Kalau kita ditanya, adakah perempuan inspiratif yang disebut dalam Al-Qur’an? Tentu jawabannya ada. Bahkan banyak.
Al-Qur’an sebagai kitab suci merupakan firman Allah SWT berisikan ajaran dan pedoman bagi kehidupan manusia, baik melalui perintah dan larangan maupun kisah-kisah terdahulu agar dapat menjadi pelajaran bagi umat setelahnya.
Di antara kisah tersebut menceritakan tentang perjalanan para Nabi mulai dari manusia pertama Adam ‘alaihi al Salām hingga Rasulullah Muhammad SAW. Tidak sedikit ayat-ayat yang mengisahkan tentang sosok selain Nabi dan Rasul, seperti para Raja, orang-orang Saleh, baik dari golongan laki-laki maupun perempuan. Dengan kata lain, bukan hanya kaum laki-laki saja yang termaktub kisahnya dalam Al-Qur’an namun banyak juga ayat yang mengangkat kiprah perempuan, bahkan sebagian diabadikan namanya dan sebagian lainnya tidak disebutkan.
Gambaran perempuan dalam Al-Qur’an secara umum dapat dibedakan menjadi dua; golongan pertama yaitu perempuan yang dipuji Tuhan dan menjadi tauladan bagi kaumnya seperti Sarah dan Hajar keduanya merupakan istri dari Nabi Ibrahim AS, Maryam binti ‘Imrān ibunda Nabi Isa AS, Asiyah istri Fir’aun juga ibu angkat Nabi Musa AS, ‘Aisyah binti Abu Bakar, Fatimah binti Muhammad SAW, dan lain sebagainya.
Golongan kedua adalah para perempuan yang parangainya dicela Tuhan, sehingga tetap dikisahkan agar umat manusia dapat mengambil pelajaran, di antaranya adalah Istri Nabi Nuh AS, istri Nabi Luth AS, istri Abu Lahab, dan sebagainya.
Baca juga: Perempuan-perempuan Timur Tengah yang Memenangkan Perjuangan Mereka
Perempuan hebat dalam Al-Qur’an pastinya adalah mereka yang beriman, bertakwa, salehah, taat dan patuh kepada Allah SWT serta di cintai-Nya. Salah satu indikasinya yakni Tuhan menganugerahi karunia besar dan memuji mereka melalui firman-Nya.
Hal ini termaktub dalam beberapa ayat Al-Qur’an, yaitu QS. Al-Tahrim: 11: “Dan Allah membuat perumpamaan bagi orang-orang yang beriman, istri Fir‘aun, ketika dia berkata, “Ya Tuhanku, bangunkanlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu dalam surga dan selamatkanlah aku dari Fir‘aun dan perbuatannya, dan selamatkanlah aku dari kaum yang zalim,”; QS. Al-Anbiyā’: 90: “Maka Kami kabulkan (doa)nya, dan Kami anugerahkan kepadanya Yahya, dan Kami jadikan istrinya (dapat mengandung). Sungguh, mereka selalu bersegera dalam (mengerjakan) kebaikan, dan mereka berdoa kepada Kami dengan penuh harap dan cemas. Dan mereka orang-orang yang khusyuk kepada Kami.”; QS. Ali ‘Imrān: 42: “Dan (ingatlah) ketika para malaikat berkata, “Wahai Maryam! Sesungguhnya Allah telah memilihmu, menyucikanmu, dan melebihkanmu di atas segala perempuan di seluruh alam (pada masa itu).”
Sebagai seorang manusia yang membutuhkan teladan atau panutan dalam berkepribadian, maka menjadikan tokoh-tokoh inspiratif yang diabadikan Al-Qur’an adalah pilihan tepat. Sebab meskipun belum tentu mereka disenangi oleh manusia sekitarnya, bahkan dibenci dan dihina, namun karena keimanan dan ketaatannya mereka tetap dicintai Tuhan.
