayyidina Ali wafat, kedua puteranya memandikan jenazah beliau dibantu dengan Abdullah bin Ja’far. Kemudian jenazahnya dishalatkan putra tertua, al-Hasan. Jenazah beliau dimakamkan di Darul Imarah di Kufah, karena kekhawatiran kaum Khawarij akan membongkar makam beliau. Diriwayatkan dari Ja’far bin Muhammad ash-Shadiq, ia berkata “Jenazah Ali dishalatkan pada malam hari dan dimakamkan di Kufah, tempatnya sengaja dirahasiakan namun yang psti di dekat gedung Imarah (Istana Kepresidenan).” [Tarikh Islam,Adz-Dzahabi, juz Khulafaur Rasyidin hal 650]
Kesembilan adalah kemerdekaan Republik Indonesia. Bagi umat Islam Indonesia, bulan Ramadhan lebih dari sekedar istimewa. Karena bulan Ramadhan menjadi saksi sejarah puncak perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia dalam melawan penjajah. Dimulai dari pembentukan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia satu hari menjelang malam pertama bulan Ramadhan, Nagasaki dan Hiroshima dijatuhi bom yang akhirnya Jepang menyerah tanpa syarat kepada sekutu pada tanggal 15 Agustus. Hingga saat itu hari Jumat, 17 Agustus 1945 tepat tanggal 9 Ramadhan 1364 H Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dilaksanakan di kediaman Ir Sukarno, jl. Pegangsaan Timur 56. Selama masa persiapan menuju kemerdekaan, Ir. Sukarno meminta rekomendasi dari beberapa ulama seperti KH. Hasyim Asy’ari yang merupakan mu’assis (pendiri) Nahdlatul Ulama.
Tak salah untuk kita berusaha khusyu beribadah di bulan nan suci ini dimana pesta raya pahala sedang diobral besar-besaran. Namun, tak ada salahnya kita sebagai umat Islam Indonesia tahu peristiwa apa saja yang ada di dalam bulan nan agung ini. Sambil mengulik dan belajar kembali sejarah yang ada di balik peristiwa tersebut tentu diiringi dengan mengambil hikmah di baliknya. Kata Bung Karno bahwa bangsa yang besar adalah bangsa yang tidak pernah melupakan sejarah bangsanya sendiri. Wallahhu a’lam.
Naqiibatin Nadliriyah, penulis adalah pegiat aktif di komunitas AIS Nusantara, dan mahasiswi Fisika ITS Surabaya.