Baca juga: Muslimah Jadi Pemimpin? Bisa kok, ini Bukti Lima Muslimah Inspiratif yang Bisa Kamu Teladani
Sebut saja misalnya Rahmah istri Nabi Ayub ‘Alaihi al-Salām yang dengan kesetiaan dan kesabarannya merawat dan mendampingi sang suami saat dilanda sakit hingga miskin dan terasing, namun ia tetap ikhlas menggantikan peran suami bekerja untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari meski harus menerima cemoohan dan dikucilkan. Serta masih banyak lagi kisah-kisah perempuan lainnya dalam Al-Qur’an yang dapat menjadi inspirasi bagi perempuan, bukan hanya dalam keimanan dan ketakwaan tetapi juga dalam berkepribadian.
Pada masa setelah Islam, tokoh-tokoh perempuan hebat dan inspiratif juga mulai bermunculan melalui kontribusi mereka secara profesional sesuai bidang keahliannya; Asy-Syifa (guru perempuan pertama Islam), Rufaidah (pendiri rumah sakit dan palang merah pertama), Zubaidah (istri Harun Ar-Rasyid), Qohromanah (hakim perempuan pertama), Laila Katun (pahlawan perempuan pada perang salib), Ummu Kholil (penguasa Mesir), Qoro Fatimah Khanum (pemimpin perang), dan lain-lain.
Kondisi tersebut menggambarkan, dengan hadirnya Rasulullah SAW beserta risalahnya, perempuan dapat beraktivitas di luar rumah seperti halnya laki-laki; Berjihad, berjamaah di masjid, menghadiri khutbah Rasulullah SAW, mengikuti pertemuan sahabat Nabi, serta masih banyak lagi ‘kebebasan-kebebasan’ lainnya. Hal itu sangat jauh berbeda jika dibandingkan dengan keadaan perempuan sebelum datangnya Islam, oleh karenanya ajaran ‘baru’ yang dibawa oleh Rasulullah Saw sangat memerdekakan perempuan dari belenggu kejahiliaan, khususnya bagi perilaku bangsa Arab pada saat itu.
Lain dulu, lain sekarang. Menjadi perempuan masa kini adalah anugerah indah, bagaimana tidak, karena sejarah kehidupan manusia teramat panjang untuk dapat menghadirkan berbagai pelajaran kehidupan bagi umat akhir jaman, meskipun faktanya tidak semua perempuan dapat mengambil hikmah dan inspirasi dari kisah-kisah tersebut.
Sebagai seorang Muslim, adalah pilihan tepat untuk menjadikan Al-Qur’an sebagai sumber inspirasi, karena ia merupakan petunjuk kehidupan termasuk didalamnya kisah dan tokoh yang dapat dijadikan panutan. Namun tantangan kita saat ini bukan hanya sebatas mencari atau menjadikan sesuatu sebagai inspirasi, tetapi bagaimana dapat menginspirasi atau bahkan saling menginspirasi tanpa menunggu harus bekerja dulu, berkarir, menjadi presiden atau menduduki posisi penting lainnya terlebih dahulu.
Baca juga: Belajar Cinta dari Rabiah Adawiyah
Sebagaimana kisah perempuan-perempuan inspiratif dan hebat dalam Al-Qur’an, bahwa keistimewaan mereka tidak selalu dikaitkan dengan peran tertentu. Seperti kehebatan Rahmah karena perannya sebagai istri yang sabar dan setia, Asiyah sebagai istri raja yang dzalim namun ia tetap beriman kepada Allah Swt, Maryam binti Imran karena ‘iffahnya dalam menjaga diri, dan lain sebagainya.
Meneladani sosok perempuan inspiratif seperti yang tertuang dalam Al-Qur’an tidak cukup hanya dengan mengagumi pribadinya, karena yang terpenting adalah bagaimana kita dapat mengikutinya dalam sikap dan tingkah laku dalam berbagai peran yang disandang; sebagai anak, istri, ibu, bahkan seorang ratu. Dengan begitu, kita akan terus memperbaiki dan menyempurnakan diri agar kemudian dapat menjadi inspirasi dan saling menginspirasi. (AN)